I. PENDAHULUAN
Kemampuan
membaca akan membantu anak Anda belajar lebih banyak tentang dunia, memahami
petunjuk pada tulisan dan gambar, sehingga anak akan senang membaca dan
membantu mereka mengumpulkan banyak informasi. Belajar membaca sangat berbeda
dari belajar untuk berbicara, dan hal itu tidak terjadi sekaligus. Perlu proses
waktu yang berkelanjutan sesuai usia anak untuk belajar membaca.
Waktu terbaik untuk anak Anda
untuk mulai belajar membaca adalah pada usia yang sangat muda. Bahkan sebelum
anak memasuki pra-sekolah. Setelah anak mampu berbicara, ia dapat mulai
mengembangkan kemampuan membaca dasar. Anak yang sangat muda memiliki rasa
ingin tahu alami untuk belajar tentang segala sesuatu, dan mereka secara alami
tertarik dengan cetak surat yang mereka lihat, dan sangat ingin belajar
mengetahui isi dari tulisan yang ada.
Anda mungkin akan melihat bahwa
anak-anak Anda suka melihat-lihat buku dan menikmati setiap tulisan dan gambar
yang ada di buku. Mereka bahkan akan berpura-pura berperilaku seperti pembaca
dengan memegang buku dan berpura-pura membacanya. Sebagai orang tua, Anda
adalah orang pertama yang paling penting dalam perjalanan anak-anak Anda
ke dunia indahnya membaca. Anda bebas untuk membuat lingkungan yang paling
mendukung putra-putri Anda untuk belajar membaca – seperti membaca dengan suara
keras pada siang hari dan sebelum tidur, dan menempatkan buku sesuai usianya di
dalam rumah, sehingga anak akan memiliki akses yang luas untuk banyak buku.
Kegiatan membacakan buku untuk anak Anda akan sangat membantu
mengembangkan keinginan anak untuk bisa membacanya sendiri.
Dengan bantuan Anda, anak dapat
belajar bagaimana untuk membaca. Jadikan membaca menjadi kegiatan keluarga, dan
menghabiskan waktu bermain game kata-kata dan membaca buku cerita.Hal ini tidak
hanya membantu anak Anda belajar membaca, tetapi juga akan membantu dia
membangun kosakata yang kaya, mengajarinya pola bahasa, dan membantu dia jatuh
cinta dengan buku dan membaca..
II. PEMBAHASAN
1 Keterampilan Membaca
a. Pengertian Membaca
Membaca merupakan kegiatan mengeja atau melafalkan tulisan didahului oleh
kegiatan melihat dan memahami tulisan. Kegiatan melihat dan memahami merupakan
suatu proses yang simultan untuk mengetahui pesan atau informasi yang tertulis.
Membutuhkan suatu proses yang menuntut pemahaman terhadap makna kata-kata atau
kalimat yang merupakan suatu kesatuan dalam pandangan sekilas.
Menurut para ahli membaca mempunyai banyak arti,
diantaranya adalah :
·
Memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media
kata-kata/bahasa tulis (H.G. Tarigan, 1986:7).
·
Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan
akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara
individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang
tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses
membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson dalam Tarigan, 2008:7).
·
Membaca merupakan kegiatan merespon lambang-lambang tertulis dengan menggunakan
pengertian yang tepat (Ahmad S. Harjasujana dalam St.Y. Slamet, 2008:67).
· Hal
tersebut berarti bahwa membaca memberikan respon terhadap segala ungkapan
penulis sehingga mampu memahami materi bacaan dengan baik. Sumber yang lain
juga mengungkapkan bahwa membaca merupakan perbuatan yang dilakukan berdasarkan
kerja sama beberapa keterampilan, yakni mengamati, memahami, dan memikirkan
(Jazir Burhan dalam St.Y. Slamet, 2008:67).
·
Secara singkat dapat dikatakan bahwa “reading” adalah “bringing meaning to and
getting meaning from printed or written material”, memetik serta memahami arti
atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis (Finochiaro and Bonomo dalam
H.G. Tarigan, 1986:8).
·
Kegiatan membaca merupakan penangkapan dan pemahaman ide, aktivitas pembaca yang
diiringi curahan jiwa dalam menghayati naskah. Proses membaca diawali dari
aktivitas yang bersifat mekanis yakni aktivitas indera mata bagi yang normal,
alat peraba bagi yang tuna netra. Setelah proses tersebut berlangsung, maka
nalar dan institusi yang bekerja, berupa proses pemahaman dan penghayatan.
