1. Definisi Perilaku
Perilaku
adalah cerminan kepribadian seseorang yang tampak dalam perbuatan dan interaksi
terhadap orang lain dalam lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, masa usia
dini adalah masa yang peka untuk menerima pengaruh dari lingkungan.
Perilaku adalah respon individu
terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai
frekuensi spesifik, durasi dan tujuan, baik disadari maupun tidak.
Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering
tidak disadari bahwa interaksi tersebut amat kompleks sehingga kadang-kadang
kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu.
Oleh karena itu amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku
individu, sebelum ia mampu mengubah perilaku tersebut.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang erat antara aktivitas otak dengan perilaku dan dengan
pengalaman. Hal ini dibuktikan dengan timbulnya berbagai reaksi tertentu,
misalnya rasa senang atau sakit, ketika ada rangsangan, dan reaksi ini
diprogram pada daerah tertentu yang berada dalam otak.
Perilaku manusia ada yang dapat diamati
secara langsung maupun tidak. Tersenyum, menangis, makan, berjalan, dan
berbicara, merupakan perilaku instrumental yang dapat diamati. Sebagian besar
perilaku ini dilakukan berdasarkan pada kesadaran. Terjadinya perilaku tertentu
manusia dipengaruhi oleh proses mental, yang berupa berbagai cara untuk
mentranformasikan masukan inderawi, membubuhi kode-kode pada masukan tersebut
dan menyimpan kode-kode ini ke dalam ingatan serta mengambil kembali untuk
digunakan ketika diperlukan. Dengan demikian, terjadi persepsi, pembentukan
image, pemecahan masalah, ingatan dan berpikir.
Seseorang bebas untuk memilih dan
menentukan tindakannya sendiri, karena itulah setiap orang bertanggung jawab
atas tindakannya sendiri, terutama dalam kebebasan berkehendak dan dorongan
untuk aktualisasi diri. Individu adalah pemeran yang mampu melakukan kontrol
atas dirinya sendiri dan lingkungan di sekelilingnya. Dengan demikian, dorongan
utama timbulnya perilaku individu adalah kecenderungan untuk tumbuh dan
mengaktualisasikan dirinya.
2. Cakupan Perilaku Anak Usia
Dini
Aspek-aspek
pengembangan yang membantu mengembangkan perilaku anak adalah:
a. Moral
a. Moral
1). Definisi moral
- Moral berasal dari bahasa latin yaitu mores yang artinya tata cara kebiasaan, adat.
- Perilaku moral adalah perilaku sesuai dengan standar moral dari kelompok tertentu.
2). Konsep moral
- Terbentuk dari perilaku yang menjadi kebiasaan
- Konsep moral menentukan perilaku
3). Moralitas dalam arti yang sesungguhnya
- Lebih mementingkan pada kepentingan
- Perilaku yang sesuai dengan standar nasional
4). Tahapan perkembangan moral
- Menurut Piaget
a. Tahapan realisme moral
b. Tahap moralitas ekonomi
- Menurut Kohiberg
a. Moralitas pra konvensional
b. Moralitas konvensional
c. Moralitas pasca konvensional
5). Fase perkembangan moral
- Perkembangan moral dipelajari dengan:
a. Coba & ralat
b. Pendidikan langsung
c. identifikasi
6). Tahap perkembangan agama pada anak
- Tahap ini terbagi menjadi 3 yaitu;
a. The fairy tale stage (tingkat dongeng)
b. The realistic stage (tingkat kenyataan)
c. The individual stage (tingkat individu)
7). Faktor yang mempengaruhi sikap beragama
- Faktor yang mempengaruhi sikap beragama ada 2 faktor yaitu:
a. Faktor internal (Faktor jasmaniah, Faktor psikologis)
b. Faktor eksternal (Faktor sosial, Faktor budaya)
8). Bentuk dan sifat agama pada anak
- Bentuk dan sifat agama ada lima bagian yaitu:
a. Unreflective
b. Egosentris
c. Anthromortis
d. Verbalis dan ritualis
e. imitatif
- Perilaku moral adalah perilaku sesuai dengan standar moral dari kelompok tertentu.
