Blogroll

loading...

Blogger templates

loading...

Makalah kegiatan bermain praktis bagi anak usia dini


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Pendidikan usia dini merupakan usaha pemerintah dengan tujuan agar anak-anak Indonesia memiliki bekal persiapan ketika melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Dalam implementasinya, PAUD berfugsi membina, dan menumbuh kembangkan seluruh potensi  anak secara optimal, agar terbentuk perilaku dan kemampuan dasar yang selaras, serasi,dan seimbang dengan tahap perkembangannya sehinggga memiliki keesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya dalam mewujudkan tujuan nasional. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral, maupun sosial anak agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan maphluk sosial.
            Media dalam proses pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Oleh karena itu penggunaan media pembelajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi kualitas pembelajaran. Contoh dari media pembelajaaran anak usia dini yang paling efektif dan efisien tepapai menunjukan hasil yang sempurna adaalah melalui bermain.
Dunia anak adalah dunia bermain, jadi sudah selayaknya pendidik memberikan fasilitas bermain bagi anak. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara spontan, menyenangkan dan kepuasan. Bermain bagi anak merupakan kebutuhan pekerjaan bagi orang dewasa. Kegiatan bermain menjadi pengalaman dan pengetahuan anak. Berkaitan dengan pemberian kesempatan pada anak untuk bermain, karena pada hakekatnya bermain itu sendiri merupakan hak anak sepanjang rentang hidupnya. Melalui bermain anak dapat berlatih, meningkatkan cara berpikir dan mengembangkan kreatifitas. Berbagai potensi perkembangan dapat diperoleh melalui kegiatan bermain dan permainan
            Bermain merupakan aktivitas yang paling disukai oleh semua manusia, bukn hanya manusia, tetapi juga oleh binatang. Sering kita saksikan anak kucing sedang bermain-main dengan saudaranya atau dengan temannya, demikian halnya dengan ayam dan burung peliharaan kita, semuanya suka bermain. Dengan demikian, bermain sebenarnya buakan hanya dunia anak, tetapi dunia kita semua, tidak tua, tidak muda semuanya suka ermain. Bagi anak usia dini, bermain erupakan kegiatan yang tidak dapat diisahkan dari setiap langkahnya sehngga semua aktivitasnya selalu dimulai dan diakhiri dengan bermain.

B. Rumusan Masalah
            Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
  1. Bagaimana konsep bermain dan perkembangan anak ?
  2. Apakah yang dimaksud perkembangan dan jenis bermain ?
  3. Bagaimana lingkungan dan alat bermain di dalam dan luar sekolah ?
  4. Bagaimana bermain dalam gamitan pendidikan (terapi bermain)?
  5. Bagaimana kegiatan bermain praktis bagi anak usia dini?

C. Tujuan
            Adapun tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
  1. Untuk mengetahui konsep bermain dan perkembangan anak.
  2. Untuk mengetahui perkembangan dan jenis bermain.
  3. Untuk mengetahui lingkungan dan alat bermain di dalam dan luar sekolah.
  4. Untuk mengetahui bermain dalam gamitan pendidikan (terapi bermain).
  5. Untuk mengetahui kegiatan bermain praktis bagi anak usia dini.

