BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keluarga
merupakan kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu keturunan atau
peristiwa khusus misal adopsi dan keluarga merupakan lembaga pertama dalam
kehidupan anak, tempat anak belajar dan menyatakan dirinya sebagai makhluk
sosial.
Dalam kehidupan anak tentunya keluarga merupakan tempat yang
sangat vital. Anak-anak memperoleh pengalaman pertamanya dari keluarga. Dalam
keluarga peranan orang tua sangatlah penting. Mereka merupakan model bagi anak.
Ketika orang tua melakukan sesuatu anak-anak akan mengikuti orang tua mereka.
Hal ini disebabkan anak dalam masa meniru. Orang tua yang satu dengan orang tua
yang lainnya dalam mendidik anak-anak tentunya juga berbeda. Mereka mempunyai
suatu gaya atau tipe-tipe tersendiri. Dan tentunya gaya-gaya tersebut akan
berpengaruh terhadap perkembangan anak. Terutama perkembangan sosio-emosinya.
Keluarga memiliki fungsi penyedia, sosialisasi/pendidikan,
keanggotaan, dan penggunaan sumber daya. Keluarga memberikan dasar pembentukan
tingkah laku, watak, moral dan pendidikan. Keluarga inti itu terdiri dari ayah,
ibu dan anak. Kemudian keluarga besar terdiri ayah, ibu, anak dan anggota
keluarga lain yang memiliki hubungan darah.
Menyelenggarakan
pendidikan yang membebaskan anak dari tindak kekerasan, memperlakukan anak dengan ramah dan memanusiakan anak. Menyelenggarakan pendidikan yang memenuhi hak-hak anak. Hal tersebut akan
terwujud jika pendidikan yang demikian dilakukan sejak anak usia dini.
Dalam agama islam sangat memperhatikan pemeliharaan hidup dan kehidupan manusia sejak
dini. Perhatian itu melebihi perhatian apa pun yang ada pada undang-undang yang
dibuat oleh manusia itu sendiri. Islam sangat memperhatikan anak-anak pada
setiap fase kehidupan mereka. Bahkan Islam memperbolehkan seorang ibu yang
hamil membatalkan puasanya, jika itu dikhawatirkan dapat membahayakan janin
atau anaknya yang sedang dikandung atau disusuinya. Semua itu membuktikan bahwa
Islam sangat menghargai keberadaan hidup dan kehidupan manusia semenjak manusia
berupa janin sampai manusia menjadi besar dan dewasa. Oleh karena itu,
pendidikan harus diberikan manusia semenjak usia dini. Karena pendidikan yang
dimulai sejak usia dini mempunyai daya keberhasilan yang tinggi dalam
menentukan tumbuh-kembang kehidupan anak selanjutnya.
Namun pada sisi lain rasanya tidak ada bencana yang paling hebat menimpa
keluarga, kecuali apabila orang tua telah jauh dari pedidikan
keluarga terhadap anak. Oleh sebab
itu, keseluruhan latar belakang tersebut, kiranya cukup dipermasalahkan,
bagaimana pola asuh dalam mendidik anak dan memelihara harta dalam keluarga?
Bagaimana relevansi cara pengasuhan mendidik anak dan memelihara dan tentunya
masih banyak permasalahan yang harus dikaji secara khusus dan mendalam, karena
itu dalam makalah pendidikan anak dalam keluarga penulis menulis judul adalah “POLA
PENGASUHAN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI”.
B.
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang, dapat dirumuskan bahwa
masalah pokok dalam penulisan makalah ini adalah tentang pola pengasuhan pada
pendidikan anak usia dini.
Oleh
karena itu maka penulis dapat
merumuskan masalahnya, sebagai berikut:
- Apa
pengertian dari orang tua dan keluarga ?
- Apa peran
orang tua dalam pendidikan anak ?
- Apa
pengertian dari pola asuh dalam pendidikan keluarga ?
- Bagaimana pola pengasuhan pada
pendidikan anak usia dini dalam pendidikan keluarga ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kajian Teori
1.
