Kecerdasan kinestetik memungkinkan
manusia membangun hubungan yang penting antara pikiran atau tubuh, dengan
demikian memungkunkan tubuh untuk memanupulasi objek dan menciptakan
gerakan.Perkambangan Kecerdasan kinestetik sangat bervariasi, tergantung pada
komponen (kekuatan atau kelenturan) atau domain (gimnastik, bisbol, pantomime)
(Armstrong, 2003).
Kecerdasan kinestetik atau kecerdasan
olah tubuh merangsang kemampuan seseorang untuk mengolah tubuh secara ahli,
atau untuk mengekspresikan gagasan dan emosi melalui gerakan.Ini termasuk
kemampuan menangani suatu benda dengan cekatan dan membuat sesuatu.Pebasket,
penari, koreografer, dan pantomim sangat membutuhkan kecerdasan olah tubuh ini
(Schmidt, 2002).
Kemampuan yang muncul pada indicator
kecerdasan kinestetik adalah sebagai berikut:
1. Mengikuti satu atau lebih kegiatan
olahraga atau kegiatan fisik secara teratur. Mereka mungkin mengikuti atau
menekuni sepak bola, bulu tangkis, berenang, senam, atletik,atau bela diri.
2. Tidak betah duduk berlama-lama. Mereka
memerlukan gerak, tidak dapat diam dalam waktu lama, dan bergerak bahkan ketika
sedang duduk menyimak sesuatu.
3. Menyukai pekerjaan yang melibatka
keterampilan tangan yang konkret. Mereka menikmati kegiatan yang bertumpu
padaketerampilan motoric halus, seperti menjahit, merajut, memahat, bertukang
atau merakit model. Pada anak-anak kegiatan seperti mencocok, menggambar,
menyalin, kolase atau kegiatan motorik halus lainnya.
4. Gagasan sering muncul ketika
berkegiatan fisik. Mereka memiliki kepekaan berpikir ketika ada rangsang dagi
gerak tubuh. Pada saat berjalan, berjoging atau menari, tubuh mereka memberi
sinyal kepada otak sehingga peka terhadap rangsang dari luar. Dari sinilah
ide-ide muncul. Pada saat berbicara, mereka menggerak-gerakkan tangan.
5. Senang menghabiskan waktu luang
dengan beraktifitas diruang terbuka. Mereka memilih kegiatan yang terkait
dengan kinestetik (jalan-jalan, lari-lari) sebagai cara untuk mengisi waktu,
terutama berjalan-jalan atau berlari-lari menghirup udara segar dan ruang
terbuka.
6. Sering menggunakan gerak
tangan/bahasa tubuh ketika berbicara. Mereka mengisi kekosongan berbicara dan
menguatkan ide berbicara dengan menggerakan tangan. Gerakan tangan dan bagian
tubuh membantu mereka menemukan ide-ide untuk terus berbicara.
7. Cenderung menyentuh sesuatu untuk
lebih mengenal sesuatu itu. Mereka memanfaatkan informasi dari indra sentuhnya
dan mengintegrasikan dengan latar belakang pengetahuannya. Berbagai pengetahuan
menjadi lebih lengkap dengan kecenderungan menyentuh ini. Oleh karena itu,
mereka tidak puas hanya sekedar melihat objek, tapi menyentuhnya untuk
meyakinkan hasil pengamatan, menguji hipotesisnya, sekaligus memperoleh
informasi dari sumber taktil (sentuhan).
8. Menikmati kegiatan yang menantang
bahaya yang menegangkan. Mereka tidak takut jatuh, tidak takut terluka. Mereka
senang memanjat, berguling, meniti titian, dan aktivitas lain yang menantang
dan menegangkan.
9. Menganggap diri sebagai orang yang
terkoordinasi. Mereka memiliki keyakinan yang tinggi terhadap kemampuan fisik.
Mereka yakin dapat melakukan kegiatan fisik yang paling sulit sekalipun.
Keyakinan tersebut membuat mereka dapat berani mencoba berbagai kegiatan
motoric dan cenderung mengulangnya untuk mencapai kemampuan yang terbaik.
10. Mempraktikkan suatu keterampilan yang
baru. Mereka tidak sekedar membaca atau melihat video yang menggambarkan
keterampilan tertentu, tetapi benar-benar akan mempraktikkannya.