A. Jenis Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik anak dibagi menjadi dua:
1. Motorik kasar
Motorik kasar
adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau
seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
Keterampilan motorik kasar seperti berjalan, berlari, melompat, naik turun
tangga. Sekitar usia 3 tahun anak sudah dapat berjalan secara
otomatis, bahkan pada alas yang tidak rata anak sudah dapat berjalan tanpa
kesukaran. Sekitar 4 tahun anak hampir menguasai cara berjalan orang dewasa.
Kesukaran yang ada pada belajar berjalan berhubungan dengan kekuatan badannya,
yaitu untuk dapat menyandarkan seluruh berat badannya pada satu kaki. Bila anak
sudah dapat berjalan maka ia akan mencoba untuk berjalan dengan berbagai
variasi, misalnya berjalan mundur (± sekitar 17 bulan) dan berjalan di atas
tumit (± sekitar 30 bulan). Sekitar bulan ke 18 anak mencoba untuk lari, tetapi
gayanya masih menyerupai gaya berjalan.
Pada usia 2 atau
3 tahun anak betul-betul dapat berlari, tetapi ia belum mampu untuk berhenti
dengan cepat atau untuk membalik. Pada usia 4 sampai 5 tahun anak sudah dapat
lari, berhenti dan berputar membalik. Sesudah dapat berjalan dengan baik, anak
juga belajar untuk berjalan memanjat dan menuruni tangga. Memanjat tangga
berlangsung dengan setiap kali menapakkan sebelah kakinya ke muka dan menarik
kaki yang satunya disamping. Sekitar 2 atau 3 tahun anak juga belajar
meloncat-loncat, berjingkat-jingkat, dan berbagai variasi jalan. Sekitar 29
bulan anak dapat berdiri di atas sebelah kaki. Anak usia 3 tahun masih
mempunyai kesukaran untuk menangkap bola atau untuk memukul bola dengan tongkat
(Monks, 2004).
2. Motorik halus
Motorik halus
adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh
tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Kedua
kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.
Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis,
menggambar, memotong, melempar dan menagkap bola serta memainkan benda-benda
atau alat-alat mainan (Curtis,1998; Hurlock, 1957 dalam Yusuf 2005).
Pada usia 3
tahun, kemampuan anak-anak masih timbul dari kemampuan bayi untuk menempatkan
dan memegang benda-benda. Walaupun mereka telah mampu untuk memegang
benda-benda berukuran kecil di antara ibu jari dan jari telunjuk, tetapi mereka
masih agak kikuk. Mereka dapat secara mengejutkan membangun menara tinggi yang
terbuat dari balok, setiap balok disusun secara hati-hati walau seringkali
tidak berada pada satu garis yang benar-benar lurus.
Pada usia 4
tahun, koordinasi motorik halus anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi
lebih tepat. Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik halus anak-anak semakin
meningkat. Tangan, lengan, dan tubuh bergerak bersama di bawah komando yang
lebih baik dari mata (Santrock, 1995).
B. Prinsip Perkembangan Motorik
Menurut Hurlock
(2001) terdapat lima prinsip perkembangan, yaitu:
1. Perkembangan
motorik bergantung pada kematangan otot dan syaraf
2. Belajar
ketrampilan motorik tidak terjadi sebelum anak matang.
3. Perkembangan
motorik mengikuti pola yang dapat diramalkan.
4. Dimungkinkan
menentukan norma perkembangan motorik.
5. Perbedaan
individu dalam laju perkembangan motorik.
Teori yang
menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic
System Theory yang dikembangkan Thelen & Whiteneyerr. Teori tersebut
mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan
sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan
menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan
keinginan anak.
Selain berkaitan
erat dengan fisik dan intelektual anak, kemampuan motorik pun berhubungan
dengan aspek psikologis anak. Damon & Hart, 1982 (dalam Yusuf, 2005) menyatakan
bahwa kemampuan fisik berkaitan erat dengan self-image anak. Anak yang memiliki
kemampuan fisik yang lebih baik di bidang olah raga akan menyebabkan ia
dihargai teman-temannya. Hal tersebut juga seiring dengan hasil penelitian yang
dilakukan Ellerman, 1980 (Yusuf, 2005) bahwa kemampuan motorik yang baik
berhubungan erat dengan self-esteem.
C. Hal-hal Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik
Hurlock (2001)
menyatakan beberapa kondisi yang mempengaruhi laju perkembangan motorik anak,
antara lain:
1. Sifat dasar
genetik, termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan mempengaruhi laju perkembangan.
