Blogroll

loading...

Blogger templates

loading...

Hakikat Pembiasaan



a. Pengertian Pembiasaan
Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah biasa. Dalam kamus bahasa Indonesia biasa adalah lazim atau umum, seperti sedia kala, sudah merupakan yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Dengan adanya prefiks pe- dan sufiks –an menunjukan arti proses. Sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu/seseorang menjadi terbiasa. Dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam (Arief, 2012:110).
Metode pembiasaan adalah suatu cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak berfikir, bersikap, bertindak sesuai dengan ajaran agama Islam. Metode ini sangat praktis dalam pembinaan dan pembentukan karakter anak usia dini dalam meningkatkan pembiasaan-pembiasaan dalam melaksanakan suatu kegiatan di sekolah. Hakikat pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman. Pembiasaan adalah sesuatu yang diamalkan. Oleh karena itu, uraian tentang pembiasaan selalu menjadi satu rangkaian tentang perlunya melakukan pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan di setiap harinya. Inti dari pembiasaan adalah pengulangan. Dalam pembinaan sikap, metode pembiasaan sangat efektif digunakan karena akan melatih kebiasaan-kebiasaan yang baik kepada anak sejak dini. Pembiasaan merupakan penanaman kecakapan-kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu, agar cara-cara yang tepat dapat disukai oleh anak. Pembiasaan pada hakikatnya mempunyai implikasi yang lebih mendalam daripada penanaman cara-cara berbuat dan mengucapkan (Fadlillah dan Khorida, 2013:172).
Dalam bidang psikologi pendidikan, metode pembisaan dikenal dengan istilah operan conditioning, mengajarkan peserta didik untuk membiasakan perilaku terpuji, disiplin, giat belajar, bekerja keras, ikhlas, jujur, dan bertanggung jawab atas setiap tugas yang telah diberikan. Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman, yang dibiasakan adalah sesuatu yang diamalkan. Pembiasaan menentukan manusia sebagai sesuatu yang diistemawakan, yang dapat menghemat kekuatan, karena akan menjadi kebiasaan yang melekat dan spontan agar kekuatan itu dapat dipergunakan untuk berbagai kegiatan dalam setiap pekerjaan dan aktivitas lainnya (Mulyasa, 2013:173)
Pembiasaan dinilai sangat efektif jika penerapanya dilakukan terhadap peserta didik yang berusia kecil. Karena memiliki rekaman ingatan yang kuat dan kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga mereka mudah terlarut dengan kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari. Oleh karena itu, sebagai awal dalam proses pendidikan, pembiasaan merupakan cara yang efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral kedalam jiwa anak. Nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya ini kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupanya semenjak ia mulai melangkah keusia remaja dan dewasa (Arief, 2012:110).
Dalam kehidupan sehari-hari, pembiasaan merupakan hal yang sangat penting, karena banyak dijumpai orang berbuat dan berperilaku hanya karena kebiasaan semata-mata. Pembiasaan dapat mendorong mempercepat perilaku, dan tanpa pembiasaan hidup seseorang akan berjalan lamban, sebab sebelum melakukan sesuatu harus memikirkan terlebih dahulu apa yang akan dilakukannya. Metode pembiasaan perlu diterapkan oleh guru dalam proses pembentukan karakter, untuk membiasakan peserta didik dengan sifat-sifat terpuji dan baik, sehingga aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik terekam secara positif.
Pendidikan melalui pembiasaan dapat dilaksanakan sebagai berikut:
a. Kegiatan terprogram dalam pembelajaran dapat dilaksanakan dengan perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu untuk mengembangkan pribadi peserta didik secara individual, kelompok, dan atau klasikal antara lain:
1)      Biasakan peserta didik untuk bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstrusi sendiri pengetahuan, ketrampilan, dan sikap baru dalam setiap pembelajaran.
2)      Biasakan peserta didik untuk bertanya dalam setiap pembelajaran.
3)      Biasakan peserta didik untuk bertnaya dalam setiap pembelajaran.
4)      Biasakan peserta didik bekerjasama, dan saling menunjang.
