Blogroll

loading...

Blogger templates

loading...

Prinsip – Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini


a.      Berorientasi pada kebutuhan anak
Pada dasarnya setiap anak  memiliki kebutuhan dasar yang sama, seperti kebutuhan fisik, rasa aman, dihargai, tidak dibeda-bedakan, bersosialisasi, dan kebutuhan untuk diakui. Anak tidak bisa belajar dengan baik apabila dia lapar, merasa tidak aman/takut, lingkungan tidak sehat, tidak dihargai, atau diacuhkan oleh pendidik atau temannya. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini guru harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut dengan tidak membedakan anak satu dengan lainnya.
  1. Sesuai dengan perkembangan anak
Anak usia dini memiliki karakteristisk khusus disemua area perkembangannya. Di aspek fisik, anak telah memiliki kekuatan otot dan koordinasi visual motorik yang semakin matang, di aspek bahasa, anak telah memiliki kosa kata yang cukup sehingga mampu membangun komunikasi dengan orang lain. Secara kognitif, anak telah mampu melakukan hubungan logika sebab akibat dan pemecahan masalah, sedangkan sosial emosional, anak telah mempunyai kemampuan untuk mengelola perasaannnya sehingga memungkinkan untuk menjalin interaksi dengan teman dan orang dewasa. Secara moral dan agama anak mulai dapat membedakan hal – hal yang baik dan buruk. Oleh karena itu guru harus memahami tahap perkembangan anak dan menyusun kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak untuk mendukung pencapaian tahap perkembangan yang lebih tinggi.
  1. Sesuai dengan keunikan setiap individu
Anak merupakan individu yang unik, masing – amsing mempunyai gaya belajar yang berbeda. Ada anak yang lebih mudah belajarnya dengan mendengarkan (auditori), ada anak yang lebih mudah belajarnya dengan melihat (visual) dan ada anak yang harus  belajar dengan bergerak ( kinestetik ). Anak juga memiliki minat yang berbeda – beda terhadap alat/bahan yang dipelajari /digunakan, juga mempunyai bahasa yang berbeda, bakat yang berbeda, cara merespon lingkungan, serta kebiasaan yang berbeda. Guru seharusnya mempertimbangkan perbedaan individual anak, dan mengakui perbedaan tersebut sebagai kelebihan masing – masing anak. Untuk mendukung hal tersebut sebagai kelebihan masing – masing anak. Untuk mendukung hal tersebut guru harus menggunakan cara yang beragam dalam membangun pengalaman anak, menyediakan kesempatan bagi anak untuk belajar dengan cara yang sesuai dengan kekuatannya, serta menyediakan ragam main yang cukup.
  1. Kegiatan belajar dilakukan melalui bermain
Pembelajaran dilakukan dengan cara yang menyenangkan , sehingga tidak boleh terjadi pemaksaan atau  penekanan. Selama bermain anak mendapatkan pengalaman untuk mengembangkan aspek – aspek nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa dan sosial emosional. Pembiasaan dan pembentukan karakter yang baik serta tanggung jawab, kemandirian , sopan santun, dan lainnya ditanamkan melalui kegiatan yang menyenangkan.
  1. Pembelajaran berpusat pada anak.
Pembelajaran di PAUD hendaknya menempatkan anak sebagai subjek pendidikan. Oleh karena itu guru harus memberi kesempatan kepada anak – anak untuk menenrukan pilihan, mengemukakan pendapat, dan aktif melakukan atau mengalami sendiri untuk membangun pengetahuannya sendiri. Guru bertindak sebagai fasilitator saja, bukan yang menentukan segala sesuatu yang akan dikerjakan anak.
  1. Anak sebagai pembelajar yang aktif
Anak bukanlah sebuah wadah yang kosong yang perlu diisi guru dengan berbagai pengetahuan, tetapi anak merupakan  subjek/ pelaku kegiatan dan guru merupakan fasilitator (membantu dan mengarahkan sesuai dengan kebutuhan masing – masing anak). Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar, mempunyai banyak ide dan tidak bisa berdiam dalam jangka waktu lama. Ijinkanlah anak untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman dengan beraneka bahan dan kegiatan. Oleh karena itu guru harus menyediakan berbagai bahan dan alat serta memberi kesempatan anak untuk memainkannya dengan berbagai cara, dan memberikan waktu yang cukup  kepada anak untuk mengenal lingkungannya dengan caranya sendiri. Guru juga harus memahami dan tidak memaksakan anak untuk duduk diam tanpa aktifitas yang dilakukannya dalam waktu yang lama.
  1. Anak belajar dari konkrit keabstrak, dari sederhana ke yang kompleks, dari gerakan ke verbal, dan dari sendiri ke sosial
1)     Anak belajar mulai dari hal – hal yang paling konkret yang dapat dirasakan oleh inderanya (dilihat, diraba, dicium, dicecap, didengar) ke hal – hal yang bersifat abstrak/ imajinasi.
2)     Anak belajar dari konsep yang paling sederhana ke konsep yang rumit, misalnya mula – mula anak memahami apel sebagai buah kesukaannya, kemudian anak memahami apel sebagai buah yang berguna untuk kesehatannya.
