Blogroll

loading...

Blogger templates

loading...

Makalah Bermain dapat meningkatkan kreativitas anak usia dini


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kita semua gemar bermain terutama saat kita masih kanak-kanak. Bermain adalah aktifitas yang khas, berbeda dengan bukan bermain, dalam hal ini adalah bekerja atau aktifitas lain yang serius fungsional dan selalu dilakukan dalam rangka suatu hasil. Bermain tidak memperdulikan hasil akhir tetapi yang lebih penting disini adalah proses bermain itu sendiri. Bermain selalu menyenangkan dan tidak pernah menjadi beban. Bila anak sudah menganggap bermain sebagai suatu beban, artinya yang ia lakukan bukanlah bermain.
Orang dewasa mengenal kegiatan “bekerja” selain kegiatan “bermain”. Kendati bukan bekerja mempunyai fungsi tersendiri sebagai bagian dari keseimbangan kehidupannya. Anak-anak dilain pihak, hanya mengenal kegiatan bermain. Hal ini disebabkan perbendaharaan antara kegiatan bekerja dan bermain pada masa kanak-kanak masih amat tipis. Bermain adalah sesuatu yang menyenangkan. Apabila kita ingin memahami pengertian bermain, kita perhatikan saja wajah anak-anak bila wajah mereka menampilkan percikan air muka yang cerah dan berseri-seri, itulah bermain. Namun bila wajah mereka muram dan cemberut maka itu bukan lagi bermain.
Dengan ketrampilan dan kemampuannya yang masih serba terbatas anak melakukan aktivitas bermain (justru) untuk mendapatkan informasi tentang dunia sekitarnya serta tentang siapa dirinya. Bermain memungkinkan anak-anak mengeksplorasi berbagai pengalaman dalam berbagai situasi dan sudut kehidupan. Dengan demikian, kegiatan bermain merupakan bagian yang penting dalam proses tumbuh kembangnya disemua bidang kehidupan diantaranya mencakup fisik, intelektual, emosi, sosial.
Kegiatan bermain memberi anak pengalaman berhadapan dengan masalah-masalah dan menganggapnya sebagai tantangan-tantangan yang menggairahkan. Dengan demikian diharapkan, kelak ia tumbuh menjadi orang dewasa yang optimistic dan kreatif dalam menghadapi kendala-kendala kehidupan.
Dalam kehidupan anak, bermain mempunyai arti yang sangat penting. Dapat dikatakan bahwa setiap anak yangsehat selalu mempunyai dorongan untuk bermain sehingga dapat dipastikan bahwa anak yang tidak bermain-main pada umumnya dalam keadaan sakit, jasmaniah maupun rohaniah.
Para ahli berkesimpulan bahwa anak adalah makhluk yang aktif dan dinamis. Kebutuhan-kebuthan jasmaniah dan rohaniahnya anak yang mendasari sebagian besar dipenuhi melalui bermain (kelompok) bermain sendiri maupun itu merupakan kebutuhan anak. Bermain bagi anak adalah mutlak diperlukan untuk mengembangkan daya cipta, imajinasi, perasaan, kemauan, motivasi, dalam suasana riang gembira.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan diatas, dalam makalah ini penulis menentukan rumusan masalah sebagai berikut :
1.     Apa hakekat bermain sebagai prinsip pendidikan anak usia dini ?
2.     Apa saja jenis-jenis permainan anak usia dini ?
3.     Bagaimana bermain dapat meningkatkan kreativitas anak usia dini ?
4.     Bagaimana strategi Pembelajaran bermain pada anak usia dini ?

C. Tujuan Makalah
Berdasarkan paparan diatas, dalam makalah ini penulis menentukan tujuan makalah sebagai berikut :
1.     Untuk mengetahui hakekat bermain sebagai prinsip pendidikan anak usia dini.
2.     Untuk mengetahui saja jenis-jenis permainan anak usia dini.
3.     Untuk mengetahui bermain dapat meningkatkan kreativitas anak usia dini.
4.     Untuk mengetahui strategi Pembelajaran bermain pada anak usia dini