BAB II
PEMBAHASAN


A. Dasar Teori Bermain
1.      Konsep Bermain
Kata “main” ini pada awalnya belum mendapat perhatian khusus dari para ahli ilmu jiwa. Pada dasarnya arti dari permainan dan mainan adalah sama yaitu objek dari bermain, sedangkan pengertian dari bermain itu sendiri memiliki beragam arti, jika ditelusuri lebih jauh, orang yang paling berjasa dalam meletakkan dasar dalam bermain adalah seorang filsuf dari Yunani yang bernama Plato.
Menurut Plato, anak-anak akan lebih mudah mempelajari aritmatika dengan cara membagikan sejumlah apel pada anak-anak. Juga melalui pembagian alat-alat permainan miniatur balok-balok kepada anak berusia tiga tahun yang pada akhirnya akan mengantar pada anak tersebut menjadi seorang ahli bangunan. Sehingga Plato berpendapat bahwa bermain sebagai kegiatan yang mempunyai nilai praktis, artinya bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak (Tedjasaputra, 2001:59).
Ciri terakhir menjadi identifikasi yang kuat bahwa seorang anak usia pra sekolah sedang melakukan kegiatan bermain. Batasan bermain sangat penting untuk dipahami karena berfungsi sebagai parameter bagi seorang pendidik dalam menentukan sejauh mana aktivitas yang dilakukan anak. Ada dua ciri lagi dari kegiatan bermain yaitu bebas dari aturan-aturan yang ditetapkan dari luar dan keterlibatan secara aktif dari bermain.
Menurut Catron dan Allen dalam Sujiono (2009:145) pada dasarnya bermain memiliki tujuan utama yakni memelihara perkembangan atau pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif, interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan bermain anak. Penekanan dari bermain adalah perkembangan kreativitas dari anak-anak. Semua anak usia dini memiliki potensi kreatif tetapi perkembangan kreativitas sangat individual dan bervariasi antar anak yang satu dengan anak lainnya.
Kreativitas anak adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan dan keaslian dalam berpikir serta kemampuan untuk merinci (mengembangkan atau memperkaya) suatu gagasan (Tjandrasa, 2012:53). Sedangkan menurut Jamaris (2006:67) ciri-ciri kreativitas adalah kelancaran, kelenturan, keaslian, kerincian dan kesabaran serta kemandirian.

2. Perkembangan Anak
Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat kumulatif, artinya perkembangan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya. Oleh sebab itu, apabila terjadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka perkembangan selanjutnya cenderung akan mendapat hambatan (Jamaris dalam Sujiono, 2009:54).
Anak usia dini berada dalam masa keemasan di sepanjang rentang usia perkembangan manusia. Montessori dalam Hainstock (1999:10-11) mengatakan bahwa masa ini merupakan periode sensitif, selama masa inilah anak secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Pada masa ini anak siap melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memahami dan menguasai lingkungannya.
Awal masa kanak-kanak merupakan periode yang bahagia dalam kehidupan. Kalau tidak, kebiasaan tidak bahagia dengan mudah akan berkembang, dan sekali ini terjadi akan sulit dirubah. Berikut merupakan tugas-tugas perkembangan untuk anak usia dini (Hurlock, 1991: 140).
a.   Awal masa kanak-kanak yang berlangsung dari dua sampai enam tahun, oleh  orang tua disebut sebagai usia yang problematis, menyulitkan atau mainan; oleh para pendidik dinamakan sebagai usia prasekolah; dan oleh ahli psikologi sebagai usia prakelompok, penjelajah atau usia bertanya.
b.   Perkembangan fisik berjalan lambat tetapi kebiasaan fisiologis yang dasarnya diletakkan pada masa bayi, menjadi cukup baik.
c.   Awal masa kanak-kanak dianggap sebagai saat belajar untuk mencapai pelbagai keterampilan karena anak senang mengulang, hal mana penting untuk belajar keterampilan; anak pemberani dan senang mencoba hal-hal baru; dan karena hanya memiliki beberapa keterampilan maka tidak mengganggu usaha penambahan keterampilan baru.
d.   Perkembangan berbicara berlangsung cepat, seperti terlihat dalam perkembanganya pengertian dan berbagai keterampilan berbicara. Ini mempunyai dampak yang kuat terhadap jumlah bicara dan isi pembicaraan.
e.   Perkembangan emosi mengikuti pola yang dapat diramalkan, tetapi terdapat keanekaragaman dalam pola ini karena tingkat kecerdasan, besarnya keluarga, pendidikan anak dan kondisi-kondisi lain.

