Salah satu
program nasional dalam rangka industrialisasi di Indonesia adalah pengembangan
agroindustri. Agroindustri merupakan subsektor yang strategis, karena
pengembangannya diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah hasil pertanian
melalui penerapan dan pemanfaatan teknologi pengolahan (proses). Nilai
strategis agroindustri juga terletak pada posisinya sebagai jembatan yang
menghubungkan antara sektor pertanian dan sektor industri, sehingga pengembangannya
akan dapat meningkatkan : tenaga kerja, pendapatan petani, volume ekspor,
pangsa pasar baik domestik maupun luar negeri, nilai tukar hasil pertanian dan
penyediaan bahan baku industri.
Fungsi agroindustri dan relevansinya
dengan nilai tambah mencakup dua hal yaitu pertama mengamankan hasil panen.
Hasil–hasil pertanian memiliki sifat mudah rusak sehingga perlu dilakukan
penanganan agar tidak cepat rusak dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang
lama. Penanganan yang dapat dilakukan diantaranya penyimpanan. Kegiatan
penyimpanan juga mesti disertai dengan teknik pendukung diantaranya berupa
pengeringan, pendinginan, penggaraman, pengasaman dan lain-lain. Dengan
didukung teknik tersebut diharapkan umur hasil panen pertanian akan lebih lama
sebelum sampai di konsumsi konsumen.
Kedua, menyediakan alternatif opsi
konsumsi. Hasil-hasil pertanian umumnya digunakan langsung untuk konsumsi
masyarakat. Kegiatan agroindustri membuat hasil pertanian tidak hanya menjadi
konsumsi masyarakat melainkan dapat pula digunakan untuk konsumsi industri
misalnya industri pangan, industri farmasi dan industri kosmetik. Pada saat ini
baru sekitar 25-29% hasil pertanian diolah menjadi produk hilir. Pengolahan
menjadi produk hilir kurang berkembang selain disebabkan oleh mutu hasil pertanian yang rendah juga
disebabkan kurangnya penguasaan teknologi pengolahan (proses) hasil pertanian.
Agroindustri berperan penting bagi
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh kontribusi ekspor pada
tahun 1985, 62,5% dari volume ekspor Indonesia adalah berasal dari sub sektor
agroindustri dan pada tahun 1991 nilai ekspor meningkat menjadi 73,6% atau
meningkat 11,1% dalam kurun waktu 6 tahun. Pada tahun 2000 agroindustri
memberikan kontribusi 49% terhadap
Product Domestic Bruto (PDB) sebesar USD $5,1 milyar dengan nilai ekspor
sebesar USD $ 9,69 milyar. Komoditas agroindustri masih didominasi oleh
produk-produk : udang dan ikan beku, minyak goreng, teh olahan, coklat olahan,
kulit samak, ikan kalengan, margarin, rokok kretek, pakan ternak dan pakan
ikan.
Sumber daya komparatif yang dipunyai
Indonesia selain berupa hasil pertanian (pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan dan perairan) juga berupa plasma nuftah yang beraneka ragam
organisme (makro maupun mikro) yang belum dimanfaatkan. Sumber daya plasma
nuftah yang tersebar di seluruh nusantara memiliki potensi yang cukup besar.
Usaha untuk mengembangkan
agroindustri dihadapkan pada beberapa kendala. Selain kendala infrastruktur dan
kelembagaan yang menjadi penghambat perkembangan agroindustri Indonesia saat
ini, masalah pendayagunaan hasil pertanian menjadi produk industri belum banyak
diterapkan secara optimal. Sebagian besar hasil pertanian masih diekspor dalam
bentuk bahan baku industri yang bernilai rendah.
Pengembangan agroindustri Indonesia
menghadapi tantangan dalam era globalisasi dengan indikasi mulai
diberlakukannya perdagangan bebas AFTA 2003 dan APEC 2010. Tantangan dan
sekaligus harapan bagi pengembangan agrondustri Indonesia adalah bagaimana
meningkatkan nilai tambah produk-produk pertanian dan sekaligus menjadi produk
unggulan yang mampu bersaing di pasaran dunia. Untuk dapat bersaing di pasaran
dunia setidaknya terdapat lima parameter
yang harus dipenuhi yaitu : mutu produk, penghantaran produk (delivery), persediaan (inventory), proses pengelolaan bahan
baku dan pemeliharaan mesin serta peralatan.
Mutu
produk yang dihasilkan merupakan salah satu syarat mutlak agar produk yang kita
hasilkan dapat bersaing di pasar dunia. Produk agroindustri yang dihasilkan
harus sesuai dengan standar mutu yang telah ditentukan pasar. Hasil pertanian
yang masih di bawah standar mutu internasional dapat kita olah menjadi produk
hilir yang mutunya sesuai dengan standar.
Proses
pengiriman produk (delivery) juga mesti menjadi perhatian agar produk agroindustri
yang dihasilkan mampu bersaing. Proses pengiriman yang tepat waktu dan mutu
produk yang sesuai (tidak berubah/rusak sewaktu pengiriman) menjadi hal yang
penting. Hal ini tidak terlepas dari teknologi pengemasan dan penyimpanan.
Penerapan teknologi pengemasan yang tepat menjadikan produk yang dikirimkan
kepada konsumen tidak berubah/rusak.
Ketersediaan
produk maupun bahan baku merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk bersaing
di pasaran dunia. Kontinuitas penyediaan produk yang diinginkan konsumen harus
dilakukan pengusaha agroindustri agar konsumen tidak khawatir produk yang
diinginkan tidak ada. Persediaan bahan baku tidak menjadi masalah yang besar
karena Indonesia kaya akan hasil pertanian.
Penguasaan
teknologi pengolahan (proses) hasil pertanian (bahan baku) merupakan hal
berikutnya yang mesti dipenuhi agar dapat bersaing di pasar dunia.
Tantangan
untuk memasuki pasar global yang dihadapi oleh agroindustri Indonesia
diantaranya permasalahan teknis produksi dan penanganan pasca panen yang belum
optimal, permasalahan teknis dan teknologis dalam memanfaatkan peranan penemuan
teknologi mutakhir, permasalahan pemasaran produk termasuk manajemen
transportasi dan distribusi yang lemah serta promosi dan advokasi yang kurang
gencar.
Beberapa komoditas yang mempunyai
peluang dan dapat diunggulkan di sektor agroindustri antara lain :
-
Bahan kimia/kosmetika berbasis
minyak sawit/kelapa
-
Flavor dan pewangi
-
Produk hasil hutan
-
Produk berbasis karet alam
-
Bahan Penyegar (Kopi, teh, coklat,
Tembakau)
-
Hasil perairan dan laut.
Untuk mengantisipasi tuntutan
tersebut adalah merupakan conditio sine
qua non (syarat mutlak) bagi
Indonesia untuk menguasai teknologi peningkatan nilai tambah yang kompetitif.
Teknologi proses menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara umum dan agroindustri pada
khususnya. Pengembangan agroindustri yang tepat dan terarah akan menjadi tulang
punggung industrialisasi Indonesia pada masa mendatang.