BAB II
PEMBAHASAN


A. Hakekat Bermain
1. Definisi Bermain
Berdasarkan pengamatan, pengalaman dan hasil penelitian para ahli, bahwa bermain mempunyai arti sebagai berikut :
a. Anak memperoleh kesempatan mengembangkan potensi-potensi yang ada padanya.
b. Memberikan peluang bagi anak untuk berkembang seutuhnya, baik fisik, intelektual bahasa dan perilaku (psiksososial serta emosional)
c. Anak terbiasa menggunakan seluruh aspek panca indranya sehingga terlatih dengan baik.
d. Secara alamiah memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu lebih mendalam lagi.
2. Karakteristik Bermain Anak
Karakteristik bermain anak antara lain :
a. Bermain relatif bebas dari aturan-aturan, kecuali anak-anak membuat aturan mereka sendiri.
b. Bermain dilakukan seakan-akan kegiatan itu dalam kehidupan nyata (bermain drama)
c. Bermain lebih memfokuskanpada kegiatan atau perbuatan dari pada hasil akhir produknya.
d. Bermain memerlukan interaksi dan keterlibatan anak-anak.

3. Tujuan Bermain atau Permainan
Tujuan dari bermain atau permainan antara lain :
a. Menanamkan kebiasaan disiplin dan tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari
b. Melatih sikap ramah, suka bekerja sama menunjukkan kepedulian
c. Menanamkan budi pekerti yang baik
d. Melatih anak untuk berani dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar
e. Melatih anak untuk mencintai lingkungan dan ciptaan Tuhan
f. Melatih anak untuk mengeri berbagai konsep moral yang mendasar, seperti salah, benar, jujur, adil dan fair

4. Manfaat Bermain Bagi Anak
Manfaat bermain bagi anak antara lain :
1. Bermain bermanfat mencerdaskan otak
2. Bermain bermanfaat mengasah panca indra
3. Bermain bermanfaat sebagai media terapi
4. Bermain memacu kreatifitas
5. Bermain bermanfaat untuk melatih empati
6. Bermain itu melakukan penemuan
5. Pendapat Pakar Tentang Permainan
a. Aristoteles
Berpendapat bahwa anak-anak perlu didorong untuk bermain dengan apa yang mereka tekuni dewasa nanti. Pendidikan untuk anak perlu disesuaikan dengan minat serta tahap perkembangan anak.
b. Frohel (abad 18)
Menekankan pentingnya bermain dalam belajar. Menurutnya kegiatan bermain dan mainan yang dinikmati anak dapat digunakan untuk menarik perhatian serta mengembangkan pengetahuan mereka.
c. Joan Freman dan Utami Menandar (1995)
Menyebutkan bahwa pada umumnya bermain merupakan suatu aktivitas yang membantu anak untuk mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, sosial, moral dan emosional.
d. Montessori (1961)
Menggambarkan jika ketika anak bermain, dan berada dalam situasi keserasian, akan merekontroksi sebuah kreativitas.
e. Sigmund Freud
Freud memandang bermain sama seperti fantasi atau lamunan. Melaluio bermain ataupun fantasi, seseorang dapat memproyeksikan harapan maupun konflik pribadi. Denagn demikian bermain mempunyai efek katarsis yaitu anak dapat mengambil peran aktif sebagai pemasaran dalam memindahkan perasaan negatif ke objek atau orang pengganti..
Freud memandang bermain sebagai cara yang digunakan anak untuk mengatasi masalah, memanfaatkan bermain sebagai alat diagnosa terhadap masalah dan sarana mengobati jiwa anak yang dimanifestasikan dalam terapi bermain.
f. Frank dan Theresia Caplan, enam belas hakikat bermain antara lain yaitu:
1. Membantu pertumbuhan anak
2. Merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela
3. Memberikan kebebasan anak untuk bertindak
4. Memberikan dunia khayal yang disukai anak
5. Mempunyai unsur berpetualang didalamnya
6. Meletakkan dasar pengembangan bahasa
7. Mempunyai pengaruh yang unik dalam pembentukan hubungan antar pribadi
8. Memberikan kesempatan-kesempatan untuk menguasai diri secara fisik
9. Memperluas minat dan pemusatan perhatian
10. Merupakan cara untuk menyelidiki sesuatu
11. Merupakan cara untuk mempelajari peran orang dewasa
12. Merupakan dinamis untuk belajar
13. Menjernihkan pemikiran anak
14. Dapat distruktur secara akademis
g. Singer
Bermain, teutama bermain imajinatif sebagai kekuatan positif untuk perkembangan manusia, bermain memberikan suatu cara bagi anak untuk memajukan kecepatan masuknya perangsangan (stimulasi) baik dari luar maupun dari dalam yaitu aktivitas otak yang secara konstan memainkan kembali dan merekam pengalaman-pengalaman.
            Bermain bagi anak usia dini dan dilaksanakan di lingkungan pendidikan sesuai dengan prinsip pendidikan bagi anak usia dini. Adapun prinsip pendidikan anak usia dini adalah sebagai berikut :
1. Bermain Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain
Bermain merupakan kegiatan yang paling diminati  anak. Saat bermain anak melatih otot besar dan kecil, melatih keterampilan berbahasa, menambah pengetahuan, melatih cara mengatasi masalah, mengelola emosi, bersosialisasi, mengenal matematika, sain, dan banyak hal lainnya.
Bermain bagi anak juga sebagai pelepasan energi, rekreasi, dan emosi. Dalam keadaan yang nyaman semua syaraf otak dalam keadaan rileks sehingga memudahkan menyerap berbagai pengetahuan dan membangun pengalaman positif.
Kegiatan pembelajaran melalui bermain mempersiapkan anak menjadi anak yang senang belajar.


2. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Anak sebagai pusat pembelajaran. Seluruh kegiatan pembelajaran di rencanakan dan dilaksanakan untuk mengembangkan potensi anak. Dilakukan dengan memenuhi kebutuhan fisik dan psikis anak. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan sesuai dengan cara berpikir dan perkembangan kognitif anak. Pembelajaran PAUD bukan berorientasi pada keinginan lembaga/guru/orang tua.
3. Stimulasi Terpadu
Anak memiliki aspek moral, sosial, emosional, fisik, kognitif, bahasa, dan seni. Kebutuhan anak juga mencakup kesehatan, kenyamanan, pengasuhan, gizi, pendidikan, dan perlindungan. Pendidikan Anak Usia Dini memandang anak sebagai individu utuh, karenanya program layanan PAUD dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Untuk memenuhi stimulasi yang menyeluruh dan terpadu, maka penyelenggaraan PAUD harus bekerjasama dengan layanan kesehatan, gizi, dan pendidikan orang tua. Dengan kata lain layanan PAUD Holistik Integratif menjadi keharusan yang dipenuhi dalam layanan PAUD.
4. Berorientasi pada Perkembangan Anak
Setiap anak memiliki kecepatan dan irama perkembangan yang berbeda, namun demikian pada umumnya memiliki tahapan perkembangan yang sama. Pembelajaran PAUD, pendidik perlu memberikan kegiatan yang  sesuai dengan tahapan perkembangan anak, dan memberi dukungan sesuai dengan perkembangan masing-masing anak. Untuk itulah pentingnya pendidik memahami tahapan perkembangan anak.