B. Perkembangan dan Jenis Bermain
Beberapa hal untuk mengetahui tentang proses perkembangan anak adalah proses pertumbuhan dan perkembangan anak yang berlangsung secara teratur, saling terkait dan berkesinambungan. Secara umum karakteristik perkembangan anak adalah:
 Pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara bersamaan dan berkorelasi. Sebagai contoh: pertumbuhan anak serat syaraf otak dan akan disertai oleh perubahan fungsi dari suatu perkembangan intelegensianya.Pembangunan ini memiliki pola yang teratur dan urutan. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal akan menentukan tahap berikutnya dari pertumbuhan dan perkembangan. Sebagai contoh: sebelum anak bisa berjalan, ia harus mampu bangun pertama (Noorlaila, 2010: 42).
Dalam bermaian, anak belajar untuk berinteraksi dengan lingkungan dan orang yang ada di sekitarnya. Dari interaksi dengan lingkungan dan orang di sekitarnya maka kemampuan untuk ber sosialisasi anak pun akan semakin bertambah dan berkembang.pada usia 2 hingaga 5 tahun, anak memiliki perkembangan bermain dengan teman bermainnya.
Berikut ini ada enam tahapan perkembangan bermain pada anak menurut Parten dan Rogersdalam Dockettdan Fleer (1992:62) yang menjelaskan:
1)      Unoccupied atau tidak menetap.
Anak hanya melihat anak yang lain lagi bermain akan tetapi anak tidak ikut bermain. Anak pada tahap ini hanya mengamati sekeliling dan berjalan jalan, tetapi tidak terjadi interaksi dengan anak yang lagi bermain.
2)      Unlooker atau penonton
Pada tahap ini anak belum mau terlibat untuk bermain akan tetapi anak sudah memolai untuk mendekaat dan bertanya pada teman yang sedanh bermain dan anak sudah mulai muncul ketertarikan untuk bermain setelah mengamati anak mampu mengubah caranya untuk bermaian..
3)      Solitary independent play atau bermain sendiri.
Tahap ini anak sudah mulai untuk bermain ,akan tetapi seorang anak bermain sendiri dengan mainan nya, terkadang anak berbicara dengan teman nya yang sedang bermain, tetapi tidah terlibat dengan permainan anak lain.
4)      Parallel activiti atau kegiatan pararel.
Anak sudah mulai bermain dengan anak yang lain tetapi belum terjadi interaksi dengan anak yang lain nya dan anak cenderung menggunakan alat yang ada di sekelilingnya. Pada tahap ini ,anak juga tidak mempengaruhi dalam bermain dengan permainannya anak masih senang memanipulasi benda daripada bermain dengan anak lain. Dalam tahap ini biasanya anak anak memain kan alat permainan yang sama dengan anak yang lain naya. Apa yang dilakukan anak yang stau tidak mempengaruhi anak yang lain nya.
5)      Associative play atau bermain dengan teman.
Pada tahap terjadi interaksi yang lebih komplek pada anak. Terjadi tukar menukar mainan antara anak yang satu dengan yang lain nya dan cara bermain anak sudah saling mengingatkan. Meskipun anak dalam satu kelompok melakukan kegiatan yang sama, tidak terdapat aturan yang mengikat dan belum memiliki tujuan yang khusus atau belum terjadi dikusi untuk mencapai satu tujuan yang sama seperti menyusun bangunan bangunan yang bernacam-macam akan tetapi masing masing anak dapat sewaktu-waktu meninggalkan bangunan tersebuat dengan semaunya tidak terikat untuk merusaknya kembali.