Selain itu aktivitas membaca juga mementingkan ketepatan dan kecepatan juga
pola kompetensi atau kemampuan bahasa, kecerdasan tertentu dan referen
kehidupan yang luas. Dari berbagai pengertian membaca di atas, dapat ditarik
simpulan bahwa kegiatan membaca adalah memahami isi, ide atau gagasan baik yang
tersurat maupun tersirat dalam bahan bacaan. Dengan demikian, pemahaman menjadi
produk yang dapat diukur dalam kegiatan membaca, bukan perilaku fisik pada saat
membaca. Hakikat atau esensi membaca adalah pemahaman (St.Y. Slamet, 2008:68)
·
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media
kata-kata/bahasa tulis (Hodgson dalam Tarigan 2008:7).
·
Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,
tidak hanya sekadar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas
visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif (Crawley dan Mountain dalam
Rahim 2007:2).
·
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang termasuk di dalam
retorika seperti keterampilan berbahasa yang lainnya (berbicara dan menulis)
(Haryadi 2007:4).
·
Senada dengan pernyataan di atas, beberapa penulis beranggapan bahwa ‘membaca’
adalah suatu kemampuan untuk melihat lambang-lambang tertulis tersebut melalui
fonik menjadi membaca lisan (oral reading) (Tarigan 1979:8).
Dalam kajian membaca dikenal
banyak jenis membaca. Ditinjau dari segi terdengar tidaknya suara si pembaca
pada waktu membaca, membaca dapat dibagi atas membaca dalam hati, serta membaca
bersuara atau membaca nyaring.. Dilihat dari sudut cakupan bahan bacaan yang
dibaca, membaca dapat digolongkan ke dalam membaca ekstensif dan membaca intensif.
b. Golongan Dalam Membaca
Dilihat dari tujuan kedalamannya atau levelnya,
membaca dapat digolongkan ke dalam membaca literer, membaca kritis, dan membaca
kreatif.
1). Membaca Nyaring dan Membaca dalam Hati
Membaca nyaring merupakan proses mengkomunikasikan isi bacaan (dengan nyaring)
kepada orang lain. Karena tujuan utamanya mengkomunikasikan isi bacaan, maka si
pembaca bukan hanya dituntut harus mampu melafalkan dengan suara nyaring
lambang-lambang bunyi bahasa saja, melainkan juga dituntut harus mampu
melakukan proses pengolahan agar pesan-pesan atau muatan makna yang terkandung
dalam lambing-lambang bunyi bahasa tersebut dapat tersampaikan secara jelas dan
tepat oleh orang-orang yang mendengarnya. Dengan demikian, jelaslah bahwa
proses membaca nyaring sesungguhnya bukanlah hal yang mudah. Soedarso (1998:18)
mengatakan bahwa saya membaca nyaring lebih sulit dibandingkan dengan membaca
dalam hati.
Kesulitan membaca nyaring juga
dapat dilihat dari tingkat keterlibatan organ-organ tubuh yang turut
beraktivitas. Membaca dalam hati hanya menggunakan ingatan visual. Dalam hal
ini yang aktif adalah mata (pandangan atau penglihatan dan ingatan). Membaca
nyaring selain penglihatan dan ingatan turut juga aktif ingatan pendengaran dan
ingatan yang bersangkutan dengan otot-pt ot. Oleh karena itu, untuk mendapatkan
keterampilan membaca jenis ini sangat mutlak diperlukan adanya proses latihan
secara terencana dan sungguh-sungguh dibawa asuhan guru-guru yang professional.
2). Membaca Ekstensif dan Membaca Intensif
Membaca ekstensif merupakan membaca yang dilakukan secara luas. Pada siswa
diberikan kebebasan dan keleluasaan dalam hal memiliki baik jenis maupun
lingkup bahan-bahan bacaan yang dibacanya. Program membaca ini sangat besar
manfaatnya dalam memberikan aneka pengalaman yang sangat luas kepada para
siswa yang mengikutinya.
3). Membaca Intensif
Membaca intensif, merupakan program kegiatan membaca yang dilakukan secara
saksama. Dalam membaca ini, para siswa hanya membaca satu atau beberapa pilihan
dari bahan bacaan yang ada. Program membaca intensif merupakan salah satu upaya
untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis.
4). Membaca Literal, Kritis dan Kreatif
Membaca literal meruapakan kegiatan membaca sebatas mengenal dan menangkap arti
yang tertera secara tersurat. Artinya pembaca hanya berusaha menangkap
informasi yang terletak secara literal dalam bacaan dan tidak berusaha
menangkap makna yang lebih dalam lagi, yakni makna yang tersirat.
Membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh
tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analisis, dan bukan hanya mencari
kesalahan belaka. Dengan membaca kritis pembaca akan dapat mencamkan lebih lama
terhadap apa yang dibacanya dan dia pun akan empunyai kepercayaan diri yang
lebih mantap daripada kalau dia membaca tanpa usaha berpikir kritis. Dalam
proses membaca kreatif, pembaca dituntut untuk mencermati ide-ide yang
dikemukakan oleh penulis kemudian membandingkannya dengan ide-ide yang sejenis
yang mungkin saja berbeda-beda, baik berupa petunjuk, aturan, atau kiat-kiat
tertentu. Selain itu, kemampuan membaca kreatif merupakan tingkatan
tertinggi dari kemampuan membaca seseorang.
2. Keterampilan Menulis
a. Pengertian Menulis
Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa. Dalam pembagian kemampuan
berbahasa, menulis selalu diletakkan paling akhir setelah kemampuan menyimak,
berbicara, dan membaca. Meskipun selalu ditulis paling akhir, bukan berarti
menulis merupakan kemampuan yang tidak penting.
Dalam menulis semua unsur keterampilan berbahasa
harus dikonsentrasikan secara penuh agar mendapat hasil yang benar-benar baik.
Henry Guntur Tarigan (1986: 15) menyatakan bahwa menulis dapat diartikan
sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai
media penyampai.
Menurut Djago Tarigan dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5)
menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau
pikiran dan perasaan. Lado dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5)
juga mengungkapkan pendapatnya mengenai menulis yaitu: meletakkan simbol grafis
yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain.
Menulis dapat dianggap sebagai suatu proses maupun suatu hasil. Menulis
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan sebuah
tulisan. Menurut Heaton dalam St. Y. Slamet (2008: 141) menulis merupakan
keterampilan yang sukar dan kompleks.
Menurut Gebhardt dan Dawn Rodrigues (1989: 1) Menulis merupakan salah satu hal
paling penting yang kamu lakukan di sekolah. Kemampuan menulis yang baik
memegang peranan yang penting dalam kesuksesan, baik itu menulis laporan,
proposal atau tugas di sekolah.
Pengertian menulis
diungkapkan juga oleh Barli Bram (2002: 7) mengartikan menulis sebagai suatu
usaha untuk membuat atau mereka ulang tulisan yang sudah
ada. Menulis adalah perilaku kreatif, perilaku menulis kreatif
karena membutuhkan pemahaman atau merasakan sesuatu: sebuah pengalaman,
tulisan, peristiwa.
M. Atar Semi (2007: 14) dalam bukunya mengungkapkan pengertian menulis adalah
suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan.
Burhan Nurgiantoro (1988: 273) menyatakan bahwa menulis adalah aktivitas aktif
produktif, yaitu aktivitas menghasilkan bahasa.
Menulis menurut McCrimmon dalam St. Y. Slamet (2008: 141) merupakan kegiatan
menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan
ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya
dengan mudah dan jelas. St. Y. Slamet (2008: 72) sendiri mengemukakan
pendapatnya tentang menulis yaitu kegiatan yang memerlukan kemampuan yang
bersifat kompleks.
b. Tujuan Menulis
Mengetahui tujuan menulis sangat penting, sebelum mulai menulis harus
mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri. Bila banyak telah disadari tujuan
baru dapat mulai menulis. Hal ini penting karena menulis itu merupakan
pekerjaan yang memerlukan waktu dan pemikiran dan bukan suatu permainan atau
suatu rekreasi. Sebagai suatu pekerjaan harus dilakukan dengan dorongan yang
kuat. Dorongan ini muncul karena adanya tujuan yang jelas. Disamping itu,
kesempatan untuk sukses dalam menulis akan terbuka lebih luas bila penulis
memahami tujuan menulis dan selalu memegang teguh tujuan itu selama menulis.
Pada prinsipnya tujuan utama dan tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang
tidak langsung. Menuruyt HG. Tarigan (22.23) menulis secara umum tujuan
menulis adalah sebagai berikut :
·
Memberikan arahan, yakni memberikan uraian atau
penjelasan tetang sesuatu hal yang harus diketahi oleh orang lain
·
Menjelaskan sesuatu, yakni membenkan uraian atau
penjelasan tentang suatu hal yang harus diketahui oleh orang lain.