2. Awal kehidupan
pascalahir tidak ada hambatan pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan,
semakin aktif janin semakin cepat perkembangan motorik anak.
3. Kondisi pra lahir
yang menyenangkan (gizi makanan sang ibu) lebih mendorong perkembangan motorik
yang lebih cepat pada masa pascalahir.
4. Kelahiran yang
sukar, apabila ada kerusakan pada otak akan memperlambat perkembangan motorik.
5. Adanya
rangsangan, dorongan, dan kesempatan untuk menggerakkan semua bagian tubuh akan
mempercepat perkembangan motorik.
6. Perlindungan yang
berlebihan akan melumpuhkan persiapan berkembangnya kemampuan motorik.
7. Kelahiran sebelum
waktunya biasanya memperlambat perkembangan motorik.
8. Cacat fisik,
seperti buta akan memperlambat perkembangan motorik.
9. Dalam
perkembangan motorik, perbedaan jenis kelamin, warna kulit, dan sosial ekonomi
lebih banyak disebabkan oleh perbedaan motivasi dan metode pelatihan anak
ketimbang karena perbedaan bawaan.
D. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan
Dalam Mempelajari Keterampilan Motorik
Beberapa hal
penting dalam mempelajari keterampilan motorik menurut Hurlock (2001),
meliputi:
1. Kesiapan belajar
2. Kesempatan
belajar
3. Kesempatan
berpraktek
4. Model yang baik
5. Bimbingan
6. Motivasi
7. Setiap
keterampilan motorik harus dipelajari secar individu
8. Keterampilan
sebaiknya dipelajari satu persatu.
Masa kecil sering
disebut sebagai “saat ideal” untuk mempelajari keterampilan motorik karena beberapa
alasan, antara lain:
- Tubuh anak
lentur dibanding tubuh remaja atau orang dewasa sehingga anak lebih mudah
menerima semua pelajaran.
- Anak belum
banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan dengan keterampilan
yang baru dipelajarinya maka bagi anak mempelajari keterampilan yang baru
lebih mudah.
- Anak lebih
berani pada waktu kecil ketimbang telah besar.
- Para remaja
dan orang dewasa merasa bosan mengalami pengulangan tetapi tidak untuk
anak, mereka malah menyenanginya.
- Anak
memiliki tanggung jawab dan kewajiban yang lebih kecil ketimbang yang akan
mereka miliki pada waktu mereka bertambah besar.
E. Fungsi Keterampilan Motorik
Keterampilan
motorik yang berbeda memainkan peran yang berbeda pula dalam penyesuaian sosial
dan pribadi anak. Sebagai contoh, sebagian keterampilan berfungsi membantu anak
dalam kemandiriannya, sedangkan sebagian lainnya berfungsi untuk membantu
mendapatkan penerimaan sosial. Dikarenakan tidak mungkin mempelajari
keterampilan motorik secara serempak, anak akan memusatkan perhatian untuk
mempelajari keterampilan yang akan membantu mereka memperoleh bentuk
penyesuaian yang penting pada sat itu. Misalnya, apabila anak merasa sangat
ingin mandiri, mereka akan memusatkan perhatian untuk menguasai keterampilan
yang memungkinkan mereka dapat mandiri.
Beberapa pengaruh
perkembangan motorik terhadap perkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock
(1996) sebagai berikut:
- Melalui
keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan
senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan
boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
- Melalui
keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada
bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak
dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat
sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa
percaya diri.
- Melalui
perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan
sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar,
anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.
- Melalui
perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau
bergaul dengan teman sebayannya, sedangkan yang tidak normal akan
menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan
terkucilkan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan).
- Perkembangan
keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan self-concept atau
kepribadian anak.
Pada tahun 2001,
Hurlock membagi fungsi keterampilan motorik menjadi 4 kategori, meliputi:
1.
Keterampilan bantu diri (Self help)
Untuk mencapai
kemandiriannya, anak harus mempelajari keterampilan motorik yang memungkinkan
mereka mampu melakukan segala sesuatu bagi diri mereka sendiri. Keterampilan
tersebut meliputi keterampilan makan, berpakaian, merawat diri, dan mandi.
2. Keterampilan
bantu sosial (Social help)
Untuk menjadi
anggota kelompok sosial yang diterima di dalam keluarga, sekolah, dan tetangga,
anak harus menjadi anggota yang kooperatif. Contoh keterampilan agar dapat
memperoleh peneriman sosial antara lain membantu pekerjaan rumah atau
mengerjakan pekerjaan sekolah.