6)      Cooperative or organized supplementary play atau kerja sama dalam bermain.
Saat anak bermain bersama dan lebih terorganisir dan masing masing menjalannkan sesuai dengan job yang sudah mereka dapat yang saling mempengaruhi satu sama yang lain. Anak bekerja sama dengan anak yang lain nya untuk membangun sesuatu terjadi persaingan memmbentuk permainan drama dan biasanya terpengaruh oleh anak yang memimpin permainan.
Dari keenam tahap diatas tampak bahwa dalam suatu permaian akan timbul rasa ingin tahu rasa ingin berinteraksi dan rasa untuk ber sosialisasi dengan anak yang lain nya.
bermain juga mengalami perkembangan kemampuan yang berbeda bagi masing masing anak yaitu sesuai dengan usia antara lain dari umur 0-2, 1-2, 2-3, 3-4, 4-5, 5-7, dan 7+. (Noorlaila, 2010: 146)
Jeffree, McConkey dan Hewson (1984), dalam Yuliani (2009) menyebutkan enam karakteristik kegiatan bermain pada anak, yaitu: pertama, inisiatif untuk bermain harus muncul dari diri pemain sendiri. Ini mengandalkan permainan yang sifatnya sukarela, bukan paksaan. Kedua, bebas dari aturan mengikat. Terlalu banyak aturan justru menyebabkan permainan menjadi kurang menarik minat anak. Ketiga, bermian merepresentasikan aktifitas nyata. Sering kali anak memerankan suatu permianan yang merupakan miniatur dari aktifitas yang mereka lihat misalnya pergi ke pasar, menimba air dan sejenisnya. Dan media yang digunakan pun sering kali nyata, bukan semu, semacam air dan tanah atau debu. Keempat, permainan pada anak fokus pada proses, bukan pada hasil. Misalnya anak bermain seolah sedang memandikan boneka, maka permainan yang sesungguhnya adalah ketika anak berpura-pura memandikan boneka, bukan pada boneka yang merupakan output dari proses permainan tersebut. Apalagi sering kali dibumbui dengan percakapan di antara anak-anak yang terlibat dalam permainan tersebut.  Kelima, permainan yang sehat adalah di mana anak-anak sebagai pemain dominan, bukan orang dewasa yang mengintervensi dan mengendalikan permainan. Keenam, anak sebaiknya terlibat langsung dan aktif dalam proses permainan.
Itulah karakteristik permainan yang ideal, yang dianggap mampu memberikan implikasi positif dan manfaat bagi anak yang terlibat di dalamnya.
Adapun jenis permainan yang dapat dikembangkan di dalam program kegiatan bermain anak usia dini dapat digolongkan ke dalam berbagai jenis permainan seperti dikemukakan oleh Jefree, Mc.Conkey, dan Hewson (1984) ialah permainan eksploratif (exploratory play), permainan dinamis (energenic play), permainan dengan keterampilan (skillful play), permainan sosial (sosial play), permainan imajinatif (imaginative play) dan permainan teka-teki (puzzle-out play). Keenam penggolongan tersebut pada dasarnya saling terintegrasi satu dengan lainnya sehingga dalam penerapannya mungkin saja salah satu permainan dapat mengembangkan jenis permainan yang lainnya. Justru keterpaduan diantaranya akan menjadi daya tarik tersendiri bagi anak saat melakukan permainan tersebut (Sujiono, 2009: 146).
Selain permainan diatas, untuk lebih memfokuskan pada permainan kreatif yang dikembangkan maka Lopes (dalam Sujiono, 2009: 147), mengungkapkan bahwa permainan kreatif dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1)       Kreasi terhadap objek (object creation) berupa kegiatan bermain dimana anak melakukan kreasi tertentu terhadap suatu objek.
2)       Cerita bersambung (continuing story) berupa kegiatan bermain dimana guru melalui awal sebuah cerita dan setiap anak menambahkan cerita selanjutnya bagian perbagian seperti cerita dengan menggunakan buku besar.
3)       Permainan drama kreatif (creative dramatic play) berupa permainan dimana anak dapat mengekspresikan diri melalui peniruan terhadap tingakah laku orang, hal ini dapat membuat mereka memahami dan menghadapi dunia seperti bermain dokter-dokteran.
4)       Gerakan kreatif (creative movement) berupa kegiatan bermain yang lebih menggunakan otot-otot besar seperti permainan aku seorang pemimpin dimana seorang anak melakukan gerakan tertentu dan anak lain mengikutinya/berpantomim atau kegiatan membangun dengan pasir, lumpur, dan atau tanah liat.
5)       Pertanyaan kretif (creative questioning) yang berhubungan dengan pertanyaan terbuka, menjawab pertanyaan dengan sentuhan panca indra, pertanyaan tentang perubahan, pertanyaan yang membutuhkan beragam jawaban, dan pertanyaan yang berhubungan dengan suatu proses atau kejadian.