Pengertian orang tua dan keluarga
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut Anton M. Moeliono, yang
dikutip oleh Hakim Keluarga (arab: Al Usrah, Inggris Familly) adalah
satuan kekerabatan yang sangat mendasar dimasyarakat yang terdiri atas ibu,
bapak dan anak sedangkan menurut hasan
Ayub yang juga dikutip oleh Atang Abd. Hakim
bahwa keluarga adalah suatu kumpulan manusia manusia dalam kelompok
kecil yang terdiri atas suami, istri, dan anak-anak.(2002:213)
Hubungan anak dengan orang tuanya,
mempunyai pengaruh dalam perkembangan agama si anak. Si anak yang merasakan
adanya hubungan hangat dengan orang tuanya, merasa bahwa ia disayangi dan
dilindungi serta mendapat perlakuan yang baik, biasanya akan mudah menerima dan
mengikuti kebiasaan orang tuanya dan cenderung kepada agama. (Daradjat, 1970:
75)
Anak adalah generasi penerus
keluarga dan sekaligus penerus bangsa. Setiap anak bersifat unik, setiap anak
terlahir dengan potensi yang berbeda-beda, memiliki kelebihan, bakat dan minat
sendiri.
Pendidikan anak merupakan upaya
meningkatkan potensi anak agar berkembang secara optimal. Keberhasilan
pendidikan anak dalam keluarga sangat dipengaruhi oleh bagaimana pola asuh
orang tua terhadap anak dalam keluarga.
Pendidikan yang sukses adalah
pendidikan yang mampu mengantarkan anak menjadi bertaqwa, berkepribadian
matang, berilmu mutakhir dan berprestasi, mempunyai rasa kebangsaan dan
berwawasan global.
Dari definisi tentang keluarga
diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga terdiri dari :
a. Suami /Bapak
Adapun beberapa tanggung jawab Suami/bapak dalam keluarga
menurut Hakim adalah mengauli istri dengan baik, mengajarkan ilmu-ilmu
agama, serta memerintahkan berbuat baik pada istri dan anaknya.
b. Istri /Ibu
Sedangkan kewajiban istri/ibu adalah menghormati dan
melayani suami serta mengasuh dan mendidik anak
c. Anak
Adapun kewajiban anak pada orang tuanya adalah menuruti
nasihat baik orang tua, berprilaku sopan dan menyenangkan serta mendoakan
keduanya baik semasa hidup dan matinya.
Adapun kewajiban keluarga terhadap
anaknya adalah memberi nama, mencukur dan melaksanakan aqiqah, memberi nafkah,
mengasuh dan mendidik, memberi kasih sayang, bersikap adil serta memberi
tauladan yang baik.
2.
Peran Orang Tua dalam Pendidikan
Anak
Pendidikan anak terdiri dari dua dua kata pendidikan
dan anak. Pendidikan berasal dari kata didik yang artinya: Memelihara,
merawat dan memberi latihan agar seseorang memiliki ilmu pengetahuan seperti
yang diharapkan (tentang sopan santun, akal budi, akhlak, dan sebagainya).
Sedangkan pendidikan sendiri artinya: Proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan, proses perbuatan, cara mendidik. (Dariyanto, 1998 :
156)
Pembentukan sikap, pembinaan moral dan pribadi pada umunya,
terjadi melalui pengalaman sejak kecil. Pendidik/pembina pertama adalah orang
tua, kemudian guru, semua pengalaman yang dilalui oleh anak waktu kecilnya,
akan merupakan unsur penting dalam pribadinya. (Daradjat, 1970: 78)
Dalam bahasa Arab ada beberapa istilah yang dipergunakan
untuk menunjukkan pengertian pendidikan antara lain:
a.
At-Ta’lim yang berarti pengajaran
b.
At-Ta’dib yang berarti pendidikan
yang bersifat khusus
c.