3)     Kemampuan komunikasi anak dimulai dengan menggunakan bahasa tubuh lalu berkembang menggunakan bahasa lisan. Guru harus memahami bahasa tubuh anak dan membantu mengembangkan kemampuan bahasa anak melalui kegiatan bermain
4)     Anak memahami lingkungannya dimulai dari hal – hal yang terkait dengan dirinya sendiri, kemudian ke lingkungan dan orang – orang yang paling dekat dengan dirinya, sampai kepada lingkungan yang lebih luas. Dengan demikian guru harus menyediakan alat – alat main dari yang paling konkrit sampai alat main yang bisa digunakan sebagai pengganti benda yang sesungguhnya.
  1. Menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar
Lingkungan merupakan sumber belajar yang sangat bermanfaat bagi anak. Lingkungan pembelajaran berupa lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan fisik berupa penataan ruangan, penataan alat main, benda – benda yang ada disekitar anak, dan lingkungan non fisik berupa kebiasaan orang – orang sekitar, suasana belajar, dan interaksi guru dan anak yang berkualitas, karena itu guru perlu menata lingkungan yang menarik, menciptakan suasana hubungan yang menarik, menciptakan suasana hubunngan yang hangat dengan anak.
  1. Merangsang munculnya kreativitas dan inovasi
Pada dasarnya setiap anak memiliki potensi kreativitas yang sangat tinggi, karena itu berikan anak kesempatan untuk menggunakan bahan dengan berbagai jenis tekstur ,bentuk dan ukuran dalam kegiatan permainannya, dan kesempatan untuk belajar tentang berbagai sifat dan bahan – bahan, cara memainkan, bereksplorasi dan menemukan. Guru perlu menghargai setiap kreasi anak apapun bentuknya sebagai wujud karya kreatif mereka. Dengan kreativitas, nantinya anak akan memiliki pribadi yang kreatif sehingga mereka dapat memecahkan masalah/persoalan kehidupan dengan cara – cara yang kreatif.
  1. Mengembangkan kecakapan hidup anak
Kecakapan hidup merupakan suatu ketrampilan dasar yang perlu dimiliki anak melalui pengembangan karakter, yang berguna bagi kehidupannya kelak. Karakter yang baik dapat dikembangkan dan dipupuk sehingga menjadi modal masa depan anak. Kecakapan hidup diarahkan untuk membantu anak menajdi mandiri, tekun, bekerja keras, disiplin dan jujur, percaya diri, menghargai kerjasama dan mampu membangun hubungan dengan orang lain
  1. Menggunakan berbagai sumber dan media belajar
Sumber dan media belajar anak usia dini tidak terbatas pada alat dan media hasil pabrikan, tetapi dapat menggunakan berbagai bahan dan alat yang tersedia di lingkungan belajar  sepanjang tidak membahayakan anak. Air, tanah, pasir, batu – batuan, kerang, botol bekas, karton bekas, baju bekas, sepatu bekas dan masih banyak lagi benda lainnya yang dapat dijadikan sebagai media belajar. Dengan menggunakan bahan dan benda yang ada disekitar anak, maka kepedulian anak terhadap lingkungan terasah untuk ikut serta menjaga dan melestarikan lingkungan alam sekitarnya. Sumber belajar juga tidak terbatas pada guru tetapi orang – orang lain yang ada disekitarnya. Misalnya anak belajar  pada petani, polisi, tukang pos, penjual, satpam, dan lainnya dengan cara mengunjungi tempat kerja mereka atau mendatangkan mereka ke sekolah  PAUD / Taman Kanak – Kanak, untuk menjadi sumber belajar/ pengetahuan atau inspirasi.
  1. Anak belajar sesuai dengan kondisi sosial budayanya
PAUD merupakan wahana untuk tumbuh kembang anak sesuai dengan potensi dengan berdasarkan sosial budaya yang berlaku di lingkungannya. Pendidik seharusnya mengenalkan budaya daerah seperti kesenian, bahasa, adat – istiadat, permainan tradisional, alat musik dan sebagainya untuk menjadi bagian dari pembelajaran baik secara rutin, mapun pada saat – saat tertentu.
  1. Melibatkan peran serta orang tua
Keberhasilan PAUD tidak bisa tercapai secara optimal tanpa keterlibatan orang tua. Guru sebagai pendidik kedua harus menjalin kerjasama atau hubungan dengan orang tua untuk mendapatkan informasi tentang anak agar dapat menumbuh kembangkan semua potensi anak secara optimal. Orang tua harus dilibatkan dalam perencanaan dan pelaksanaan program pendidikan di sekolah, sehingga diharapkan dapat menjamin terjadinya keberlangsungan dan kesinambungan program antara apa yang dilakukan guru di sekolah dengan orang tua di rumah.
  1. Stimulasi pendidikan bersifat menyeluruh yang mencakup semua aspek perkembangan
Setiap anak melakukan sesuatu, sesungguhnya ia sedang mengembangkan berbagai aspek perkembangan/ kecerdasannya. Sebagai contoh saat anak makan, ia mengembangkan kemampuan bahasa (kosa kata tentang bahan makanan, jenis makanan), mengembangkan gerakan motorik halus (memegang sendok, membawa makanan ke mulut), kemampuan kognitif, membedakan  macam – macam rasa, membedakan jumlah makanan banyak-sedikit, kemampuan sosial emosi ( duduk dengan sopan, saling berbagi), aspek moral agama (berdoa sebelum dan sesudah makan). Program pembelajaran dan kegiatan anak yang dikembangkan guru seharusnya ditujukan untuk mencapai kematangan semua aspek perkembangan.