B. Jenis-Jenis Permainan Anak
Aktivitas bermain merupakan suatu rangkaian usaha kegiatan di PAUD. Kegiatan yang dilakukan membutuhkan pengaturan lingkungan bermain dan belajar serta alat-alat permaianan yang dibutuhkan. Di PAUD dikenal dua kategori bermain, yaitu bermain bebas dan bermain terpimpin.
1. Bermain Bebas
Dalam permainan bebas anak boleh memilih sendiri kegiatan yang diinginkannya serta alat-alat yang ingin digunakannya. Bermain bebas merupakan bentuk bermain aktif baik dengan alat maupun tanpa alat, didalam maupun diluar ruangan. Saat bermain bebas anak-anak membutuhkan tempat, waktu, peralatan bermain, serta kebebasan. Kebebasan yang diberikan adalah kebebsana yang tertib, yaitu kebebasan yang bertanggungjawab. Kebebasan tersebut diarahkan pada tumbuhnya disiplin diri secara bertahap.
Tugas guru dalam kegiatan bermain bebas adalah melakukan observasi terhadap anak-anak dan mendorong atau memotivasi anak untuk lebih aktif bermain. Adapun contoh-contoh aktifitas bermain bebas baik didalam maupun diluar ruangan :
Didalam Ruangan
- Bermain Balok
Saat bermain balok anak-anak bebas mengeluarkan dan menggunakan imajinasi serta keinginannya untuk menemukan agar dapat bermain dengan kreatif. Di PAUD hendaknya disediakan beberapa set dan jenis balok, seperti balok-balok ukuran besar, ukuran kecil dan balok yang dapat dimainkan dimeja (table blocks)
Balok meja biasanya terdiri dari balok-balok bujur sangkar berwarna atau polos, yang dapat dimainkan secara individual atau berpasangan sambil duduk mengelilingi meja. Dapat pula ditambahkan bentuk-bentuk lain untuk lebih menstimulasi daya cipta dan daya eksplorasi anak.
- Bermain Alat Manipulatif
Alat manipulatif adalah semua alat permainan yang kecil dan dapat diletakkan diatas meja sehingga membuat anak terampil bekerja dan mengembangkan daya pikirnya.
Berbagai macam alat permainan manipulatif adalah papan hitung, puzzle, mozaik, balok ukur, menara gelang, papan jahit, lotto, manik-manik, roncean, biji-bijian, tutup botol, sendok es krim, benda-benda plastik.
Diluar Ruangan
Halaman sekolah adalah tempat yang menyenangkan bagi anak-anak. Mereka dapat bersosialisasi serta mengembangkan fisiknya baik dengan berlari maupun dengan memainkan alat lain yang disediakan seperti : ayunan, papan jungkit, papan luncur, palang bertingkat, jembatan goyang, jaring-jaring laba-laba dan lain-lain.
Ketika anak-anak bermain diluar, pengawasan oleh guru sangat diperlukan. Dibutuhkan kerjasama guru dalam mengawasi anak-anak saat bermain yang juga disesuaikan dengan luasnya area bermain.
Kegiatan ini merupakan pembuka kegiatan fisik yang menarik dan mempunyai banyak manfaat, antara lain :
1. Dapat dipindah-pindahkan
2. Tidak terlalu berat
3. Menarik untuk anak-anak yang tidak berani memulai sesuatu
4. Membantu anak-anak belajar dimana memulai kegiatan dan bagaimana merencanakan gerakannya secara berurutan
5. Memberi kesadaran akan ruang bagi tubuh anak sendiri
6. Mendorong anak mengambil resiko
7. Membantu guru mengenali anak-anak yang memerlukan lebih banyak kesempatan untuk memanjat, menyeimbangkan serta mengembangkan ketrampilan dalam program motorik telah disusun.
2. Bermain Terpimpin
Dalam kegiatan bermain terpimpin anak tidak bebas, melainkan terikat pada peraturan permainan atau kegiatan tertentu. Biasanya permainan dan alat permainan diciptakan ileh guru sendiri. Oleh karena itu gru TK / PAUD harus kreatif mencipta (permainan dan alat) agar kegiatan pembelajaran tidak membosankan serta anak dan guru tidak mengalami kejenuhan.
Aktifitas permainan terpimpin yang dapat membentu guru mencipta permainan, antar lain sebagai berikut :
1. Permainan dalam lingkaran
2. Permainan dengan alat
3. Permainan tanpa alat
4. Permainan dengan angka
5. Permainan dengan nyanyian
6. Permainan bentuk lomba
7. Permainan mengasah panca indra
Dasar pemikiran yang melandasi permainan yang baik dan sehat bagi perkembangan anak, yaitu berikut ini :
1.     Permainan yang dirancang dengan baik dapat menjadi sarana pengembangan kemampuan anak
2.     Setiap anak mempunyai hak untuk mendapatkan pengalaman yang sehat dan bersifat positif
