BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Lingkungan belajar baik didalam
kelas maupun diluar kelas merupakan isu yang selalu mendapat perhatian khusus
dalam penyelenggaraan pendidikan TK, karena lingkungan sekitar baik fisik
maupun non fisik mempengaruhi prilaku manusia. Contohnya adalah pengaturan
rumah. Rumah yang bersih dan rapi memberikan gambaran tentang kebiasaan
penghuninya yang hidup teratur dan menjaga kebersihan.
Bertitik tolak dari kesadaran
bahwa anak belajar dari interaksinya dengan lingkunag disekitarnya dan proses
belajar berjalan secara positif dan produktif maka pengaturan lingkungan
belajar anak perlu mendapat perhatian secara khusus.
Keberhasilan pelaksanaan program
untu pendidikan di TK sangat tergantung dari cara pengaturan lingkungan belajar
dan bermain serta penggunaan alat permainan baik didalam kelas maupun didalam
kelas. Kesenangan anak didik untuk bersekolah dipengaruhi oleh lingkungan
sekolah, maka pengaturan lingkungan, alat permainan pada khususnya, dan sumber
belajar pada umumnya harus rapi menarik dan dengan efisiensi yang tinggi
sehingga dapat dinikmati dan dirasakan oleh anak.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam
makalah ini adalah :
1.
Bagaimana konsep bermain dan perkembangan anak ?
2.
Bagaimana perkembangan dan jenis bermain ?
3.
Bagaimana lingkungan belajar dan bermain ?
4.
Apa saja
alat permainan di Area dan Kegiatan di Dalam dan di luar kelas ?
C. Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah :
1.
Untuk mengetahui konsep bermain dan perkembangan
anak.
2.
Untuk mengetahui perkembangan dan jenis bermain.
3.
Untuk mengetahui lingkungan belajar dan bermain.
4.
Untuk mengetahui
saja alat permainan di Area dan Kegiatan di Dalam dan di luar kelas.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Konsep
Bermain dan Perkembangan Anak
Kata “main” ini pada awalnya belum
mendapat perhatian khusus dari para ahli ilmu jiwa. Pada dasarnya arti dari
permainan dan mainan adalah sama yaitu objek dari bermain, sedangkan pengertian
dari bermain itu sendiri memiliki beragam arti, jika ditelusuri lebih jauh, orang
yang paling berjasa dalam meletakkan dasar dalam bermain adalah seorang filsuf
dari Yunani yang bernama Plato.
Menurut Plato, anak-anak akan lebih
mudah mempelajari aritmatika dengan cara membagikan sejumlah apel pada
anak-anak. Juga melalui pembagian alat-alat permainan miniatur balok-balok
kepada anak berusia tiga tahun yang pada akhirnya akan mengantar pada anak
tersebut menjadi seorang ahli bangunan. Sehingga Plato berpendapat bahwa
bermain sebagai kegiatan yang mempunyai nilai praktis, artinya bermain
digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu
pada anak (Tedjasaputra, 2001:59).
Ciri terakhir menjadi identifikasi
yang kuat bahwa seorang anak usia pra sekolah sedang melakukan kegiatan
bermain. Batasan bermain sangat penting untuk dipahami karena berfungsi sebagai
parameter bagi seorang pendidik dalam menentukan sejauh mana aktivitas yang
dilakukan anak. Ada dua ciri lagi dari kegiatan bermain yaitu bebas dari
aturan-aturan yang ditetapkan dari luar dan keterlibatan secara aktif dari
bermain.
Menurut Catron dan Allen dalam
Sujiono (2009:145) pada dasarnya bermain memiliki tujuan utama yakni memelihara
perkembangan atau pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain
yang kreatif, interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan bermain anak.
Penekanan dari bermain adalah perkembangan kreativitas dari anak-anak. Semua
anak usia dini memiliki potensi kreatif tetapi perkembangan kreativitas sangat
individual dan bervariasi antar anak yang satu dengan anak lainnya.
Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat kumulatif, artinya
perkembangan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya. Oleh
sebab itu, apabila terjadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka
perkembangan selanjutnya cenderung akan mendapat hambatan (Jamaris dalam
Sujiono, 2009:54).
Anak usia dini berada dalam masa keemasan di sepanjang rentang usia
perkembangan manusia. Montessori dalam Hainstock (1999:10-11) mengatakan bahwa
masa ini merupakan periode sensitif, selama masa inilah anak secara khusus
mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Pada masa ini anak siap
melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memahami dan menguasai lingkungannya.
Selanjutnya Montessori menyatakan bahwa usia keemasan merupakan masa di
mana anak mulai peka untuk menerima berbagai stimulasi dan berbagai upaya
pendidikan dari lingkungannnya baik disengaja maupun tidak disengaja. Pada masa
inilah terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga anak siap
merespons dan mewujudkan semua tugas-tugas perkembangan yang diharapkan muncul
pada pola perilakunya sehari-hari (Hainstock dalam Sujiono, 2009:54).
Awal masa kanak-kanak merupakan
periode yang bahagia dalam kehidupan. Kalau tidak, kebiasaan tidak bahagia
dengan mudah akan berkembang, dan sekali ini terjadi akan sulit dirubah.
Berikut merupakan tugas-tugas perkembangan untuk anak usia dini (Hurlock, 1991:
140).
a. Awal
masa kanak-kanak yang berlangsung dari dua sampai enam tahun, oleh orang tua disebut sebagai usia yang problematis,
menyulitkan atau mainan; oleh para pendidik dinamakan sebagai usia prasekolah;
dan oleh ahli psikologi sebagai usia prakelompok, penjelajah atau usia bertanya.
b.
Perkembangan fisik berjalan lambat tetapi
kebiasaan fisiologis yang dasarnya diletakkan pada masa bayi, menjadi cukup
baik.
c.
Awal masa kanak-kanak dianggap sebagai saat
belajar untuk mencapai pelbagai keterampilan karena anak senang mengulang,
hal mana penting untuk belajar keterampilan; anak pemberani dan senang mencoba
hal-hal baru; dan karena hanya memiliki beberapa keterampilan maka tidak mengganggu
usaha penambahan keterampilan baru.
d.
Perkembangan berbicara berlangsung cepat,
seperti terlihat dalam perkembanganya pengertian dan berbagai keterampilan
berbicara. Ini mempunyai dampak yang kuat terhadap jumlah bicara dan isi
pembicaraan.
e. Perkembangan
emosi mengikuti pola yang dapat diramalkan, tetapi terdapat keanekaragaman
dalam pola ini karena tingkat kecerdasan, besarnya keluarga, pendidikan anak
dan kondisi-kondisi lain.
B. Perkembangan
dan Jenis Bermain
Aktivitas bermain merupakan suatu
rangkaian usaha kegiatan di PAUD. Kegiatan yang dilakukan membutuhkan
pengaturan lingkungan bermain dan belajar serta alat-alat permaianan yang
dibutuhkan. Di PAUD dikenal dua kategori bermain, yaitu bermain bebas dan
bermain terpimpin.
1. Bermain Bebas
Dalam permainan bebas anak boleh memilih sendiri
kegiatan yang diinginkannya serta alat-alat yang ingin digunakannya. Bermain
bebas merupakan bentuk bermain aktif baik dengan alat maupun tanpa alat, didalam
maupun diluar ruangan. Saat bermain bebas anak-anak membutuhkan tempat, waktu,
peralatan bermain, serta kebebasan. Kebebasan yang diberikan adalah kebebsana
yang tertib, yaitu kebebasan yang bertanggungjawab. Kebebasan tersebut
diarahkan pada tumbuhnya disiplin diri secara bertahap.