2). Konsep moral
- Terbentuk dari perilaku yang menjadi kebiasaan
- Konsep moral menentukan perilaku
3). Moralitas dalam arti yang sesungguhnya
- Lebih mementingkan pada kepentingan
- Perilaku yang sesuai dengan standar nasional
4). Tahapan perkembangan moral
- Menurut Piaget
a. Tahapan realisme moral
b. Tahap moralitas ekonomi
- Menurut Kohiberg
a. Moralitas pra konvensional
b. Moralitas konvensional
c. Moralitas pasca konvensional
5). Fase perkembangan moral
- Perkembangan moral dipelajari dengan:
a. Coba & ralat
b. Pendidikan langsung
c. identifikasi
6). Tahap perkembangan agama pada anak
- Tahap ini terbagi menjadi 3 yaitu;
a. The fairy tale stage (tingkat dongeng)
b. The realistic stage (tingkat kenyataan)
c. The individual stage (tingkat individu)
7). Faktor yang mempengaruhi sikap beragama
- Faktor yang mempengaruhi sikap beragama ada 2 faktor yaitu:
a. Faktor internal (Faktor jasmaniah, Faktor psikologis)
b. Faktor eksternal (Faktor sosial, Faktor budaya)
8). Bentuk dan sifat agama pada anak
- Bentuk dan sifat agama ada lima bagian yaitu:
a. Unreflective
b. Egosentris
c. Anthromortis
d. Verbalis dan ritualis
e. imitatif
9). Perkembangan sosial merupakan suatu proses pemerolehan kemampuan
untuk perilaku yang sesuai dengan keinginan diri seseorang.
10). Emosi sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu/dengan perkataan emosi sebagai suatu keadaan penyesuaian diri.
3. Pemodelan Perilaku
Pemodelan atau meniru model sering
disebut sebagai imitasi. Pada masa kanak-kanak, meniru meniru memegang peranan
penting selama masa perkembangan. Ada dua teori meniru, yaitu pembawaan dan
pengalaman. Akan tetapi, berdasarkan pada beberapa penelitian terdahulu dapat
disimpulkan bahwa meniru lebih cenderung berasal dari pembawaan, meskipun
pengalaman dapat mengambil peranan dalam terpeliharanya pembawaan meniru.
Menurut Bandura, terdapat empat tahap
dalam proses peniruan tersebut, yaitu:
1). Tahap pemilikan (acquisition). Dalam tahap ini
subyek mengamati, dan perilaku yang diamati menambah perbendaharaan perilaku.
Makin jelas dan makin intensif pengamatan, pemilikan perilaku semakin
cepat. Akan tetapi, meskipun pengamatan tidak intensif, namun kejadian
timbul berulang-ulang, dapat memperkenalkan perilaku yang ditiru. Pengamatan
akan lebih efisien apabila tidak ada hal lain yang mengalihkan perhatian dan
dalam situasi sosial tertentu, individu belajar jauh lebih cepat hanya dengan
mengamati tingkah laku orang lain. Jika perilaku baru dicapai hanya
melalui pengamatan, maka proses semacam ini dapat dikatakan bersifat kognitif.
Pengamatan juga mengajarkan kepada anak sejumlah konsekuensi yang memungkinkan
dari sebuah tingkah laku baru ketika seseorang mempraktekkan.
2). Tahap pengelolaan ingatan (retention). Pada
tahap ini, peniru mengelola informasi yang didapatkan, sehingga bagi calon
peniru yang cukup cerdas, perhatian akan lebih sepenuhnya bila perilaku yang
diamati dibicarakan, diartikan, diberi nama atau label.
3). Tahap pelaksanaan (performance). Pada tahap
ini peniru akan melakukan perilaku yang telah dipelajari dari teladan atau
model. Peniruan ini dapat hanya berbentuk representasi, artinya tidak
sungguh-sungguh, maupun berbentuk latihan-latihan. Makin banyak tuntutan
kehidupan untuk benar-benar melakukan perilaku meniru yang telah disimpan
dalam ingatan, makin sering peniru melakukannya. Sebaliknya, apabila perilaku
yang ditiru ini tidak dapat dilaksanakan (mungkin karena sukar, tidak adanya
kesempatan, atau tidak adanya fasilitas), perilaku itu tidak terpakai.
4). Tahap pengukuhan (reinforcement). Perilaku
yang ditiru ini membawa akibat. Bila akibat ini positif bagi peniru, maka
perilaku ini akan ditiru lagi. Pengukuhan sendiri dapat bersifat positif maupun
negatif. Pengukuhan yang bersifat positif biasanya berbentuk hadiah atau
penghargaan, sedangkan penguatan negatif bersifat hukuman, yang berfungsi
terutama untuk mengendalikan atau menghilangkan perilaku yang dianggap negatif
atau tidak sesuai. Penggunaan jenis-jenis pengukuhan ini tergantung pada budaya
setempat, karena perilaku yang dianggap positif atau negatif cenderung berbeda
antara satu budaya dan budaya yang lainnya.
Individu yang biasanya dijadikan model
adalah individu yang dianggap memiliki ”kelebihan” tertentu, misalnya
berpengalaman, memiliki sesuatu yang dikagumi, dianggap menjadi figur sosial,
dan sebagainya. Pada anak, tidak jarang segala macam perilaku orang dewasa
ditiru begitu saja. Dalam lembaga pendidikan anak usia dini, orang dewasa yang
menjadi model utama biasanya adalah pendidik, karena dekat, sering bertemu dan
berinteraksi dengan anak. Di samping itu, pendidik merupakan model nyata yang
tidak terlalu rumit untuk dicontoh oleh anak.