Otak spiritual
berpusat di noktah Tuhan yang ditemukan oleh Ramachandran di lobus
temporal. Pada bagian inilah kesadaran tingkat tinggi
manusia yaitu eksistensi diri tereksplorasi. Kesadaran tersebut dibangun oleh
adanya sel-sel kelabu dalam otak manusia. Bila sel-sel ini bekerja lahirlah
pikiran rasional yang merupakan titik pijak awal menuju kesadaran tingkat
tinggi manusia. Ada empat bukti penelitian yang memperkuat dugaan adanya
potensi spiritual dalam otak yaitu potensi untuk membentuk kesadaran sejati
manusia tanpa pengaruh pancaindra dan dunia luar.
Keempat bukti
tersebut adalah:
1) Osilasi 40Hz yang ditemukan Denis Pare dan Rudolpho.
Dengan alat MEG (Magneto Encephalograph) ditemukan bahwa
gerakan-gerakan saraf akan berlangsung secara terpadu pada
tingkatan frekuensi 40Hz;
2) Alam bawah sadar kognitif yang ditemukan oleh Joseph de Loux;
3) God Spot pada daerah temporal yang ditemukan oleh Ramachandran;
4) Somatic Marker yang ditemukan oleh Antonio Damasio (Taufiq, 2003)
Secara
biologis Tuhan telah meninggalkan jejaknya dalam diri manusia. Adanya noktah
Tuhan membuat manusia sanggup berpikir dalam kerangka nilai (value).
Pelembagaan nilai tersebut secara umum disebut agama dan merupakan
sistematisasi dari fungsi spiritual otak.
Jadi, ketika
seseorang menganut suatu agama, itu berarti ia sedang mewujudkan dimensi
spiritual dari otaknya. Demikian halnya ketika seseorang tidak menganut agama
secara formal, tetapi mewujudkan nilai dalam perilaku hidupnya, ia juga sedang
mewujudkan dimensi spiritual otaknya.
Dengan
demikian optimalisasi otak spiritual akan membuat seseorang hidup lebih baik
dan bermakna, apa pun agamanya. Optimalisasi otak spiritual paling tidak
menghidupkan tiga komponen yaitu: 1) kejernihan berpikir rasional; 2) kecakapan
emosi; 3) ketenangan hidup (Zohar, 2000).
Otak
spiritual, empat terjadinya kontak dengan Tuhan, hanya akan berperan jika otak
rasional dan pancaindra telah difungsikan secara
optimal. Dengan demikian seorang pencari ilmu
tidak akan mendapatkan hidayah dari Tuhan jika ia tidak memaksimalkan fungsi
otak rasional dan
pancaindranya. Kesadaran diri sesungguhnya
merupakan fungsi internal dari otak manusia. Tanpa rangsangan dari luar
sekalipun kesadaran diri tetap ada.
Sistem
pendidikan harus membuka kesempatan lebar bagi pemenuhan rasa rindu untuk
menemukan nilai dan makna dari apa yang diperbuat dan dialami, sehingga orang
dapat memandang kehidupan dalam konteks yang lebih bermakna. SQ pada dasarnya
adalah
kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan
persoalan makna dan nilai. SQ yang kuat akan menjadi landasan kokoh untuk
memfungsikan IQ
dan SQ secara efektif (Zohar, 2000). SQ digunakan
untuk bergulat dengan ihwal jahat dan baik, serta untuk membayangkan
kemungkinan yang belum terwujud.
Salah satu
cara mengoptimalkan otak spiritual adalah melihat permasalahan secara utuh,
mengkaji yang tersirat dari yang terlihat, dan merenungkannya. Berdoa dengan
berbagai cara pada berbagai agama merupakan sarana ampuh untuk mengoptimalkan
otak spiritual dan cara ampuh untuk berbicara maupun mendengar apa yang
dikatakan Tuhan.
Cara ini akan
mendukung pemecahan masalah dengan otak emosionalintuitif-spiritual. Area prefrontal
otak
(kira-kira di belakang pelipis) berperan penting sebagai alarm tanda bahaya.
Semua daerah di otak mempunyai hubungan dengan area prefrontal,
baik melalui saraf maupun neurotransmiter.
Area prefrontal
juga
memiliki mekanisme unik untuk mempertahankan kehidupan sadar manusia. Jalinan
saraf dan kimiawi memungkinkan area prefrontal berperan
dalam dua keadaan baik sadar maupun tak sadar. Pada keadaan bawah sadar,
pengaturan firasat atau intuisi terjadi. Inilah sumber alarm dan sekaligus
sumber pemecahan bagi kasus-kasus yang tak dapat diselesaikan secara rasional.
Fakta anatomis
lain menunjukkan adanya hubungan khusus antara lobus
temporal dan sistem limbik.
Sistem ini memberi nuansa emosional pada setiap kejadian spiritual. Amigdala
yang
terletak di ujung sistem limbik merupakan komponen yang sangat penting dan
ternyata berhubungan secara timbal balik dengan lobus temporal. Dalam sistem
ini juga ada komponen memori yang disebut hipokampus. Ketika amigdala dirangsang,
ia memberi pengaruh sampai ke lobus temporal. Demikian pula sebaliknya.