Tugas guru dalam kegiatan bermain bebas adalah
melakukan observasi terhadap anak-anak dan mendorong atau memotivasi anak untuk
lebih aktif bermain. Adapun contoh-contoh aktifitas bermain bebas baik didalam
maupun diluar ruangan :
Didalam Ruangan
- Bermain Balok
Saat bermain balok anak-anak bebas mengeluarkan dan
menggunakan imajinasi serta keinginannya untuk menemukan agar dapat bermain
dengan kreatif. Di PAUD hendaknya disediakan beberapa set dan jenis balok,
seperti balok-balok ukuran besar, ukuran kecil dan balok yang dapat dimainkan
dimeja (table blocks)
Balok meja biasanya terdiri dari balok-balok bujur
sangkar berwarna atau polos, yang dapat dimainkan secara individual atau
berpasangan sambil duduk mengelilingi meja. Dapat pula ditambahkan
bentuk-bentuk lain untuk lebih menstimulasi daya cipta dan daya eksplorasi
anak.
- Bermain Alat Manipulatif
Alat manipulatif adalah semua alat permainan yang
kecil dan dapat diletakkan diatas meja sehingga membuat anak terampil bekerja dan
mengembangkan daya pikirnya.
Berbagai macam alat permainan manipulatif adalah
papan hitung, puzzle, mozaik, balok ukur, menara gelang, papan jahit, lotto,
manik-manik, roncean, biji-bijian, tutup botol, sendok es krim, benda-benda
plastik.
Diluar Ruangan
Halaman sekolah adalah tempat yang menyenangkan bagi
anak-anak. Mereka dapat bersosialisasi serta mengembangkan fisiknya baik dengan
berlari maupun dengan memainkan alat lain yang disediakan seperti : ayunan,
papan jungkit, papan luncur, palang bertingkat, jembatan goyang, jaring-jaring
laba-laba dan lain-lain.
Ketika anak-anak bermain diluar, pengawasan oleh guru
sangat diperlukan. Dibutuhkan kerjasama guru dalam mengawasi anak-anak saat
bermain yang juga disesuaikan dengan luasnya area bermain.
Kegiatan ini merupakan pembuka kegiatan fisik yang
menarik dan mempunyai banyak manfaat, antara lain :
1. Dapat dipindah-pindahkan
2. Tidak terlalu berat
3. Menarik untuk anak-anak yang tidak berani memulai
sesuatu
4. Membantu anak-anak belajar dimana memulai kegiatan
dan bagaimana merencanakan gerakannya secara berurutan
5. Memberi kesadaran akan ruang bagi tubuh anak
sendiri
6. Mendorong anak mengambil resiko
7. Membantu guru mengenali anak-anak yang memerlukan
lebih banyak kesempatan untuk memanjat, menyeimbangkan serta mengembangkan
ketrampilan dalam program motorik telah disusun.
2. Bermain Terpimpin
Dalam kegiatan bermain terpimpin
anak tidak bebas, melainkan terikat pada peraturan permainan atau kegiatan
tertentu. Biasanya permainan dan alat permainan diciptakan oleh guru sendiri.
Oleh karena itu gru TK / PAUD harus kreatif mencipta (permainan dan alat) agar
kegiatan pembelajaran tidak membosankan serta anak dan guru tidak mengalami
kejenuhan.
Aktifitas permainan terpimpin yang
dapat membentu guru mencipta permainan, antar lain sebagai berikut :
1. Permainan dalam lingkaran
2. Permainan dengan alat
3. Permainan tanpa alat
4. Permainan dengan angka
5. Permainan dengan nyanyian
6. Permainan bentuk lomba
7. Permainan mengasah panca indra
Dasar pemikiran yang melandasi
permainan yang baik dan sehat bagi perkembangan anak, yaitu berikut ini :
1.
Permainan yang dirancang dengan baik dapat
menjadi sarana pengembangan kemampuan anak
2.
Setiap anak mempunyai hak untuk mendapatkan
pengalaman yang sehat dan bersifat positif
3.