·
Menceritakan kejadian, yaitu memberikan
informasi tentang suatu yang berlangsung di suatu tempat pada suatu waktu.
·
Meringkas, yaitu membuat rangkuman suatu tulisan
sehingga menjadi lebih singkat.
·
Menyakinkan, yaitu tulisan yang berusaha meyakinkan
orang lain agar setuju atau sependapat dengannya.
c. Tahapan Perkembangan Menulis Anak Usia Dini (PAUD)
Pengertian Perkembangan Bahasa
Anak Usia Dini (PAUD) adalah salah satu aspek dari tahapan perkembangan anak
yang diekspresikan melalui pemikiran anak dengan menggunakan kata-kata yang
menandai meningkatnya kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap
perkembangannya. 5 Tahapan Perkembangan Menulis Anak Usia Dini (PAUD)
1. Scribble stage (tahap mencoret atau membuat
goresan)
Pada tahap ini anak mulai membuat tanda-tanda dengan
menggunakan alat-alat tulisan. Anak mulai belajar bahasa tulisan. Biasanya
dilakukan di dinding, kertas atau apa saja yang dianggapnya dapat ditulis.
Orang tua dan guru pada tahap mencoret dapat menjadi model dan menyediakan
bahan untuk menulis seperti cat, buku, kertas dan krayon.
2. Linear repetitive stage (Tahap pengulangan secara
linear)
Tahap selanjutnya dalam perkembangan menulis adalah
tahap pengulangan secara linear. Pada tahap ini, anak menelusuri bentuk tulisan
yang horizontal. Tulisan yang dihasilkan anak seperti membuat gambar rumput.
Orangtua dan guru memberi kegiatan yang berkaitan
dengan tulisan, misalnya bermain peran di restoran, dimana seorang pramusaji
menuliskan menu yang akan dipesan oleh pelanggan, atau seorang dokter yang akan
menulis resep obat. Kegiatan tersebut akan membantu anak untuk menyenangi
menulis. Biasanya anak akan ingat kata apa saja yang ditulis walaupun bentuk
tulisannya seperti rumput.
3. Random letter stage (Tahap Menulis secara random)
Pada tahap ini, anak belajar tentang berbagai bentuk
yang dapat diterima sebagai suatu tulisan walaupun huruf yang muncul masih
acak. Pada tahap ini orangtua dan guru dapat memberi kegiatan menceritakan
gambar yang dibuat oleh anak.
Kegiatan ini membantu anak untuk menuangkan ide pada
gambar menjadi tulisan walaupun kata yang muncul tidak utuh (hurufnya acak),
contoh: anak ingin menulis kata ” aku pergi ke taman safari” tetapi yang muncul
”aku pgi k tmn sfri”.
4. Letter Name writing or phonetic writing Stage
(tahap menulis tulisan nama)
Pada tahap ini, anak mulai menyusun hubungan antara
tulisan dan bunyi. Permulaan tahap ini sering digambarkan sebagai menulis
tulisan nama karena anak-anak menulis tulisan nama dan bunyi secara bersamaan.
Sebagai contoh, anak menulis kata “dua” dengan “duwa”, “pergi” dengan “pegi”,
“sekolah” dengan “skola”.
III KESIMPULAN
Keakraban dalam menikmati buku dan
cerita memperkuat ikatan emosional, membantu anak dalam mempelajari kata dan
konsep baru, dan merangsang pertumbuhan otak anak. Semangat untuk menulis
ditumbuhkan dengan memberikan kesempatan pada anak untuk menggambar dan
mencoret-coret. Gambar dan coretan anak adalah tulisan pertamanya, lambat laun
seiring dengan perkembangannya anak akan menulis huruf-huruf. Melalui bantuan
dan dorongan orang-orang di sekitarnya, anak menapaki langkah besar menjadi
seorang penulis.
Perkembangan bahasa pada anak usia
dini sangat penting karena dengan bahasa sebagai dasar kemampuan, seorang anak
akan dapat meningkatkan kemampuan yang lain. Pendidik perlu menerapkan ide-ide
mereka untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak, memberikan contoh
penggunaan bahasa dengan benar, dan menstimulasi perkembangan bahasa anak
dengan berkomunikasi secara aktif.
DAFTAR PUSTAKA
Dhiene
Nurbiana, dkk,2009. Metode Pengembagangan
Bahasa. Universitas terbuka press Jakarta
Tarigan; HenryGuntur 2008: Membaca Sebagai
Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.