At-Tarbiyah yang berarti pendidikan
(Asnelly, 1998 : 20)
Sedangkan pengertian pendidikan dalam UU
RI No.20 Tahun 2003 ialah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (2005: 6)
Sedangkan definisi pendidikan bermacam-macam antara lain
menurut Ahmad Marimba yang dikutip oleh
Abidin Ibn Rusn: “Pendidikan suatu bimbingan atau pimpinan secara sadar
oleh guru terhadap perkembangan jasmani dan rohani murid menuju terbentuknya
kepribadian yang utama”. (1998 : 54)
Menurut Muhammad Abdurrahman pendidikan
merupakan sebuah wahana untuk membentuk peradaban yang humanis terhadap seorang
untuk menjadi bekal bagi dirinya dalam menjalani kehidupannya (2003:5)
Anak berarti keturunan yang dilahirkan (Dariyanto, 1998 :
38) Sedangkan Al-Qur’an mengibaratkan anak-anak sebagai perhiasan kehidupan
dunia. Sesuai dengan firman Allah SWT
dalam surat al-Kahfi 46 yang berbunyi.
Artinya:
“Harta
dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal
lagi shole adalah lebih baik pahalanya disisi tuhanmu serta lebih baik untuk
menjadi harapan (QS. Al-Kahfi 46) (Depag RI, 1993: 450)
Dari pengertian di atas anak merupakan generasi penerus keluarga, penerus bangsa dan
negara, sehingga untuk menjadikannya generasi yang beriman, berbudi pekerti
mulia maka anak seyogyanya mendapat
pendidikan yang menyangkut aspek jasmaniah dan rohaniah sejak dini.
Untuk itu peranan keluarga dalam masalah pendidikan anak
sangat signifikan sehingga peranan keluarga sebagai wadah pendidikan diarahkan
juga pada kedua aspek tersebut, yakni aspek jasmani dan aspek rohani.
Keluarga juga bertugas untuk mengajarkan kepada mereka
tentang kebudayaan dan berbagai hal yang berada didalamnya, seperti:
niali-nilai kemasyarakatan, tradisi, prinsip, keterampilan, dan pola perilaku
dalam segala aspeknya. (Musthafa, 2003: 43)
Menurut pendapat M. A. As’aryie adalah selain memberikan
pendidikan yang sifatnya kerohanian, orang tua wajib memberikan pendidikan
jasmani (2001 : 192).
Jasmani berarti tubuh dan badan. Pendidikan jasmani berarti
suatu proses pendidikan yang mengarah pada jasmaniah (hubungan dengan
jasmani/tubuh) manusia. Karena keluarga sebagai tempat yang pertama dan utama.
Sedangkan menurut Ramayulis peranan keluarga dalam
pendidikan anak yakni:
1. Peranan keluarga dalam pendidikan
jasmani dan kesehatan bagi
anak-anaknya.
2. Peranan keluarga dalam pendidikan
emosi
3. Peranan keluarga dalam pendidikan
akal
4. Peranan keluarga dalam
pendidikan akhlak
5. Peranan keluarga dalam pendidikan
sosial keagamaan
6. Peranan keluarga dalam
pendidikanpenidikan keimanan (2001:81-96)
Jadi, keluarga merupakan kelompok manusia pertama yang
menjalankan hubungan-hubungan kemanusiaan secara langsung terhadap anak. Dengan
demikian keluarga memiliki tanggung jawab yang sangat besar terhadap anak dalam
mengenalkan berbagai bentuk perilaku social. (Musthafa, 2003: 43)
Di dalam pendidikan anak dalam keluarga perlu diperhatikan dalam memberikan kasih
sayang, jangan berlebih-lebihan dan jangan pula kurang. Oleh karena itu keluarga
harus pandai dan tepat dalam memberikan kasih sayang yang dibutuhkan oleh
anaknya. Pendidikan keluarga yang baik adalah: pendidikan yang memberikan
dorongan kuat kepada anaknya untuk mendapatkan pendidikan-pendidikan agama.