3.     Anak-anak merupakan unsur terpenting dalam setiap permainan anak.
4.     Anak memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi.
5.     Perilaku bermain dapat mempengaruhi pandangan anak mengenai dirinya sendiri, orang lain dan dunia sekelilingnya
6.     Aktivitas bermain perlu dievaluasi secara berkala untuk melihat dampaknya bagi perkembangan anak (baik positif maupun negatif)
Contoh aktifitas bermain terpimpin :
Permainan dalam lingkaran
- Sapu tangan dan bola
1. Bola yang digunakan adalah bola besar (ukuran bola kaki)
2. Anak-anak berdiri dalam lingkaran dengan jarak sekitar 1 meter
3. Bola dioperkan dari satu anak kepada anak lainnya yang berada dalam lingkaran
4. Anak yang berada diluar lingkaran berusaha menyentuh bola dengan sapu tangan yang dipegangnya, namun tidak boleh menyentuh anak-anak yang mengoperkan bola
5. Anak yang mengoperkan bola berusaha agar bola yang dipegangnya tidak dapat disentuh saputangan sehingga suasana menjadi riuh.
6. Anak yang bolanya disentuh saputangan (ketika dipegang atau sedang dioper) atau anak yang tidak dapat menangkap bola yang dioper kepadanya harus keluar dari lingkaran dan menggantikan anak yang memegang saputangan.
7. Guru bertindak sebagai pemimpin di tengah lingkaran.
Permainan dengan alat
- Mana Sepatuku
1. Alat yang digunakan adalah sepatu anak-anak dan guru
2. Semua sepatu dicampur dan diaduk-aduk dan diletakkan diujung ruangan. Diujung lainnya dibuat garis memanjang.
3. Anak-anak dibagi menjadi 2 kelompok, kemudian tiap kelompok berbaris diatas garis
4. Dengan adanya aba-aba guru anak terdepan berlari kearah sepatu berada, mencari dan memakai sepatunya
5. Demikian seterusnya sampai anak terakhir memakai sepatunya
6. Kelompok yang anggotanya terakhirnya selesai labih dulu memakai sepatu adalah kelompok yang menang.
7. Sepatu dapat ditambahkan dengan sepatu anak-anak yang menonton. Guru selalu mengumpulkan kembali sepatu yang bertebaran ketika anak mencari sepatunya.
Permainan tanpa alat
- Kata polisi
1. anak-anak duduk dalam lingkaran menghadap ke tengah
2. Ditengah berdiri seorang anak menjadi pemimpin
3. Anak tersebut memberi perintah kepada anak lain yang harus di laksanakan perintah tersebut didahului dengan “kata polisi”. Misalnya, “kata polisi tepuk tangan 3 kali”
4. Bila pemimpin hanya mengatakan “tepuk tangan 3 kali” anak-anak tidak boleh mengikutinya
5. Bila ada yang melakukan perintah tersebut dia harus keluar dari lingkaran atau anak yang tidak melakukan perintah sesuai aba-aba atau salah melakukan “kata polisi” juga harus keluar dari lingkaran.
6. Begitu seterusnya sampai anak-anak habis
7. Kata polisi dapat diganti dengan “kata bu guru” atau “kata ayah” sesuai kesepakatan bersama.
Permainan dengan angka
- Berbasis menurut angka
1. Permainan ini dimainkan sekurang-kurangnya 10 anak
2. Alat yang digunakan adalah kartu angka (1-10)
3. 10 anak maju masuk ke dalam lingkaran yang sudah disiapkan
4. Guru menebarkan kartu angka secara tertutup dilantai
5. Setelah anak mendengar aba-aba, anak-anak mengambil satu kartu angka, kemudian mulai mengatur barisan berderet ke samping sesuai urutan angka dalam kartu yang didapatnya
6. Kerjasama antar peserta sangat diperlukan untuk dapat menyelesaikan tugas dengan baik
7. Agar ada tantangan dapat dimainkan oleh 2 dan atau 3 kelompok sekaligus dan guru harus mempersiapkan beberapa set kartu angka. Kelompok yang lebih cepat menyusun barisan dengan urutan yang benar merupakan kelompok pemenang.
Permainan dengan nyanyian
- Bermain sepatu
1. Anak-anak melepas sepatu dan duduk dilantai membentuk lingkaran menghadap ke dalam dengan jarak 1,5 m
2. Setiap anak meletakkan sepatunya dihadapannya. Salah satu anak sepatunya diganti sepatu guru
3. Dengan aba-aba guru, anak-anak mulai menyanyi dengan tempo biasa sambil menggeser sepatumya mengikuti irama lagu. Setelah lagu berakhir sepatu juga berhenti (satu putaran, lagu dinyanyikan 2 kali)
4. Anak yang mendapat sepatu guru didepannya harus berhenti bermain
5. Permainan dilanjutkan sampai hanya tertinggal satu pemain lagi. Makin sedikit jumlah pemain, lagu makin dipercepat.