Anak-anak merupakan unsur terpenting dalam
setiap permainan anak.
4.
Anak memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi.
5.
Perilaku bermain dapat mempengaruhi pandangan
anak mengenai dirinya sendiri, orang lain dan dunia sekelilingnya
6.
Aktivitas bermain perlu dievaluasi secara
berkala untuk melihat dampaknya bagi perkembangan anak (baik positif maupun
negatif)
Contoh aktifitas bermain terpimpin :
Permainan dalam lingkaran
- Sapu tangan dan bola
1. Bola yang digunakan adalah bola besar (ukuran bola
kaki)
2. Anak-anak berdiri dalam lingkaran dengan jarak
sekitar 1 meter
3. Bola dioperkan dari satu anak kepada anak lainnya
yang berada dalam lingkaran
4. Anak yang berada diluar lingkaran berusaha
menyentuh bola dengan sapu tangan yang dipegangnya, namun tidak boleh menyentuh
anak-anak yang mengoperkan bola
5. Anak yang mengoperkan bola berusaha agar bola yang
dipegangnya tidak dapat disentuh saputangan sehingga suasana menjadi riuh.
6. Anak yang bolanya disentuh saputangan (ketika
dipegang atau sedang dioper) atau anak yang tidak dapat menangkap bola yang
dioper kepadanya harus keluar dari lingkaran dan menggantikan anak yang
memegang saputangan.
7. Guru bertindak sebagai pemimpin di tengah
lingkaran.
Permainan dengan alat
- Mana Sepatuku
1. Alat yang digunakan adalah sepatu anak-anak dan
guru
2. Semua sepatu dicampur dan diaduk-aduk dan
diletakkan diujung ruangan. Diujung lainnya dibuat garis memanjang.
3. Anak-anak dibagi menjadi 2 kelompok, kemudian tiap
kelompok berbaris diatas garis
4. Dengan adanya aba-aba guru anak terdepan berlari
kearah sepatu berada, mencari dan memakai sepatunya
5. Demikian seterusnya sampai anak terakhir memakai
sepatunya
6. Kelompok yang anggotanya terakhirnya selesai labih
dulu memakai sepatu adalah kelompok yang menang.
7. Sepatu dapat ditambahkan dengan sepatu anak-anak
yang menonton. Guru selalu mengumpulkan kembali sepatu yang bertebaran ketika
anak mencari sepatunya.
Permainan tanpa alat
- Kata polisi
1. anak-anak duduk dalam lingkaran menghadap ke
tengah
2. Ditengah berdiri seorang anak menjadi pemimpin
3. Anak tersebut memberi perintah kepada anak lain
yang harus di laksanakan perintah tersebut didahului dengan “kata polisi”.
Misalnya, “kata polisi tepuk tangan 3 kali”
4. Bila pemimpin hanya mengatakan “tepuk tangan 3
kali” anak-anak tidak boleh mengikutinya
5. Bila ada yang melakukan perintah tersebut dia
harus keluar dari lingkaran atau anak yang tidak melakukan perintah sesuai
aba-aba atau salah melakukan “kata polisi” juga harus keluar dari lingkaran.
6. Begitu seterusnya sampai anak-anak habis
7. Kata polisi dapat diganti dengan “kata bu guru”
atau “kata ayah” sesuai kesepakatan bersama.
Permainan dengan angka
- Berbasis menurut angka
1. Permainan ini dimainkan sekurang-kurangnya 10 anak
2. Alat yang digunakan adalah kartu angka (1-10)
3. 10 anak maju masuk ke dalam lingkaran yang sudah
disiapkan
4. Guru menebarkan kartu angka secara tertutup
dilantai
5. Setelah anak mendengar aba-aba, anak-anak
mengambil satu kartu angka, kemudian mulai mengatur barisan berderet ke samping
sesuai urutan angka dalam kartu yang didapatnya
6. Kerjasama antar peserta sangat diperlukan untuk
dapat menyelesaikan tugas dengan baik
7. Agar ada tantangan dapat dimainkan oleh 2 dan atau
3 kelompok sekaligus dan guru harus mempersiapkan beberapa set kartu angka.