C. Lingkungan dan Alat Bermain di Dalam dan Luar Sekolah
Dalam” kurikulum kreatif”, lingkungan dan bermain meliputi penggunaan dan pengaturan ruang dalam kelas, jadwal kesehatan dan rutinitas serta suasana yang peduli dan saling memperhatikan. Keberhasilan pelaksanaan program untuk pendidikan di TK sangat tergantung dari cara pengaturan lingkungan belajar dan bermain serta penggunaan alat permainan baik di dalam maupun di luar kelas.
Pengaturan lingkungan belajar dan bermain di TK hendaknya di dasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut
1.       Tingkat perkembangan anak ,di sesuaikan engan tingkat perkembangan anak, baik segi perkembangan kognitif,motorik,bahasa,maupun psikososial.
2.       Stimulasi perkembangan anak,dengan memberikan kesempataan yang luas kepada anak eksplorasi, penyelidikan, (inkuri), interaksi sosial, komunikasi, dan peningkatan kemampuan koordinasi gerakan motorik.
3.       Menghidarkan anak cedera.
4.       Informasi yang berkaitan dengan anak yang akan mengikuti kegiatan belajar.
5.       Kgiatan harus dilakukan anak yang berkaitan dengan tujuan khusus yang hendak dicapai.
Perencanaan lngkungan belajar dan bermain di TK perlu diperhatikan hal berikut:
1.      Perencanaan harian.
2.      Kesehatan, keamanan.
3.      Keindahan, informasi dan stimulasi.

Ada beberapa yang perlu di perhatiakan dalam mengatur lingkungan bermain dalam proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik.
1.          Susunan meja kursi anak dapat di ubah-ubah.
2.          Pada waktu mengikuti kegiatan, anak-anak, tidak selalu duduk di kursi, tetapi dapat juga di tikar/karpet
3.          Penyediaan alat peragaharus disesuaikan dengan kegiatan yang akan di laksanakan.
Begitu pula dengan perabot/perlengkapan/bahan/perlatan yang akan dipergunakan sebaiknya mempertimbangkan beberapa hal berikut ini. 
1.       Keamanaan
Peralatan yang dipergunakan dalam kegiatan belajar mengjar hendaknya tidak tajam, tidak ada paku yang menonjol, atau kawat yang lepas, tidak runcing, tidak mudah pecah, dan tidak mengandung racun serta tidak menggunakan listrik.
2.       Sesuai dengan kondisi anak
Materi yang di pilih harus sesuai dengan minat, usia dan kemapuan anak .
3.       Kualitas dan keawetan
Hendaknya alat yang dipergunakan di sekolah dapat di tahan lama,tetapi relatif murah.
4.       Alat yang dipakai sesuai dengan tujuan pembelajaran.
5.       Perabot mudah di pindah-pindahkan dan sesuai dengan ukuran anak.
Secara umum  pengaturan lingkungan bermain di luar kelas perlu mempertimbangkan hal-hal berikut
1.   Kesimbangan area, hal ini dapat diwujudkan dengan menciptakan beberapa area sebagai berikut, area teduh, area terbuka untuk sinar matahari, area lompat, area memanjat, dan bergantungan serta area bermain pasir.
2.   Jalan kecil/trotoar.
3.   Pemilihan perlatan bermain.
4.   Tingkat perkembangan anak  dan kebutuhan anak.
         Area kegiatan ini diselenggarakan di TK dengan alat –alat permainan yang menarik berfungsi untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dan keakraban antara teman sehingga anak betah tinggal di sekolah.
         Alat-alat permaianan permainan yang dipergunakan pada tiap-tiap area adalah sebagai berikut:
1. Area/sentra kesenian
Area ini di isi dengan bahan yang memungkinkan anak melakukan percobaan, eksplorasi, dan kreativitas lainnya. Area ini juga hendaknya dapat memberikan kesempatan pada setiap anak untuk memilih kegiatan yang dilakukan.misalnya: melukis, menggambar, memotong, menempel.dll
2. Area/sentra perpustakaan
Area ini perlu diisi dengan rak-rak buku, meja, kursi, sesuai dengan kebutuhan yang ada. Alat yang dapat digunakan rak buku, meja, kursi, karpet, bantal kecil, tape recorder, dan buku-buku yang dilengkapi dengan catalog dan kartu peminjaman, poster, lukisan, dan gambar lain yang memberikan informasi.
3. Area musik
Alat-alat yang digunakan di area musik antara lain piano, gitar, angklung, alat-alat perkursi  (tamborin dan ringbel) dapat juga menggunakan bahan dari alam/lingkungan sekitar, seperti batu, batok kelapa, botol air mineral, sendok, ember, tutup panci, kardus bekas dan sebagainya.
4. Area/Sentra Bermain Drama
Area ini yang digunakan untuk kegiatan bermain peran. Alat-alat yang digunakan antara lain perabotan dapur, lemari, meja, kursi, boneka kostum, binatang/profesi dan lain-lain, celemek, tas, topi, helm, sarung tangan dan alat tulis.
5. Area permainan balok dan logo/lego
Balok sangat berarti bagi anak TK bahkan untuk semua anak dengan Tingkat usia. Alat alat yang digunakan balok berbagai ukuran, lego, logo, kubus, kardus bekas, rambu-rambu lalu lintas, balok kardus dan balok kayu warna-warni adalah alat yang disukai anak-anak.


