A.
Riwayat Hidup Komodor Yos Sudarso
Laksamana Madya Yosaphat
Soedarso atau yang lebih
dikenal dengan nama Yos Sudarso
adalah pahlawan nasional Indonesia yang dilahirkan di Salatiga, Jawa
Tengah, 24 November 1925 dan pernah menjabat sebagai Kepala Staff Angkatan
Laut. Putra kebanggaan kota Salatiga bahkan bangsa Indonesia ini,merupakan
salah satu pahlawan yang gugur di Medan pertempuran,tepatnya pertempuran yang
terjadi di Laut Arafuru. Kepulauan Aru pada 15 Januari 1962 pada umur 36 tahun
di atas KRI Macan Tutul dalam peristiwa pertempuran Laut Aru setelah ditembak
oleh kapal patroli Hr. Ms. Eversten milik armada Belanda pada masa kampanye
Trikora dan bahkan dengan rela mengorbankan nyawanya sendiri demi membela Tanah
Air untuk tetap tegaknya NKRI. Hal yang kurang lazim adalah sebagai seorang
Kepala Staff Angkatan Laut tidak seharusnya ia ikut terjun langsung di dalam
operasi tersebut. Berikut biodata Komodor Yos Sudarso.
Nama
lengkap : Laksamana Madya Yosaphat Soedarso
Tempat/Tgl.
Lahir : Salatiga, 24 November 1925
Tempat/Tgl.
Wafat : Laut Aru, 15 Januari 1962
SK
Presiden : Keppres No.
088/TK/1973, 6 November
1973
Gelar : Pahlawan Nasional
Penghargaan:
· Untuk menghargai jasa-jasa atas keikutsertaannya dalam
memperjuangkan merebut Irian Barat, ia dianugerahi sebagai pahlawan Pembela
Kemerdekaan pada 6 November 1973 dengan dikeluarkannya Keppres No. 88/TK/1973.
· Kini namanya diabadikan sebagai nama armada angkatan
laut Indonesia, nama pulau, dan nama jalan-jalan protokol di kota-kota besar
Indonesia.
· Untuk menghormati para pahlawan yang gugur pada
tanggal 15 Januari 1962, maka setiap tanggal tersebut, TNI AL memperingati Hari
Darma Samudera.
Pada tanggal 19 Desember 1961, Presiden Sukarno
membentuk Tri Komando Rakyat (TRIKORA) sebagai upaya untuk membebaskan Irian
Barat dan Belanda. Selanjutnya, Presiden Sukarno membentuk
Komando Mandala Pembebasan Irian Barat yang berkedudukan di Makasar. Sebagai
Deputi Operasi, Yos Sudarso memikul tugas yang berat. Pada tanggal 15
Januari 1962, ia mengadakan patroli di daerah perbatasan, yakni di Laut Aru
dengan membawa 3 kapal jenis motor torpedo boat, yaitu KRI Macan Tutul,
KRI Macah Kumbang, dan KRI Harimau. Rupanya, Belanda sudah mencium rencana ini
dengan menyiagakan kapal perusak (destroyer) dan pesawat pengintai. Yos Sudarso
pun mengeluarkan perintah untuk bertempur. KRI Macan Tutul di bawah pimpinan
Yos Sudarso lantas berusaha menarik perhatian kapal Belanda dengan mendekatinya
agar 2 kapal Iainnya dapat meloloskan diri. KRI Macan Tutul pun tenggelam
terkena tembakan musuh. Komodor Yos Sudarso bersama seluruh awak kapal gugur
sebagai pahlawan bangsa.
Pertempuran ini sebenarnya adalah sebuah operasi yang
dilakukan oleh militer Indonesia untuk merebut kembali Irian Barat yang masih
dalam kekuasaan Belanda. Operasi intelijen menjadi pilihan yang paling
strategis karena kekuatan militer Indonesia
dianggap belum mampu menandingi pasukan Belanda pada perang terbuka.
Tujuan dari operasi ini adalah membangun pos-pos intelijen di daratan Irian
Barat. Pasukan Militer Indonesia tidak memiliki informasi tentang Irian Barat,
baik informasi tentang musuh, keadaan alam, dan medan Papua Barat itu sendiri.