Pendidikan keluarga mempunyai pengaruh yang
penting untuk mendidik anak. Hal tersebut mempunyai pengaruh yang positif
dimana lingkungan keluarga memberikan dorongan atau memberikan motivasi dan
rangsangan untuk menerima, memahami, meyakini, serta mengamalkan ajaran islam.
Dalam keluarga hendaknya dapat direalisasikan tujuan pendidikan agama islam.
Yang mempunyai tugas untuk merealisasikan itu adalah orang tua.
Ilmu tidak akan dimiliki seseorang tanpa adanya usaha untuk
memperolehnya, maka dalam hal ini orang tua dituntut untuk menupayakan agar
anak-anaknya memperoleh pengetahuan baik agama maupun umum.
Peran keluarga (orang tua) sangat besar dalam meningkatkan
penddikan pengetahuan sebagai motivator semangat anak-anaknya sekaligus
penyedia dana untuk menunjang terlaksananya proses pendidikan pengetahuan ini.
Hal ini sesuai dengan pepatah jawa: Jer Basuki Mawa Bea (tiap kejayaan
menghendaki pengorbanan) (Kohar, 1998:197)
3.
Pengertian pola pengasuhan
Bern (1997) menyatakan bahwa pengasuhan
merupakan proses yang berlangsung terus menerus yang melibatkan interaksi
antara orangtua dengan anak. Sementara jarome kagan (1975) menyatakan
pengasuhan sebagai suatu alat untuk melaksanakan suatu rangkaian pengambilan
keputusan untuk mensosialisasikan nilai kepada anak. Sedangkan teori-teori yang
digunakan dalam pengasuhan pada anak mencakup pada beberapa teori dasar dalam
perkembangan manusia, teori-teori tersebut adalah:
a.
Teori psikoanalisis
b. Cognitive
developmental theory
c.
Behaviorism
d. Social learning
theory
e.
Genetic, heredity, personality theory
f.
Humanistic theory
g. Ethological
theory
h. Theory sistem,
etological theory
i.
Theory perkembangan moral
Hoghughi (2004) menyebutkan bahwa pengasuhan mencakup
beragam aktifitas yang bertujuan agar anak dapat berkembang secara optimal dan
dapat bertahan hidup dengan baik. Prinsip pengasuhan menurut hoghughi tidak
menekankan pada siapa (pelaku) namun lebih menekankan pada aktifitas dari
perkembangan dan pendidikan anak. Oleh karenanya pengasuhan meliputi pengasuhan
fisik, pengasuhan emosi dan pengasuhan social.
a.
Pengasuhan
fisik mencakup semua aktifitas yang bertujuan agar anak dapat bertahan hidup
dengan baik dengan menyediakan kebutuhan dasarnya.
b. Pengasuhan emosi mencakup
pendampingan ketika anak mengalami kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan
seperti merasa terasing dari teman-temannya, takut, atau mengalami trauma.
c.
Pengasuhan
emosi ini mencakup pengasuhan agar anak merasa dihargai sebagai seorang
individu, mengetahui rasa dicintai, serta memperoleh kesempatan untuk
menentukan pilihan dan untuk mengetahui resikonya. Pengasuhan emosi ini
bertujuan agar anak mempunyai kemampuan yang stabil dan konsisten dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.
d. Sementara itu, pengasuhan sosial
bertujuan agar anak tidak merasa terasing dari lingkungan sosialnya yang akan
berpengaruh terhadap perkembangan anak pada masa-masa selanjutnya.
Fungsi dan peranan pada perkembangan anak dalam pendidikan
keluarga yang dimaksud adalah:
a.
Merupakan bentuk komunikasi
emosi berperan dalam mempengaruhi
kepribadian
dan penyesuaian diri anak dengan lingkungan sosialnya.
b. Emosi dapat mempengaruhi iklim
psikologis lingkungan.
c.
Tingkah
laku yang sama dan ditampilkan secara berulang dapat menjadisatu
kebiasaan.
d. Ketegangan emosi yang
di milik anak dapat menghambat aktivitas motorikdan mental anak.