Kelompok yang lebih cepat menyusun barisan dengan urutan yang benar merupakan
kelompok pemenang.
Permainan dengan nyanyian
- Bermain sepatu
1. Anak-anak melepas sepatu dan duduk dilantai
membentuk lingkaran menghadap ke dalam dengan jarak 1,5 m
2. Setiap anak meletakkan sepatunya dihadapannya.
Salah satu anak sepatunya diganti sepatu guru
3. Dengan aba-aba guru, anak-anak mulai menyanyi
dengan tempo biasa sambil menggeser sepatumya mengikuti irama lagu. Setelah
lagu berakhir sepatu juga berhenti (satu putaran, lagu dinyanyikan 2 kali)
4. Anak yang mendapat sepatu guru didepannya harus
berhenti bermain
5. Permainan dilanjutkan sampai hanya tertinggal satu
pemain lagi. Makin sedikit jumlah pemain, lagu makin dipercepat.
C. Lingkungan
Belajar Dan Bermain
Penggunaan dan pengaturan
lingkungan belajar merupakan suatu kegiatan yang didasarkan atas berbagai
pertimbangan. Baik yang terkait dengan pengembangan anak secara optimal, maupun
yang terkait dengan luasnya ruangan yang tersedia, ataupun bahan-bahan dan peralatan
yang ada.
Keberhasilan pelaksanaan program
untuk pendidikan di TK sangat tergantung dari cara pengaturan lingkungan
belajar dan bermain serta penggunaan alat permainan baik di dalam kelas maupun
di luar kelas. Kesenangan anak didik untuk bersekolah dipengaruhi oleh
lingkungan sekolah, maka pengaturan lingkungan, alat permainan pada khususnya
dan sumber belajar pada umumnya harus rapi, menarik, dan dengan efisiensi yang
tinggi sehingga dapat dinikmati dan dirasakan oleh anak.
Prinsip-Prinsip Pengaturan
Lingkungan Belajar Dan Bermain Anak
1. Tingkat Perkembangan Anak
Pengaturan lingkungan belajar dan bermain perlu
disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak, baik dalam segi perkembangan
kognitif, motorik, bahasa, maupun psikososial.
2. Stimulasi Perkembangan Anak
Lingkungan belajra dan bermain hendaknya diatur
dengan tujuan untuk menstimulasi perkembangan anak. Oleh sebab itu, lingkungan
tersebut harus memberikan kesempatan yang luas kepada anak untuk eksplorasi,
penyelidikan, interaksi sosial, komunikasi, dan peningkatan kemampuan
koordinasi gerakan motorik.
3. Menghindakan Anak Cedera
Lingkungan belajar dan bermain harus ditata
sedemikian rupa sehingga dapat mengindarkan anak dari kemungkinan mendapat
cedera. Penempatan alat-alat, pemilihan alat permainan dan pengaturan ruangan
perlu memperhatikan keselamatan anak. Setiap guru harus menyadari perlunya
merancang dan mengorganisasikan lingkungan belajar anak dengan tujuan agar anak
selalu tertarik dan terstimulasi untuk mau belajar.
4. Informasi yang Berkaitan dengan Anak yang Akan
Mengikuti Kegiatan Belajar
Walaupun melalui informasi tersebut hanya sedikit
yang diketahui oleh guru, tetapi informasi tersebut tetap akan menjadi sumber
pengetahan bagi masing-masing guru. Informasi tersebut berupa catatan atau
laporan tertulis yang dapat diperoleh guru beberapa waktu sebelum sekolah
dimulai. Melalui pertemuan pertama dengan murid yang datang bersama orang tua
akan menambah informasi sehingga kelas dapat dirancang dan diorganisasikan oleh
guru sesuai anak didik yang telah diterima.