6.      Alat Permainan Matematika
Dalam area permainan matematika anak harus diberi kesempatan bereskplorasi  dengan  cara mencocokkan, berhitung, mengelompokkan membandingkan, memperkirakan dan sebagainya. Alat yang digunakan kartu-kartu angka, tutup botol, biji-bijian dan berbagai benda lainnya yang memberikan pengalaman actual kepada anak.
7.      Area/ IPA Sains
Area ini berkaitan dengan gejala alam dan berbagai pengalaman sehari-hari. Alat yang digunakan berdasasrkan pada topik dan aktivitasnya diantara makhluk hidup:
Menanam bibit, mengamati binatang peliharaaan dan melakukan percobaan, menggunakan berbagai jenis telur (mentah dan matang)
8.      Area Sentra / Agama
Area ini untuk menanamkan anak-anak pada nilai moral, agama, dan budi pekerti. Alat yang digunakan disentra agama antara lain maket-maket, rumah ibadah, peralatan ibadah, gambar atau poster atau bacaan do’a dan gambar atau poster yang menunjukkan nila-nilai moral, budi pekerti.
Alat Permainan di area / Sentra Kegiatan Luar Kelas
1.      Area Memanjat
2.      Area Bermain Pasir dan Air
3.      Area Melempar dan Menangkap

D. Bermain Dalam Gamitan Pendidikan (Terapi Bermain)
Bermain adalah unsur yang paling penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial. Dimana anak mendapat kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah berteman, kreatif dan cerdas bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain.
Bermain juga merupakan setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya dan dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban serta tidak tergantung kepada usia tetapi tergantung kepada kesehatan dan kesenangan yang diperoleh.
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif . Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan asuhan keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya.
Keuntungan-keuntungan yang didapat dari terapi bermain, antara lain:
a.           Membuang ekstra energi.
b.           Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang, otot dan organ-organ.
c.           Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak.
d.           Anak belajar mengontrol diri.
e.           Berkembangnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang hidupnya.
f.            Meningkatnya daya kreativitas.
g.           Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada disekitar anak.
h.           Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan kedukaan.
i.            Kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya.
j.            Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan.
k.           Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.