3. Keterampilan bermain
Untuk dapat
menikmati kegiatn kelompok sebaya atau untuk dapat menghibur diri di luar
kelompok sebaya, anak harus mempelajari keterampilan bermain bola, mengambar,
melukis, dan memanipulasi alat bermain.
4. Keterampilan
sekolah
Pada tahun
permulaaan sekolah, sebagian besar pekerjaan melibatkan keterampilan motorik
seperti melukis, menulis, menggambar, membuat keramik, menari, dan bertukang
kayu. Semakin banyak dan semakin baik keterampilan yang dimiliki, semakin baik
pula penyesuaian sosial yang dilakukan semakin baik prestasi sekolahnya, baik
dalam prestasi akademis maupun dalam prestasi yang bukan akademis
F. Bahaya dalam Perkembangan Motorik
Bahaya-bahaya
yang perlu diperhatikan dalam perkembangan motorik, antara lain:
1. Terlambatnya
Perkembangan Motorik
Perkembangan
motorik berada di bawah norma anak. Akibatnya pada umur tertentu anak tidak
menguasai tugas perkembangan yang diharapkan oleh kelompok sosialnya. Pengaruh
perkembangan motorik yang terlambat berbahaya bagi penyesuaian sosial dan
pribadi anak yang baik. Alasannya karena hal itu dapat menimbulakan akibat yang
tidak menguntungkan konsep diri anak sehingga sering menimbulakan masalah
perilaku dan emosi antara lain karena rasa putus asa dan adanya perasaan rendah
diri. Selain itu, keterlambatan perkembangan motorik berbahaya karena tidak
menyediakan landasan bagi keterampilan motorik sehingga mengalami kerugian pada
sat mereka mulai bermain dengan anak lainnya.
2. Harapan Keterampilan
yang Tidak Realistik
Yaitu harapan
yang lebih banyak didasarkan atas harapan dan keinginan ketimbang harapan atas
potensi anak sendiri. Dalam bidang perkembangan keterampilan motorik, anak
diharapkan dapat mengendalikan motorik dan mempelajari keterampilan tersebut
sebelum mereka matang dan siap melakukannya. Sebagian harapan yang tidak
realistis timbul dari orang tua, sebagian dari guru, dan sebagian lagi dari
anak sendiri. Ketidakmampuan berbuat sesuai harapan, membuat anak merasa rendah
diri dan tidak terampil sehingga peraasan ini akan merongrong kepercayaan diri
dan melemahkan motivasi untuk mempelajari ketermapilan motorik yang lainnya.
Selain itu, jika anak dikritik dan ditegur mereka akan kecewa dan menentang.
3. Tidak dapat
Mempelajari Keterampilan Motorik yang Penting
Kegagalan mempelajari keterampilan motorik yang penting bagi diri anak atau bagi kelompok sebaya mereka, akan merugikan penyesuaian sosial dan pribadi anak.
Kegagalan mempelajari keterampilan motorik yang penting bagi diri anak atau bagi kelompok sebaya mereka, akan merugikan penyesuaian sosial dan pribadi anak.
4. Kekakuan
Dipandang sebagai
kaku atau canggung hanya jika pengendalian gerakan tubuhnya berada di bawah
standar ynng diharapkan bagi tingkat umurnya. Sebagian anak mungkin kelihatan
kaku karena dinilai dengan standar yang tidak sesuai, misalnya anak yang
berumur 2 tahun dinilai kaku bila standar penilaian yang digunakan adalah
standar untuk anak usia 3 tahun. Penyebab yang paling umum adalah terlambat
matang, kondisi fisik yang jelek melemahkan motivasi melakukan latihan yang
diperlukan untuk mengembangkan keterampilan motorik, bangun tubuh tertentu
mempengaruhi motivasi anak untuk memperoleh ketermapilan tanpa melakukan
latihan yang cukup, IQ yang sangat rendah disertai dengan keterlambatan
perkembangan motorik, IQ yang sangat tinggi yeng lebih mendorong minat
intelektual dibanding perkembangan motorik, kurangnya kesempatan dan motivasi
untuk mengembangkan pengendalian otot, dan ketegangan emosional yang mengganggu
kondisi otot. Kekakuan pada anak mebawa dampak psikologis yang lebih besar
daripada dampak fisik.
Terdapat beberapa
perbedaan individu dalam kekakuan yaitu:
a. anak yang secara
temporer tegang, gugup, dan terganggu emosionalnya lebih kaku ketimbang anak
yang normal.
b. selama periode
pertumbuhan yang cepat dapat mengganggu terbentuknya pola koordinasi motorik.
c. dalam situasi
yang berbeda tingkat pengendalian motorik yang dilakukan anak juga berbeda.