5. Kegiatan Harus Dilakukan Anak yang Berkaitan
dengan Tujuan Khusus yang Hendak Dicapai
Apabila tujuan khusus pembelajaran adalah
pengembangan keterampilan sosial maka guru perlu mengatur ruangan atau
lingkungan belajar yang memberi kesempatan pada anak untuk berinteraksi di
dalam kerja kelompok. Misalnya, guru mengatur tempat yang menarik minat anak
untuk berinteraksi di dalam kelompok, seperti menyediakan sudut permainan drama
atau bermain dan lain sebagainya.
Hal lain yang perlu
dipertimbangkan guru adalah kebutuhan ruang bagi masing-masing anak baik di
dalam maupun di luar ruang belajar, untuk memberikan kebebasan bergerak pada
masing-masing anak.
a. Perencanaan Lingkungan Belajar Dan Bermain Di Tk
Perencanaan Harian
Perencanaan harian perlu dibuat oleh guru karena
mempengaruhi pengaturan lingkkungan belajar. Setiap rencana harian membutuhkan
peralatan dan pengaturan lingkungan belajar yang sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan. Keteraturan di sekitar anak-anak akan merangsang rasa
keteraturan di dalam diri mereka.
Kesehatan, Keamanan, dan Saniter
Perencanaan lingkungan belajar juga memperhatikan
hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, keamanan, juga saniter. Cahaya yang
masuk keruangan, temperatur ruangan, dan ventilasi yang cukup untuk pergantian
udara. Disamping itu, WC, kamar mandi, keran air yang diperlukan anak untuk
mencuci tangan. Kondisi saniter secara umum merupakan aspek lain dari kesehatan
dan keamanan yang perlu mendapatkan perhatian.
Keindahan , Stimulasi, dan Stimulasi
Lingkungan belajar juga memperhatikan hal-hal yang
berkaitan dengan keindahan, informasi, dan stimulasi. Ruangan dan tempat-tempat
lainnya ditata sedemikian rupa sehingga menarik perhatian anak dan orang
dewasa. Keindahan tersebut hendaknya memberikan berbagai informasi kepada anak
dan menstimulasi anak untuk melakukan hal-hal yang diinformasikan.
b. Pengaturan Lingkungan Belajar Dan Bermain Di Dalam
Kelas
Hal-hal yang harus diperhatikan yaitu :
Susunan meja dan kursi anak dapat diubah-ubah;
Pada waktu mengikuti kegiatan, anak-anak tidak selalu
duduk di kursi, tetapi dapat juga duduk di tikar/karpet;
Penyediaan alat peraga harus disesuaikan dengan
kegiatan yang akan dilaksanakan;
Pengelompokan meja disesuaikan kebutuhan sehingga
cukup ruang gerak bagi anak didik;
Peletakan dan penyimpanan alat bermain diatur sesuai
dengan fungsinya;
Berilah batasan-batasan terhadap area-area yang
terpisah;
Identifikasi area-area yang relatif memerlukan
ketenangan;
Perhatikan ruangan-ruangan yang memerlukan meja
karena anak TK lebih sering menggunakan lantai atau ruangan-ruangan terbuka;
Tempatkan area-area kegiatan di dekat sumber-sumber
yang diperlukan;
Lengkapi area-area kegiatan dengan cahaya yang cukup
terutama untuk tempat membaca, menulis, dan menggambar, serta merawat tanama;
dan
Ruangan diatur sedemikian rupa sehingga guru dapat
memantau secara maksimal dari setiap lokasi untuk memastikan keamanan yang
berarti memastikan setiap anak selalu dalam pengawasan.
Begitu pula dengan perabotan/perlengkapan/bahan/peralatan
yang akan dipergunakan juga harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Keamanan, seperti :
·
Tidak tajam, tidak runcing, tidak ada paku yang
menonjol,kawat yang lepas
·
Tidak mudah pecah;
·
Tidak mengandung racun; dan
·
Tidak menggunakan aliran listrik.