E. Kegiatan Bermain Praktis Bagi Anak Usia Dini
Bermain dengan benda merupakan kegiatan bermain ketika anak dalam bermain menggunakan atau mempermainkan benda-benda tertentu, dan benda-benda tersebut dapat menjadi hiburan yang menyenangkan bagi anak yang bermainnya. Oleh karena itu, lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini harus menyiapkan berbagai permainan, sekaligus menyediakan benda-benda yang dapat digunakan secara aman dan nyaman bagi anak-anak dalam bermain.
Beberapa tipe bermain dengaan benda menurut Piaget ( 1962 ) adalah sebagai berikut :
a.    Bermain praktis adalah bentuk bermain ketika anak-anak melakukan berbagai kemungkinanmengeksplorasi berbagai objek yaang digunakan.
b.   Bermain simbolik adalah bentuk bermain diman anak-anak menggunakan imajinasi dalam bermain.
c.    Bermain dengan aturan adalah bentuk bermain yang dapat dilakukan secara optimal apabila syarat-syaarat dalam bermain dipenuhi dan dipatuhi oleh semua anak yang yang sedang bermain. Syarat-syarat tersebut, antara lain berkaitan dengan waktu, tempat, peralatan, teman, aturan.
Bermain dengan benda merupakan kegiatan bermain ketika anak dalam menggunakan atau mempermainkan benda-benda tertentu dan benda-benda tersebut dapat menjadi hiburan yang menyenangkan bagi anak yang bermainnya. Oleh karena itu, lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini harus menyiapkan berbagai permainan, sekaligus menyediakan benda-benda yang dapat digunakan secara aman dan nyaman bagi anak-anak dalam bermain. Tipe bermain dengan benda meliputi bermain praktis, bermain simbolik, dan bermain dengan aturan.

BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
Bermain merupakan salah satu hak asasi manusia, begitu juga pada anak usia dini. Ada banyak manfaat yang didaptkan dari kegiatan bermain, salah satunya adalah pengemangan kreativitas. Bermain dalam bentuk apapun, baik aktif maupun pasif, baik dengan alat maupun tanpa alat dapat menunjang ktreativitas anak dalam berbagai taraf. Disini peran orang tua dan guru pembimbing untuk dapat menjadi fasilitator pengembangan kreativitas anak, dengan memfasilitasi anak agar dapat bermain dengan cara dan alat yang tepat sesuai dengan bakat, minat, perkembangan, dan kebutuhan anak.
Lingkungan belajar dan bermain meliputi penggunaan dan pengaturan ruang didalam dan diluar kelas, jadwal keseharian dan rutinitas serta suasana yang peduli dan saling memperhatikan. Pengaturan lingkungan belajar dan bermain di TK hendaknya didasarkan pada prinsip-prinsip antara lain tingkat perkembangan anak, stimulasi perkembangan anak dan menghindari anak cedera. Untuk mengarahkan kegiatan anak dalam bermain, terlebih dulu guru harus memahami karakteristik pengembangan anak baik untuk usia 4-5 tahun (kelas A) maupun usia 5-6 tahun (kelas B). karakteristik pengembangan tersebut meliputi aspek pengembangan :
a.       Fisik, yaitu motorik kasardan motorik halus
b.      Kognitif
c.       Bahasa
d.      Social emosional, moral dan nilai-nilai agama
e.       Seni
Disini peran guru dan orang tua sangat diperlukan untuk mengarahkan kegiatan bermain lebih positif, dan tidak lupa waktu. Setiap guru dan orangtua senantiasa mengikuti perkembangan bermain anak-anak agar  mereka dapat mengarahkan kegiatan bermain anak secara positif, dan efektif.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini guru diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar dan bermain di TK yang lebih menyenangkan agar dapat meningkatkan semangat anak untuk datang ke sekolah. Guru juga harus memperhatikan anak ketika melakukan kegiatan bermain baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

DAFTAR PUSTAKA




Hurlock, Elizabeth B. 2005. Perkembangan Anak Jilid II-Edisi ke 6. Jakarta: Erlangga

Mulyana. 2012. Manajemen PAUD. Bandung: Rosda.

Soe, Dockett dan Fleed, Marilyn. 2000. Play and pedagogy in early childhood. Australia : Harcout

Sudono, Anggani. 2000. Sumber Belajar dan Permainan PAUD. Jakarta: Grasindo

Sujiono, Yuliani Nurani. 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: PT Indeks

Sugianto, Mayke. 1995. Bermain, Mainan dan Permainan. Jakarta: DEPDIKBUD Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Suyadi. 2011. Manajemen PAUD. Yogyakata: Pustaka Pelajar.