Itulah tujuan infiltrasi ini, dan tugas tersebut tersebut diserahkan kepada
Angkatan darat. Menteri keamanan tidak mengetahui adanya operasi ini, dan tidak
ada bukti tertulis mengenai operasi ini. Hal inilah yang menjadikan para
Sejarawan menyimpulkan bahwa para perwira operasi ini melaksanakan operasi
intelijen dengan kesepakatan mereka sendiri.
Pemimpin dari operasi ini adalah Letkol Sudomo. Pada
tanggal 5 Januari 1962 Letkol Sudomo memimpin rapat koordinasi dengan 4
komandan MTB yang akan ikut dalam operasi. Jabatan Yos Sudarso saat itu adalah
deputi Operasi KSAL (Kepala Satuan Angkatan Laut) dan sebenarnya beliau tidak
terlibat dalam operasi ini. Namun karena solidaritas dan keputusannya sebagai
seorang prajurit dan pemimpin yang bertanggung jawab akan anak buahnya dan juga
kedaulatan negara, maka Yos Sudarso memutuskan untuk ikut dalam operasi militer
ini. Pada 9 januari 1962 menjelang maghrib, keempat MTB berangkat dari Tanjung
Priok yang dipimpin langsung oleh Sudomo. Dikatakan oleh Suharmaji mantan ABK
Macan Tutul, ketika daratan Irian Barat sudah terlihat secara remang-remang,
secara mendadak dari lambung kanan ada pesawat Belanda
yang bergerak lalu kembali dan menembaki kapal-kapal MTB Indonesia, mereka juga
menembakkan roket tetapi tidak mengenai MTB. Pada saat itulah kapal yang
terakhir yaitu Macan Kumbang menembak pesawat-pesawat Belanda.
Pasukan militer Indonesia ini juga tidak mengetahui
bahwa disekitar mereka sudah ada kapal destroyer Belanda yang
menyambut kedatangan mereka. KRI Macan Tutul yang digunakan oleh Komodor Yos
Sudarso dan ketiga MTB lainnya ini tidak dilengkapi dengan torpedo sebagai
senjata utamanya, sehingga tidak ada perlawanan ketika operasi ini terbongkar
oleh pihak Belanda. Karena Belanda berpikir bahwa kapal-kapal MTB ini
dilengkapi dengan torpedo, maka sebelum pasukan Indonesia menyerang mereka
menyerang terlebih dahulu dengan memberondong dan mengkonsentrasikan tembakan
ke kapal-kapal MTB Indonesia tersebut. Kenyataanya, keempat MTB ini memang
tidak dilengkapi dengan Terpedo.
Belum begitu lama setelah Yos Sudarso mengambil alih
pimpinan operasi, anjungan KRI macan Tutul terbakar. Menurut pengakuan Sukirman
mantan ABK Macan Tutul yang mengisahkan detik-detik akhir gugurnya Yos Sudarso.
Sang Komodor menyampaikan pesan melalui radio RPF nya yang pasti diterima oleh
kedua kapal dan oleh pos-pos PHB seluruh TNI angkatan laut dan institusi TNI
lainnya. Pesan tersebut adalah “Kobarkan Semangat Pertempuran”.
Seketika itu juga, KRI macan tutul tenggelam dan suasana menjadi sunyi.
Tepat 51 satu tahun pada tanggal 15 Januari 2013 ini
gugurnya Orang nomor dua di lingkungan angkatan laut Republik Indonesia,
sekaligus pahlawan Nasional Indonesia Komodor Yos Sudarso. Bahkan mungkin masih
banyak yang belum mengetahui akan adanya peristiwa pertempuran Aru ini. Lautan
Arafuru menjadi saksi perjuangan Komodor Yos Sudarso. Peristiwa ini memberikan
nilai moral dimana integritas bangsa adalah suatu hal yang tidak bisa ditawar
dan ini menjadi harga mati. Keputusan, keberanian, serta patriotisme itu muncul
untuk melawan belenggu penjajahan.