2. Sesuai dengan kondisi anak,
Materi yang dipilih harus disesuaikan dengan minat,
usia, dan kemampuan anak.
Kualitas dan Keawetan
Hendaknya alat yang dipergunakan di sekolah dapat
tahan lama, tetapi relatif murah. Karena di sekolah alat akan dipergunakan oleh
sejumlah anak secara bergantian dan terus-menerus sehingga harus dipilih yang
kuat.
Alat yang dipilih untuk sekolah harus dapat dipakai
untuk berbagai tujuan pembelajaran.
Perabot yang ada di dalam ruang kelas sebaiknya mudah
dipindah-pindahkan dan disesuaikan dengan ukuran anak.
c. Pengaturan Lingkungan Belajar Dan Bermain Di
Luar Kelas
Secara umum pengaturan lingkungan bermain di luar
kelas perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
Keseimbangan Area
Dapat diwujudkan dengan menciptakan beberapa area
sebagai berikut :
·
Area tubuh,
·
Area terbuka untuk sinar matahari,
·
Area melompat,
·
Area memanjat dan bergantungan,
·
Area mendaki,
·
Area untuk menanam/bunga-bungaan, dan
·
Area bermain pasir.
Jalan Kecil/Trotoar
Jalan kecil dubuat dari semen atau batu bata. Di
jalan kecil ini tidak ada satu barang pun yang ditempatkan karena akan
mengganggu kebebasan anak dan orang dewasa yang menggunakan jalan kecil
tersebut.
Pemilihan Peralatan Bermain
Berbagai jenis peralatan bermain perlu disediakan
bagi lingkungan bermain di luar kelas, seperti peralatan untuk memanjat,
meluncur, bergantung, mendorang dan menarik, serta melempar dan menangkap.
Tingkat Perkembangan dan Kebutuhan Anak
Agar anak terjaga rasa aman bermain di luar kelas
harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
·
Adanya pagar pengaman (tingginya minimum 4
kaki),
·
Jarak area bermain,
·
Alat-alat yang dipergunakan hendaknya sesuai
dengan usia tahap usia anak,
·
Alat bermain sebaiknya dirancang sedemikian rupa
sehingga tidak ada bagian yang tajam, runcing, dan mudah rusak,
·
Alat-alat hendaknya kuat dan tidak mudah lepas
bagian-bagiannya,
·
Tempat bermain harus bebas dari aliran listrik
yang membahayakan, dan
D. Alat
Permainan Di Area Dan Kegiatan Di Dalam Dan Di Luar Kelas
1. Alat-Alat Permainan Di area Atau Sentra Kegiatan
Di dalam Kelas
Area kegiatan ini diselenggarakan di TK dengan
ala-alat permainan yang menarik dan dimaksudkan untuk menimbulkan
suasana yang menyenangkan dan keakraban sesama teman sehingga anak merasa
betah tinggal disekolah.
Alat-alat permainan yang digunakan pada tiap-tiap
area adalah sebagai berikut:
a. Area atau sentra kesenian
Alat-alat yang dapat digunakan disentra
kesenian adalah pensil warna, cat, gunting, krayon, kapur tulis, kain perca,
arang, benang, kelereng, lem, kuas, plastisin, dan sebagainya.
b. Area atau senra perpustakaan
Alat-alat yang dapat digunakan disentra perpustakaan
antara lain: rak buku, meja, kursi, karpet, banta-bantal kecil, poster,
lukisan, dan gambar-gambar lain yang memberikan informasi.
c. Area atau sentra bermain drama
Alat-alat yang dapat digunakan disentrea bermain
drama antara lain: perabotan dapur, lemari, meja , kursi, meja makan, boneka,
kostum binatang, celemek, sarung tangan.
d. Area musik
Alat-alat yang dapat digunakan diarea musik antara
lain:piano, gitar, angklung, alat-alat perkusi, alat musik buatan guru dll.