Jenis emosi menurut stewart at all mengutarakan
perasaan senang, marah, takut dansedih sebagai basic emotions.
a. Senang (gembira)
Pada umumnya perasaan gembira dan senang di
ekspresikan dengan tersenyum (tertawa). Pada perasaan gembira ini juga ada
dalam aktivitaspada saat menemukan sesuatu, mencapai kemenangan.
b.
Marah
Emosi marah dapat terjadi pada saat
individu merasa terhambat, frustasikarena apa yang hendak di capai itu
tidak dapat tercapai.
c.
Takut
Perasaan takut merupakan bentuk emosi yang menunjukn adanyabahaya.
d.
Sedih
Dalam kehidupan sehari – hari nak
akan merasa sedih pada saat ia berpisahdari yang lainnya.
Dari ke empat emosi dasar tadinya dapat berkembang menjadi
berbagai macam emosi yang di klafikasikan kedalam kelompok emosi positif dan
emosi negative.
Contoh dari emosi positif dan negatif yang dikemukan oleh reynold tersebutadalah
:emosi positif : humor (lucu) , joy, kesenangan, rasa ingin
tahu, kesukaan. emosi negatif : tidak sabaran, rasa marah, rasa
cemburu, rasa benci, rasa cemas,rasa takut.
4.
Pola pengasuhan pada pendidikan
anak usia dini dalam pendidikan keluarga?
Pengaruh dari
pola asuh dalam
mengembangkan sosial emosional anak, dalam perkembangan sosio-emosional anak,
tentu ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhinya. Ada 4 faktor yang
mempengaruhi perkembangan sosio-emosional anak yaitu :
a.
Perlakuan dan Cara Pengasuhan Orang Tua
Secara garis besar ada tiga tipe gaya
pengasuhan orang tua yakni otoriter, permisif, dan otoritatif.
Tipe
|
Perilaku Orang Tua
|
Karakteristik Anak
|
Otoriter
|
Kontrol yang ketat dan penilaian
yang kritis terhadap perilaku anak, sedikit dialog (memberi dan menerima)
secara verbal, serta kurang hangat dan kurang terjalin secara emosional
|
Menarik diri dari pergaulan serta
tidak puas dan tidak percaya terhadap orang lain.
|
Permisif
|
Tidak mengontro, tidak menuntut,
sedikit menerapkan hukuman dan kekuasaan, penggunaan nalar, hangat dan
menerima
|
Kurang dalam harga diri, kendali
diri, dan kecenderungan untuk bereksplorasi
|
Otoritatif
|
Mengontrol, menuntut, hangat,
reseptif, rasional, berdialog (memberi dan menerima) secara verbal, serta
menghargai disiplin, kepercayaan diri, dan keunikan
|
Mandiri, bertanggung jawab secara
sosial, memiliki kendali diri, bersifat eksplloratif, dan percaya diri
|
b.
Kesesuaian antara anak dan pengasuh
Dalam proses interaksi antara pengasuh
dan anak, perilaku mereka bisa saling mempengaruhi dan menyesuaikan diri satu
sama lain sehingga ada penyesuain diri antar masing-masing. Jadi pengasuh harus
benar-benar bisa menangkap respon apa yang sang anak inginkan, agar terjadi
jalinan kasih sayang antara mereka, dan tidak menimbulkan rasa benci.
c.
Temperamen anak
Temperamen bayi merupakan salah satu
hal yang harus dipahami oleh sang pengasuh agar bisa terjalin hubungan yang
akrab antara pengasuh dan anak. Ada tiga gaya perilaku bayi yakni bayi yang
mudah, bayi yang sulit dan bayi yang lamban. Ciri bayi yang mudah adalah
memiliki keteraturan, adaptif, bahagia dan mau mendekati objek atau orang baru.
