Berdasarkan dari sumbernya, pewarna buat makanan dapat digolongkan ke
dalam dua jenis, yakni sebagai berikut.
a. Pewarna
Alami
Pewarna alami dapat didapatkan dari aneka tanaman dan juga hewan.
Beberapa pewarna alami yang memiliki nilai nutrisi cukup tinggi, misalnya: riboflavin,
karotenoid, kobalamin; dan pewarna yang dapat dijadikan bumbu seperti kunir,
kayu manis, paprika; atau pewarna yang berfungsi sebagai pemberi rasa,
misalnya: caramel, cokelat, kopi, buah-buahan, dan lain-laim.
Beberapa perusahaan makanan dan minuman enggan menggunakan pewarna alami
sebab warnanya yang tak homogeny. Sehingga, sangat sulit mendapatkan rona yang
stabil. Selain itu, penggunaan bahan alami pada sebuah produk makanan/minuman
akan membuat biaya produksi semakin membengkak. Dari sini, kita dapat
menyimpulkan bahwa kebanyakan perusahaan menghindari pewarna alami dan memilih
alternatif lain.
b. Pewarna
Sintetis
Pewarna sintetis merupakan pewarna protesis yang biasa ditambahkan dalam
makanan atau minuman. Perkin merupakan penemu pewarna makanan sintetis,
tepatnya pada tahun 1856. Pewarna sintetis dapat dikatakan sangat murah dan
mudah didapatkan dibandingkan pewarna alami. Banyak alasan yang membuat
perusahaan makanan dan minuman lebih memilih pewarna makanan sintetis, di
antaranya ialah biaya produksi yang lebih murah, rona yang dihasilkan lebih
beragam, dan hasil pewarnaan lebih baik dan maksimal.
Pada dasarnya, pewarna sintetik dikelompokkan sebagai pewarna basa,
pewarna asam, pewarna direct, pewarna
reaktif, pewarna disperse, pewarna mordant, pewarna vat, pewarna azo, dan
pewarna sulfur. Di negara berkembang, zat yang terkandung dalam pewarna
protesis harus lolos berbagai mekanisme pengujian sebelum dapat digunakan
sebagai pewarna pangan. Permitted color
atau certified color merupakan
zat-zat pewarna yang diizinkan dalam pangan.
Dalam penggunaan zat pewarna pun sebuah perusahaan harus menjalani
beberapa mekanisme dan pengujian yang disebut dengan proses sertifikasi. Pada
proses sertifikasi, pengujian yang dilakukan meliputi toksikologi, biokimia,
kimia, dan analisis media terhadap pewarna makanan tersebut.
Meskipun begitu harus mengetahui bahwa proses pembuatan zat rona sintetis
biasanya melalui pemberian zat-zat kimia, seperti asam sulfat atau asam nitrat yang
umumnya terkontaminasi zat-zat yang bersifat racun, seperti logam berat atau
arsen. Berdasarkan kelarutannya, pewarna sintetis digolongkan menjadi dua
bagian, yakni sebagai berikut.
Dyes, merupakan zat pewarna yang biasanya memiliki sifat larut dalam air.
Karena sifatnya yang larut dalam air menyebabkan warnanya mudah merata dan
dapat digunakan buat mewarnai bahan. Selain air, kita dapat menggunakan pelarut
lainnya, misalnya gliserin, alkohol, propelin glikol, dan lain-lain.
Lakes, merupakan zat pewarna yang memiliki sifat tak larut air dan semua
pelarut lainnya. Sebab, pewarna ini dibuat dengan proses pengendapan dan
absorpsi dyes menggunakan alumunium hidrat sebagai alat pelapisnya.
2.2.2. Dampak Positif dan Negatif Penggunaan
Pewarna Makanan
Penggunaan pewarna makanan sintetis dalam berbagai produk pangan pastinya
memiliki akibat positif ataupun negatif bagi produsen dan konsumen.
1) Memiliki stabilitas yang cukup bagus.
2) Membuat rona makanan lebih menarik.
3) Meratakan rona makanan.
4) Tersedia dalam jumlah yang cukup.
5) Memiliki kekuatan mewarnai yang sangat
tinggi, sehingga membuat penggunaannya dapat dikatakan memberi laba secara
ekonomi.
6) Memiliki daya larut yang bagus dalam air
maupun alkohol.
7) Tidak berasa dan juga tak berbau.
8) Memiliki bentuk yang beragam.
Meskipun memiliki akibat positif bagi produsen, namun penggunaan pewarna
sintetis ternyata juga dapat menimbulkan akibat negatif terhadap kesehatan
manusia, apabila:
1) dikonsumsi dalam jumlah sedikit, namun
berulang-ulang,
2) dikonsumsi dalam jangka waktu lama,
3) dikonsumsi secara berlebihan,
4) dikonsumsi dalam kondisi yang tak tepat,
5) penyimpanan dan pengolahannya tak memenuhi
persyaratan.
2.2.3. Macam Pewarna Alami yang Aman
Sebagai solusi yang tepat buat kesehatan Anda, maka disarankan buat
menggunakan pewarna alami berikut ini.
1)
Daun
Suji
Daun suji biasa digunakan buat mendapatkan rona hijau pada makanan.
Tanaman suji merupakan tanaman hias yang mudah ditanam di media pot atau pada
kebun secara langsung. Campuran daun suji dan daun pandan menghasilkan rona yang
latif dan aroma harum pada makanan dan minuman. Cara membuatnya: potong-potong
kasar daun suji dan daun pandan. Kemudian, blender hingga halus. Lalu, peras
dan saring. Untuk mengawetkannya, dapat menambahkan kapur sirih, masukkan ke
dalam botol yang tertutup, dan masukkan dalam kulkas.
2)
Kayu
Secang
Secang merupakan tanaman berkayu yang batangnya dapat kita manfaatkan
sebagai pewarna buat makanan. Cara penggunaannya ialah batang kayu tersebut
dipasrah atau diserut terlebih dahulu. Kemudian, direbus dengan air hingga
mendidih. Nah, airnya dapat Anda gunakan bersama minuman atau makanan yang akan
diwarnai. Tanaman secang yang dapat memberi imbas rona merah ini dapat
diperoleh di toko penjual jamu tradisional.
3)
Bunga
Telang
Bunga telang yang memiliki rona biru keunguan biasanya tumbuh di wilayah
Asia. Rona yang menarik dapat Anda gunakan sebagai pewarna alami biru buat kue
ataupun minuman. Cara pemakaiannya: cuci beberapa genggam kembang telang,
kemudian tumbuk atau remas-remas hingga lembut. Tambahkan sedikit air, lalu
saring. Cara lain yang dapat dilakukan ialah dengan merebus kembang talang,
kemudian saring, dan ambil airnya.
4)
Kunyit
Kunyit merupakan tanaman umbi-umbian yang
biasa dijadikan bumbu masakan. Cara penggunaannya dengan cara diparut,
ditumbuk, atau diblender hingga lembut. Kemudian, tambahkan sedikit air, peras,
dan saring. Namun jika Anda tak ingin repot, Anda dapat mendapatkannya di
swalayan atau toko-toko terdekat. ( http://www.binasyifa.com/109/18/27/ macam-pewarna-alami-yang-aman.html)