Juga dapat menggunakan bahan dari alam atau lingkungan sekitar.
e. Area permainan balok dan logo/lego
Alat-alat yang digunakan pada area balok antara lain,
balok berbagai ukuran, lego/logo, kubus, kardus bekas, rambu-rambu lalu lintas,
binatang-binatangan, mobil-mobilan, dll
f. Area permainan matematika
Alat-alat yang digunakan di area ini adalah
kartu-kartu angka, tutup botol, kerang, batu-batuan, biji-bijian, puzzle, dll.
g. Area IPA atau sains
Alat-alat yang digunakan di sentra IPA berdasarkan
topik dan aktivitasnya antara lain makhluk hidup, binatang, tumbuhan, energi,
ruang dan waktu.
h. Area / sentra agama
Alat-alat yang digunakan disentra agama adalah
peralatan ibadah, gambar atau poster bacaan atau do’a, gambar atau poster yang
menunjukkan nilai moral/ budi pekerti dan sebagainya.
2. Alat-Alat Permainan Di Area/ Sentra Kegiatan
Diluar Kelas
Alat-alat bermain diluar kelas yang disajikan
hendaknya dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak guna memupuk perkembangan
jasmani, intelektual, emosional, dan sosial. Tugas guru adalah memberi
kesempatan kepada anak untuk memperoleh berbagai pengalaman bermain dengan
menggunakan berbagai macam alat bermain dan memberi bantuan serta bimbingan
pada saat-saat diperlukan.
a. Area memanjat
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu anak
memanjat adalah :
·
Anak tidak dibiarkan memanjat, sementara
tangannya memegang suatu benda
·
Anak secara bergantian dalam melakukan kegiatan
ini
·
Anak tidak dibiarkan memanjat selain pada area
yang diperbolehkan untuk memanjat
·
Area bermain pasir dan air
·
Alat-alat yang dapat digunakan di area ini
antara lain bak air, bak pasir, botol, cangkir, mobil-mobilan dll.
b. Area melempar dan menangkap
Alat-alat yang dapat digunakan di area ini antara
lain bola kaki, bola basket, bola kasti, dll.
c. Area olah raga atau jasmani
Alat-alat yang dapat digunakan di area ini antara
lain simpai, papan titian, karet, kardus bekas, tali, lantai dll.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bermain, teutama bermain
imajinatif sebagai kekuatan positif untuk perkembangan manusia, bermain
memberikan suatu cara bagi anak untuk memajukan kecepatan masuknya perangsangan
(stimulasi) baik dari luar maupun dari dalam yaitu aktivitas otak yang secara
konstan memainkan kembali dan merekam pengalaman-pengalaman.
Kegiatan bermain memberi anak
pengalaman berhadapan dengan masalah-masalah dan menganggapnya sebagai
tantangan-tantangan yang menggairahkan. Dengan demikian diharapkan, kelak ia
tumbuh menjadi orang dewasa yang optimistic dan kreatif dalam menghadapi
kendala-kendala kehidupan
B. Saran
Agar keberhasilan pelaksanaan
program untuk pendidikan di TK maka guru harus memperhatikan cara pengaturan
lingkungan belajar dan bermain anak serta penggunaan alat permainan di dalam
kelas maupun di luar kelas.
DAFTAR
PUSTAKA
Aisyah, Siti. (2005). Bermain
dan Permainan Anak. Jakarta : Universitas Terbuka
Anggani, Sudono. (2000). Sumber Belajar dan Alat permainan. Jakarta : Grasindo
Hidayat, H. (2003). Aktivitas Mengajar Di TK. Bandung: Alfa
Beta
Hurlock, E.B. (1999). Perkembangan
Anak. Jakarta: Erlangga.
Montolalu, dkk. (2008). Materi
Pokok Bermain dan Permainan Anak. Jakarta : Universitas Terbuka
Yuke, Indrati. (2003). Kurikulum
Berbasis Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta : Pusat Kurikulum Depdiknas