Blogroll

loading...

Blogger templates

loading...

Perkembangan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini



Perkembangan motorik halus anak usia dini ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan.
Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan,antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar.
Kegiatan motorik halus sebaiknya sudah diperkenalkan kepada anak-anak usia prasekolah. Tentu saja hal ini seiring dengan kegiatan motorik kasarnya. Sebab kegiatan motorik halus merupakan langkah awal bagi pematangan dalam hal menulis dan menggambar. Anak-anak memerlukan persiapan yang matang sebelum mereka bersekolah, sehingga kelak diharapkan mereka mampu menguasai gerakan-gerakan yang akan dilakukan nantinya pada saat bersekolah.
Sudah menjadi ciri khas, hampir semua anak memiliki sifat ingin tahu yang tinggi, memiliki imajinasi yang alami serta kreatif. Anak-anak akan beradaptasi dan merespon dengan cepat ketika mereka berinteraksi dengan orang-orang atau benda yang ada di lingkungannya. Mereka sangat tertarik dengan berbagai hal, seperti bagaimana sesuatu bekerja atau mengapa sesuatu terjadi sebagaimana sesuatu itu terjadi.
Keterampilan motorik halus adalah aktivitas-aktivitas yang memerlukan pemakaian otot-otot kecil pada tangan. Aktivitas ini termasuk memegang benda kecil seperti manik-manik, butiran kalung, memegang sendok, memegang pensil dengan benar, menggunting, melipat kertas, mengikat tali sepatu, mengancing, dan menarik ritsleting. Aktivitas tersebut terlihat mudah namun memerlukan latihan dan bimbingan agar anak dapat melakukannya secara baik dan benar (Hamdani, 2010:25).
Keterampilan motorik halus ternyata memang harus melalui proses latihan yang rutin, berkelanjutan dan tepat sasaran. Hal ini bisa dibuktikan karena tidak semua anak pandai menggerakkan tangannya, misalnya ada seorang anak yang kesulitan ketika ia akan memegang sebuah bola pingpong, bola tersebut selalu lepas ketika akan diraihnya, tetapi ada anak lainnya dengan begitu mudah memegangnya.
Anak yang mengalami kesulitan dalam motorik halus diakibatkan karena pesatnya kemajuan teknologi. Adanya permainan melalui video games atau computer telah menyebabkan anak-anak kurang menggunakan waktu mereka untuk permainan yang memakai motorik halus. Tentu saja hal ini dapat menyebabkan berkembangnya otot-otot halus pada tangan mereka kurang berkembang. Keterlambatan otot-otot ini berdampak pada anak yang mengalami kesulitan menulis ketika mereka mulai masuk sekolah. Beberapa anak menunjukkan keterlambatan dalam kemampuan motorik halus karena keterlambatan tumbuh kembang atau diagnose medik seperti down syndrome atau cerebral palsy (cacat mental).
Karakteristik keterampilan motorik halus anak menurut Depdiknas (2007) antara lain :
1.   Pada usia 4 tahun koordinasi motorik halus anak sudah lebih substansial sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih cepat, bahkan cenderung ingin sempurna.
2.   Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik halus anak sudah lebih sempurna lagi. Tangan, lengan dan tubuh bergerak di bawah koordinasi mata. Anak juga mampu membuat dan melaksanakan kegiatan yang lebih majemuk, seperti dalam kegiatan proyek.
Ciri-ciri perkembangan motorik halus anak usia dini diantaranya :
a.   menempel
b.   mengerjakan puzzle (menyusun potongan-potongan gambar)
c.   menjahit sederhana
d.   makin terampil menggunakan jari tangan (mewarnai dengan rapi)
e.   Mengisi pola sederhana (dengan sobekan kertas, stempel)
f.    Mengancingkan baju
g.   Menggambar dengan gerakan naik turun bersambung (seperti gunung atau bukit)
h.   Menarik garis lurus, lengkung, miring.
i.    Mengekspresikan gerakan dengan irama bervariasi.
j.    Melempar dan menangkap bola
Tujuan pengembangan motorik halus untuk anak usia dini yaitu :
a.   Sebagai alat untuk pengembangan keterampilan gerak kedua tangan.
b.   Anak dapat menciptakan suatu hasil karya yang orisinil dari anak tersebut.
c.   Sebagai alat untuk pengembangan koordinasi kecepatan tangan dan kecepatan mata.
d.   Untuk menyeimbangkan penglihatan pada saat seorang guru menggunakan metode demontrasi dalam pengembangan motorik halus anak.
e.   Sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi anak.
f.    Karena dalam membuat hasil karya untuk anak usia dini sangat menguras emosi anak karena pada dasrnya egosentrisnya sangat tinggi.
Prinsip pengembangan motorik halus menurut (Jamaris, 2003:9) prinsip untuk pengembangan motorik adalah kematangan, urutan, motivasi, pengalaman, dan latihan atau praktik.
a.        Kematangan saraf
Pada waktu anak dilahirkan hanya memiliki otak sebesar 25% dari berat otak orang dewasa. Saraf-saraf tersebut belum berkembang sesuai dengan fungsinya dalm mengontrol berbagai gerak motorik baik motorik kasar maupun motorik halus. Dengan bertambahnya umur anak yang makin bertambah dan perkembangan semakin besar anak mengalami proses neurological naturalation (kematangan neorologis).
b.     Urutan
Proses perkembangan fisiologis manusia berlangsung secara berurutan yang terdiri atas :
1)       Pembedaan yang mencakup perkembangan secara berlahan dari motorik kasar yang belum terarah dengan baik kepada gerak yang lebih terarah sesuai fungsi gerak motorik kasar.
2)       Keterpaduan yaitu  kemampuan dalam menggabungkan gerakan motorik yang saling berlawanan dalam koordinasi gerak yang baik, seperti berlari dan berhenti.
c.      Motivasi
Kematangan motorik ini memotivasi untuk melakukan aktifitas motorik dalam lingkup yang luas, hal ini dapat dilihat dari :
1)       Aktifitas fisiologi meningkat dengan tajam.
2)        Anak seakan-akan tidak mau berhenti untuk melakukan aktifitas fisik baik yang melibatkan motorik kasar maupun motorik halus.
Motivasi yang datang dari dalam diri anak tersebut perlu didukung dengan Motivasi yang datang dari luar. Misalnya memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai aktifitas motorik dan menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan anak.


d.     Pengalaman latihan
Pada saat anak mencapai kematangan untuk terlihat secara aktif  dalam aktifitas fisik yang ditandai motivasi yang tinggi, orang tua dan guru perlu memberi kesempatan dan pengalaman yang dapat meningkatkan motorik anak secara optimal. Peluang ini tidak saja berbentuk memberikan anak melakukan kegiatan fisik akan tetapi perlu dukungan dengan berbagai fasilitas yang berguna bagi pengembangan keterampilan motorik kasar maupun motorik halus anak.

Blog Archive