C. Bermain dan Kreativitas Pada Anak Usia Dini
Bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan spontan sehingga hal ini memberikan rasa aman secara psikologis pada anak. Begitu pula dalam suasana bermain aktif, dimana anak memperoleh kesempatan yang luas untuk melakukan eksplorasi guna memenuhi rasa ingin tahunya, anak bebas mengekspresikan gagasannya memalui khayalan, drama, bermain konstruktif, dan sebagainya. Maka dalam hal ini memungkinkan anak untuk mengembangkan pearasaan bebas secara psikologis.
Kreativitas adalah suatu kondisi, sikap atau keadaan yang sangat khusus sifatnya dan hampir tidak mungkin dirumuskan secara tuntas. Kreativitas dapat didefinisikan dalam beranekaragam pernyataan tergantung siapa dan bagaimana menyorotinya. Istilah kreativitas dalam kehidupan sehari-hari selalu dikaitkan dengan prestasi yang istimewa dalam menciptakan sesuatu yang baru, menemukan cara-cara pemecahan masalah yang tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan orang, ide-ide baru, dan melihat adanya berbagai kemungkinan.
Kreativitas ini dapat berupa kegiatan imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan hanya perangkuman, mungkin mencakup pembentukan polapola baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya serta pencangkokan hubungan lama ke situasi baru dan mungkin mencakup pembentukan korelasi baru. Bentuk-bentuk kreativitas mungkin berupa produk seni, kesusasteraan, produk ilmiah, atau mungkin juga bersifat prosedural atau metodologis. Jadi menurut ahli ini, kreativitas merupakan aktivitas imajinatif yang hasilnya merupakan pembentukan kombinasi dari informasi yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman sebelumnya menjadi hal yang baru, berarti dan bermanfaat. Munandar (1995) mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru, asosiasi baru berdasarkan bahan, informasi, data atau elemen-elemen yang sudah ada sebelumnya menjadi hal-hal yang bermakna dan bermanfaat.
Rasa aman dan bebas secara psikologis merupakan kondisi yang penting bagi tumbuhnya kreativitas. Anak-anak diterima apa adanya, dihargai keunikannya, dan tidak terlalu cepat di evaluasi, akan merasa aman secara psikologis. Begitu pula anak yang diberikan kebebasan untuk mengekspresikan gagasannya. Keadaan bermain yang demikian berkaitan erat dengan upaya pengembangan kreativitas anak.
Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan kreativitasannya. Ia dapat berekperimen dengan gagasan-gagasan barunya baik yang menggunakan alat bermain atau tidak. Sekali anak merasa mampu menciptakan sesuatu yang baru dan unik, ia akan melakukan kembali pada situasi yang lain. Kreativitas memberi anak kesenangan dan kepuasan pribadi yang sangat besar dan penghargaan yang memiliki pengaruh nyata pada perkembangan pribadinya. Menjadi kreatif juga penting artinya bagi anak usia dini, karena menambah bumbu dalam permainannya. Jika kreativitas dapat membuat permainan menjadi menyenangkan, mereka akan merasa bahagia dan puas.
Bermain memberikan keseempatan pada anak untuk mengekspresikan dorongan-dorongan kreatifnya sebagai kesempatan untuk merasakan obyek-obyek dan tantangan untuk menemukan sesuatu dengan cara-cara baru, untuk menemukan penggunaan suatu hal secara berbeda, menemukan hubungan yang baru antara sesuatu dengan sesuatu yang lain serta mengartikannya dalam banyak alternatif cara.Selain itu bermain memberikan kesempatan pada individu untuk berpikir dan bertindak imajinatif, serta penuh daya khayal yang erat hubungannya dengan perkembangan kreativitas anak
Berbagai bentuk bermain yang dapat membantu mengembangkan kreativitas, antara lain:
1. Mendongeng
2. Menggambar
3. Bermain alat musik sederhana
4. Bermain dengan lilin atau malam
5. Permainan tulisan tempel
6. Permainan dengan balok
7. Berolahraga