F. Optimalisasi
Otak Dalam Sistem Pendidikan
Optimalisasi
otak pada dasarnya adalah menggunakan seluruh bagian otak secara bersama-sama
dengan melibatkan sebanyak mungkin indra secara serentak. Penggunaan berbagai
media pembelajaran merupakan salah satu usaha membelajarkan seluruh bagian
otak, baik kiri maupun kanan, rasional maupun emosional, atau bahkan spiritual.
Permainan
warna, bentuk, tekstur, dan suara sangat dianjurkan. Ciptakan suasana gembira
karena rasa gembira akan merangsang keluarnya endorfin dari kelenjar di otak,
dan selanjutnya mengaktifkan asetilkoloin di sinaps. Seperti diketahui sinaps
yang merupakan penghubung antar sel saraf menggunakan zat kimia terutama
asetilkolin sebagai neurotransmiternya.
Dengan
aktifnya asetilkolin maka memori akan tersimpan dengan lebih baik. Lebih jauh
suasana gembira akan mempengaruhi cara otak dalam memproses, menyimpan, dan
mengambil
kembali informasi.
Tiga hal
penting dalam belajar menurut Susan (1997) adalah: 1) Bagaimana mengambil dan
menyimpan informasi dengan cepat, menyeluruh, dan efisien; 2) Bagaimana
menggunakannya untuk menyelesaikan masalah, dan 3) Bagaimana menggunakannya
untuk menciptakan ide. Optimalisasi dapat dilakukan dengan membuatnya dalam
keadaan waspada yang relaks sebelum dimasuki informasi. Musik yang menenangkan
dan latihan pernapasan dapat menghilangkan pikiran yang mengganggu dan
mengkondisikan otak agar waspada dan relaks.
Musik juga
dapat mengaktifkan otak kanan untuk siaga menerima informasi dan membantu
memindahkan informasi tersebut ke dalam bank memori jangka panjang. Kondisi
relaks dan waspada merupakan pintu masuk _ yelin _ bawah
sadar. Jika informasi dibacakan dengan dibarengi musik dan aroma menenangkan,
maka akan mengambang dibawah sadar dan ditransmisikan dengan lebih cepat serta
disimpan dalam “file” yang benar.
Di samping
membutuhkan kondisi waspada yang relaks, otak juga membutuhkan oksigen untuk
bekerjanya. Berhentinya pasokan oksigen akan merusak sel-sel saraf di otak.
Ruang kelas dengan penyediaan oksigen yang berlimpah sangat kondusif untuk
belajar. Pohon dengan daun rimbun di luar kelas dapat menjadi sumber oksigen.
Olahraga yang dilakukan teratur, tidak hanya akan membugarkan tubuh namun juga
akan memperkaya darah dengan oksigen dan meningkatkan pasokan oksigen ke otak.
Bernafas dalam
sebelum belajar sangat dianjurkan. Otak juga membutuhkan makanan yang berujud
glukosa. Glukosa dibutuhkan untuk menghasilkan aliran listrik. Seperti
diketahui setiap pesan bergerak seperti aliran listrik di sepanjang sel saraf
untuk kemudian berubah menjadi aliran kimiawi ketika meloncat melalui sinaps.
Buah-buahan segar sangat banyak mengandung glukosa. Makanan yang kaya akan
lesitin (kacang-kacangan) akan meningkatkan produksi asetilkolin. Asam linoleat
atau lemak tak jenuh yang terdapat di minyak jagung dan alpokat dapat mendukung
perbaikan selubung _
yelin yang bertanggung jawab untuk loncatan
listrik di saraf.
Kekurangan zat
besi (sayuran hijau) akan menurunkan rentang perhatian, menghambat pemahaman,
dan secara umum mengganggu prestasi belajar. Kurangnya kalium (buah dan
sayuran) akan mengurangi aliran listrik di otak sehingga akan menurunkan jumlah
informasi yang dapat diterima otak. Dengan demikian makan pagi dengan
mengkonsumsi banyak buah, makan siang dengan prinsip empat sehat, dan makan malam
dengan menambahkan susu akan mengoptimalkan otak.
Demikian juga
dengan olahraga teratur dan minum banyak air putih sebagai penghilang racun
akan mendukung kerja otak. Rekayasa lingkungan belajar yang nyaman dan relas
akan
memudahkan pengambilalihan tugas dari otak kiri
yang rasional ke otak intuitif yang menerima asupan informasi dari bawah sadar.
Intuisi adalah persepsi yang berada diluar pancaindra meskipun tetap bukan hal
mistik, karena tetap bersifat logis. Menyimpan informasi dengan pola asosiatif dan
tidak linier merupakan langkah pertama menuju pengembangan kemampuan otak yang
belum dikembangkan. Belajar melalui praktik akan melibatkan banyak indra
sehingga memori akan lebih mantap.
Setiap
orang memiliki dominasi indra secara individual. Apabila guru dapat
mengenali
dominasi indra pada masing-masing peserta didiknya maka akan dapat memberi
layanan dengan tepat.