Pembelajaran mengenal
warna merupakan salah satu indikator dari perkembangan kognitif anak di Taman Kanak–Kanak.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengenalan warna (Nugraha, 2008:
44), antara lain:
a.
Sesuai perkembangan kognitif dan cara berpikir anak.
b.
Penggunaan sumber belajar yang tersedia dan dekat
dengan lingkungan anak.
c.
Konsisten menggunakan contoh dan aktivitas yang
beragam, sehingga anak kaya dengan pengalaman belajar tentang warna.
d.
Kreatif dan bertanggung jawab dalam pembelajaran supaya
anak memahami warna secara utuh.
Pengenalan warna pada anak
usia prasekolah di Taman Kanak–kanak dapat dilakukan dengan praktik langsung.
Praktik langsung yang dimaksud adalah praktik langsung dalam pandangan luas,
yaitu pembelajaran dengan berbagai metode untuk menjadi perantara keberagaman
anak didik di kelas. Anak terlibat aktif dalam kegiatan dan dapat memanipulasi
warna secara langsung. Praktik langsung pengenalan warna di Taman Kanak–Kanak
dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain:
a. Praktik Langsung
Praktik langsung sebagai metode adalah praktik
langsung secara sempit (hands–on activity). Anak terlibat aktif dalam
memanipulasi material dan objek pembelajaran, yaitu warna. Tidak ada tahapan
yang khusus untuk pelaksanaan praktik langsung, akan tetapi terdapat beberapa
panduan tentang langkah–langkah
yang dapat dilakukan sesuai proses pemikiran ilmiah
yaitu:
1) Pada tahap persiapan, guru menyiapkan lingkungan
pembelajaran yang kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Guru menyiapkan situasi
pembelajaran yang beragam sehingga anak tertarik untuk mengamati,
mengeksplorasi, dan melakukan percobaan. Selain itu, perlu disiapkan alat dan
media yang mendukung proses pembelajaran dan sistem penilaian yang sesuai. Pada
pengenalan warna, alat yang digunakan dapat berupa kertas warna, cat poster,
kuas, dan krayon. Penilaian yang biasa digunakan dalam praktik langsung adalah
portofolio dan daftar cek observasi.
2) Tahap pelaksanaan
a)
Aktivitas dimulai dengan pengamatan terhadap objek atau
fenomena.
Pengenalan warna dimulai dengan
mengamati warna. Aktivitas harus memotivasi anak untuk bertanya secara alami
dan anak harus bereksplorasi dengan melakukan kegiatan dan memahami fakta yang
ditemukan.
b)
Guru mendorong anak untuk memperhatikan aspek atau
situasi yang umumnya terlewatkan dalam kondisi normal. Tanya Eggers (2010)
menambahkan bahwa bentuk stimulasi dapat berupa pertanyaan–pertanyaan terbuka.
Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang tidak mempunyai satu „jawaban benar‟ dan membantu anak membuat prediksi tentang
suatu fenomena ilmiah. Pertanyaan terbuka bertujuan untuk membangkitkan rasa
ingin tahu anak untuk melakukan kegiatan. Contoh pertanyaan terbuka tentang
warna adalah tentang proses terjadinya warna sekunder dan tersier.
c)
Anak melakukan percobaan secara langsung untuk menjawab
prediksi dan pertanyaan dalam diri anak (Eggers, 2010). Guru berperan sebagai
fasilitator dan motivator. Guru bertugas menyediakan alat yang dapat digunakan
anak untuk merekam kegiatan yang dilakukan, seperti kertas, cat poster, kuas,
dan krayon.
d)
Setelah kegiatan selesai, anak harus merefleksikan
prediksi awal dengan hasil yang didapat.
Menurut Eggers (2010),
anak belajar paling baik dari pemahaman sendiri daripada diberitahu fakta oleh
guru. Anak mengetahui proses perubahan warna karena anak mengalami sendiri
perubahan warna tersebut. Peran guru adalah membantu anak mengevaluasi perbedaan
dari prediksi suatu fenomena dan fakta ilmiah yang ada (Garfield, delMas, &
Chance, 1999). Lebih lanjut, Pfaff dan Weinberg (2009) menegaskan bahwa guru
harus menanyakan pertanyaan yang mendukung anak untuk menjelaskan alasan sebuah
fenomena.
Menurut Lumpe dan Oliver
(Haury & Rillero, 1994), praktik langsung pengenalan warna akan semakin
bermakna apabila menggunakan berbagai kegiatan untuk membuat suatu penemuan.
Selain itu, jumlah kegiatan pada setiap pokok bahasan dilakukan lebih dari tiga
kali dan setiap kegiatan memiliki focus pada pokok bahasan tertentu.
b. Demonstrasi
Metode demonstrasi mengembangkan kemampuan mengamati
secara teliti tentang warna. Kegiatan ini bertujuan supaya anak memahami
langkah – langkah melakukan kegiatan yang benar (Departemen Pendidikan
Nasional, 2006: 31). Guru menunjukkan dan menjelaskan per tahap pengenalan
warna secara konkrit. Anak dapat mengkomunikasikan pengamatan tentang warna,
menirukan, dan mempraktikkan secara langsung kegiatan mengenal warna. Salah
satu kegiatan yang dapat menggunakan metode ini adalah kegiatan mencampur
warna. Penilaian berdasarkan pada hasil karya anak.
c. Eksperimen
Metode eksperimen mengembangkan kemampuan berpikir
ilmiah anak. Contoh kegiatan dengan metode eksperimen adalah mencampur warna.
Anak dilibatkan dalam pengalaman langsung tentang perubahan warna. Guru memberikan
contoh hasil eksperimen warna dan anak mencari tahu proses terjadinya warna
tersebut melalui percobaan. Melalui metode eksperimen, anak belajar menemukan
fakta–fakta tentang warna dan mencari tahu sebab perubahan warna (Departemen
Pendidikan Nasional, 2006: 32). Penilaian berdasarkan unjuk kerja anak.
d. Pemberian tugas
Guru memberikan tugas yang berkaitan tentang warna
pada anak. Pemberian tugas dapat berupa mencampur warna, mewarnai gambar, dan
menggambar bebas. Anak mengenal warna melalui pemilihan warna–warna saat
melakukan tugas tersebut. Penilaian berdasarkan pada hasil karya anak.
e. Bercakap–cakap
Metode bercakap–cakap berfungsi sebagai proses
pemahaman anak terhadap warna. Proses ini meliputi proses mengingat tanpa objek
(recall) dan dengan contoh objek (recognition).
f. Bermain
Metode bermain juga dapat digunakan dalam
pembelajaran mengenal warna. Pengenalan warna dilakukan dengan alat bantu
permainan, dapat berupa senter dan plastik transparan yang berwarna–warni. Anak
belajar mengenal warna dan perubahan warna melalui cahaya yang keluar dari
senter (Nugraha, 2008: 44).