D. Strategi Pembelajaran Bermain
Sebelum melakukan kegiatan bermain, bermacam bahan dan peralatan yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai perlu dipersiapkan terlebih dahulu secara lengkap. Langkah berikutnya adalah menentukan urutan langkah bermain yang disertai dengan penetapan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh setiap peserta permainan.
Pelaksanaan kegiatan bermain terdiri dari tiga kegiatan yaitu:
a.         Kegiatan pra-bermain
1.    Kegiatan penyiapan siswa dalam melaksanakan kegiatan bermain.
Kegiatan penyiapan siswa terdiri dari : (1) guru menyampaikan tujuan kegiatan bermain kepada para siswa, (2) guru menyampaikan aturan-aturan yang harus diikuti dalam kegiatan bermain, (3) guru menawarkan tugas kepada masing-masing anak, misalnya membuat istana, membuat, menara, dan seterusnya, dan (4) guru memperjelas apa yang harus dilakukan oleh setiap anak dalam melakukan tugasnya.
2.    Kegiatan penyiapan bahan dan peralatan yang siap untuk dipergunakan dalam kegiatan bermain.
Kegiatan penyiapan bahan dan peralatan yang diperlukan, misalnya menyiapkan bak pasir, ember, bendera kecil, dsb.
b.        Kegiatan bermain
Tahap bermain terdiri dari rangkaian kegiatan yang berurutan dari awal sampai dengan akhir kegiatan bermain. Banyaknya kegiatan pada tahap bermain sangat tergantung pada jenis permainan yang dipilih, serta jumlah anak yang mengikuti permainan.
c.         Kegiatan penutup
Kegiatan penutup merupakan kegiatan akhir dari seluruh langkah kegiatan bermain. Pada kegiatan ini, guru memberikan penekanan pada aspek-aspek yang sepatutnya dikembangkan dan dimiliki oleh anak seperti, menunggu giliran, kemampuan bekerja sama, kemampuan memecahkan masalah dan sebagainya.
Evaluasi atau penilaian perlu dilaksanakan agar guru mendapatkan umpan balik tentang keberhasilan kegiatan bermain. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan kegiatan bermain yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Solehuddin (2000:89) terdapat dua cara yang dapat ditempuh dalam mengimplementasikan bermain, yaitu :
a.       Langsung
Bermain sebagai metode pembelajaran bagi anak. Guru menyajikan permainan yang bertujuan mengembangkan perilaku tertentu yang diharapkan dan telah ditetapkan sebelumnya.
b.      Tidak langsung
Melengkapi ruang bermain (play center) dengan alat-alat permainan pendidikan. Anak diberi keleluasaan untuk melakukan kegiatan bermain sesuai dengan alat-alat permainan yang dirancang oleh guru.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab sebelumnya diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa permainan merupakan hal yang harus diajarkan kepada anak karena permainan merupakan dunia anak yang dapat menunjang pada kehidupannya di masa depan karena di dalam permainan itu sendiri terdapat proses belajar.
Bermain merupakan salah satu hak asasi manusia, begitu juga pada anak usia dini. Ada banyak manfaat yang didaptkan dari kegiatan bermain, salah satunya adalah pengemangan kreativitas. Bermain dalam bentuk apapun, baik aktif maupun pasif, baik dengan alat maupun tanpa alat dapat menunjang ktreativitas anak dalam berbagai taraf. Disini peran orang tua dan guru pembimbing untuk dapat menjadi fasilitator pengembangan kreativitas anak, dengan memfasilitasi anak agar dapat bermain dengan cara dan alat yang tepat sesuai dengan bakat, minat, perkembangan, dan kebutuhan anak.

B. Saran-saran
Disarankan kepada penulis selanjutnya untuk memperkaya lagi bahan rujukan yang digunakan untuk memperluas cakrawala ilmu yang didapat juga untuk memperkaya materi yang bisa dipelajari.














DAFTAR PUSTAKA


Csikszentmihalyi, M., 1996, Creativity. Harper Collins Publisher, Inc : New York

Hurlock, E. B., 1980. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan), edisi kelima. Penerbit Erlangga : Jakarta

Hurlock, E. B., 1999. Perkembangan Anak Jilid 1(Edisi 6). Penerbit Erlangga : Jakarta

Mönks, F.J, Knoers, A.M.P dan Haditono, S.R. 2004. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta

Munandar, S.C.U.,1995. Pengembangan Kreativitaas Anak Berbakat. Rineka Cipta kerjasama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta

Mulyadi, S., 2004. Bermain dan Kreativitas(Upaya Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Kegiatan Bermain). Papas Sinar Sinanti : Jakarta

Nursisto. 1999.Kiat Menggali Kreativitas. Mitra Gama Media : Yogyakarta.