Bayi yang sulit cenderung tidak teratur, tidak senang terhadap perubahan
situasi, sering menangis, menempakkan perasaan negative. Sedangkan bayi yang
lamban adalah bayi yang cenderung kurang adaptif, menarik diri, kurang aktif
dan intensitas respon kurang.
d.
Perlakuan guru di sekolah
Apa yang guru perbuat di sekolah akan
berpengaruh terhadap anak didiknya. Perlakuan guru terhadap anak memiliki
pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan sosioemosional anak.
Pengaruh guru tidak hanya pada aspek kognitif anak, tetapi juga segenap
perilaku dan pribadi yang ditampilkan guru di depan anak didiknya, karena
secara langsung hal tersebut bisa menjadi pengalaman-pengalaman anak.
Contoh
penerapan teknis pengasuhan sosial emosional dapat dilakukan dengan beberapa
pola, yaitu:
a. Bermain pada anak.
Bermain
merupakan salah satu cara yang tepat untuk melepaskan atau menumpahkan seluruh
energi dan perasaan yang dimiliki anak termasuk didalamnya emosi anak. Selain
itu biasanya dengan bermain anak juga dapat mengembangkan hubungan sosial
mereka.
Permainan yang
dapat melatih kecerdasan sosial emosional antara lain:
·
Bermain peran
dengan boneka tangan maupun wayang
·
Film
pembelajaran bermuatan nilai sosial emosional.
·
Ajak anak
keluar rumah untuk berinteraksi dengan orang lain
·
Ajak anak
bermain kelompok (cooperatif play), seperti: sepak bola.
b. Sentuhan, belaian dan pelukan kepada
anak.
Interaksi
antara orang tua dengan anak sangat berpengaruh terhadap kecerdasan sosial
emosional anak. Sentuhan, belaian dan pelukan yang diberikan kepada anak
merupakan beberapa cara yang tepat untuk membangun hubungan baik atau kelekatan
anara orang tua dengan anak
c. Pemberian kata positif dan empati
orang tua terhadap anak.
Kata positif
yang diberikan kepada anak membuat anak termotifasi untuk melakukan dan
mengulangi perilaku yang positif dan membuat anak percaya diri. Sedangkan
empati dari orang tua membuat anak merasa orang tua berada dipihaknya, terutama
saat anak memiliki masalah, empati dari orang tua sangatlah penting agar anak
dapat lebih tenang dan merasa orang tua merasakan apa yang anak rasakan.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dalam pendidikan anak dalam keluarga perlu adanya pola
pengasuhan yang baik. Untuk meningkatkan kecerdasan emosional pada
anak maka perlu adanya peningkatan pengasuhan sosial emosional yang dapat
merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak.
Kecerdasan emosional yang dikembangkan
dan diintegrasikan diantaranya; empati, mengendalikan amarah, kemandirian,
disukai, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, sikap hormat, kemampuan
beradaptasi, kemampuan memecahkan masalah, kecakapan sosial, integritas,
konsisten, komitmen jujur, berfikir terbuka, kreatif, adil, bijaksana,
kemampuan mendengarkan, kemampuan berkomuniksi, motivasi, kemampuan
bekerjasama, keinginan untuk berkontribusi.
Hubungan anak dengan orang tuanya, mempunyai
pengaruh dalam perkembangan agama si anak. Si anak yang merasakan adanya
hubungan hangat dengan orang tuanya, merasa bahwa ia disayangi dan dilindungi
serta mendapat perlakuan yang baik, biasanya akan mudah menerima dan mngikuti
kebiasaan orang tuanya dan cenderung kepada agama.
Peranan orang tua (ayah, Ibu) dalam proses
pendidikan anaknya sangat komplek. Tidak sekedar biaya dan fasilitas, lebih
dari itu orang tua juga harus memberikan motivasi dan arahan agar anak timbul
keinginan untuk belajar.
Menurut Chalijah Hasan di golongkan dalam
“motivasi ekstrinsik sebagai pengaruh dari luar individu sehingga timbul
keinginan untuk melakukan sesuatu atau belajar”.