5)      Biasakan peserta didik untuk berani menanggung resiko.
6)      Dan lain sebagainya.
b. Kegiatan pembiasaan secara tidak terprogram dapat dilaksanakan sebagai berikut:
1)      Rutin, yaitu pembiasaan yang dilakukan terjadwal. Seperti: upacara bendera, senam, shalat berjamah, pemeliharaan kebersihan, dan kesehatan diri.
2)      Spontan, adalah pembiasaan tidak terjadwal dalam kejadian khusus. Seperti: pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, antre, mengatasi silang pendapat.
3)      Keteladanan, adalah pembiasaan dalam bentuk perilaku sehari-hari. Seperti: berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji kebaikan dan atau keberhasilan orang lain, datang tepat waktu. (Mulyasa, 2013:176)
Penerapan metode pembiasaan dapat dilakukan dengan membiasakan anak untuk mengerjakan hal-hal positif dalam keseharian mereka. Dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan secara rutinitas setiap harinya, anak didik akan melakukan dengan sendirinya, dengan sadar tanpa ada paksaan. Dengan pembiasaan secara langsung, anak telah diajarkan disiplin dalam melakukan dan menyelesaikan suatu kegiatan. Disebabkan pembiasaan berintikan pengulangan, metode pembiasaan juga berguna untuk menguatkan hafalan (Fadlillah dan Khorida, 2013:177).
Rasulullah pun melakukan metode pembiasaan dengan melakukan berulang-ulang dengan doa yang sama. Akibatnya, beliau hafal benar doa itu, dan sahabatnya. Hal tersebut menunjukan bahwa dengan seringnya pengulangan-pengulangan akan mengakibatkan ingatan-ingatan sehingga tidak akan lupa. Pembiasaan tidaklah memerlukan keterangan atau argumen logis. Pembiasaan akan berjalan dan berpengaruh karena semata-mata oleh kebiasaan itu saja (Fadlillah dan Khorida, 2013:178).
b. Syarat-Syarat Pemakaian Metode Pembiasaan
Ditinjau dari segi ilmu psikologi, kebiasaan seseorang erat kaitanya dengan figur yang menjadi panutan dalam perilakunya. Seperti halnya seorang anak terbiasa shalat karena orangtuanya yang menjadi figurnya selalu mengaja dan memberi contoh kepada anak tersebut tentang shalat yang mereka laksanakan setiap waktu shalat. Demikian pula kebiasaan-kebiasaan lainnya. Oleh karena itu, syarat-syarat yang harus dilakukan dalam mengaplikasikan pendekatan pembiasaan dalam pendidikan, antara lain:
  1. Mulailah pembiasaan sebelum terlambat. Usia sejak bayi dinilai waktu yang sangat tepat untuk mengaplikasikan pendekatan ini, karena setiap anak mempunyai rekaman yang cukup kuat dalam menerima pengaruh lingkungan sekitarnya dan secara langsung akan dapat membentuk kepribadian seorang anak. Kebiasaan positif maupun negatif akan muncul sesuai dengan lingkungan yang membentuknya.
  2. Pembiasaan hendaklah dilakukan secara kontinu, teratur dan berprogram. Sehingga pada akhirnya akan terbentuk sebuah kebiasaan yang utuh, permanen dan konsisten. Oleh karena itu faktor pengawasan sangat menentukan dalam pencapaian keberhasilan dari proses ini.
  3. Pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat, konsisten dan tegas. Jangan memberi kesempatan yang luas kepada anak didik untuk melanggar kebiasaan yang telah ditanamkan.
  4. Pembiasaan yang pada mula hanya bersifat mekanistis, hendaknya secara berangsur-angsur dirubah menjadi kebiasaan yang tidak verbalistik dan menjadi kebiasaan yang disertai dengan kata hati anak didik itu sendiri.

c. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Pembiasaan
Sebagaimana pendekatan-pendekatan lainnya didalam proses pendidikan, pendekatan pembiasaan tidak bisa terlepas dari dua aspek yang saling bertentangan yaitu kelebihan dan kekurangan, antar lain:
a. Kelebihan metode ini antara lain:
1)     Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik.
2)     Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan lahiriyah aspek tetapi juga berhubungan dengan aspek batiniah.
3)     Pembiasaan dalam sejarah tercatat sebagai metode yang paling berhasil dalam pembentuan kepribadian anak didik.
b. Kekurangan metode ini antara lain:
1)     Apabila telah tertanam kebiasaan buruk,sulit untuk dihilangkan.
2)     Memerlukan pengawasan, supaya kebiasaan yang dilakukan tidak menyimpang.
3)     Membutuhkan stimulus atau rangsangan, supaya anak dapat melakukan kebiasaan baiknya dengan istiqamah. (Fadlillah dan Khorida, 2013:176)


Blog Archive