Otak rasional berpusat di cortex cerebri atau
bagian luar otak besar yang berwarna abu-abu. Volumenya cukup besar sampai
mencapai 80% dari volume seluruh otak. Besarnya volume cortex cerebri
memungkinkan manusia berpikir secara rasional dan menjadikan manusia sungguh sebagai
manusia. Semakin beradab dan berbudaya, manusia akan menggeser perilakunya
lebih ke pusat berpikir rasional. Cortex cerebri ini terbelah
menjadi otak kiri dan kanan.
Otak kiri dengan cara berpikir yang linier dan sekuensial, dan otak
kanan dengan kreativitasnya akan bekerjasama untuk memahami dan memecahkan
permasalahan secara holistik. Sistem pendidikan yang baik harus dapat
menyediakan model pembelajaran untuk optimalisasi kedua belah otak. Quantum
learning berpijak pada prosedur kerja dua belahan otak ini (Agus, 2001).
Dalam cortex cerebri terdapat lobus
frontal (di dahi), lobus occipital (di kepala bagian belakang), lobus
temporal (di seputaran telinga), dan lobus parietal (di
puncak kepala). Lobus frontal bertanggung jawab untuk kegiatan
berpikir, perencanaan, dan penyusunan konsep. Lobus
temporal bertanggung jawab terhadap persepsi suara dan bunyi. Memori dan kegiatan
berbahasa (terutama pada otak kiri) juga menjadi tanggung jawab lobus
ini. Lobus parietal bertanggung jawab juga untuk
kegiatan berpikir terutama pengaturan memori.
Bekerjasama dengan lobus occipital ia
turut mengatur kerja penglihatan. Lobus-lobus menjadi penting karena mereka menyokong
cortex cerebri yang mengemban fungsi vital
terutama untuk berpikir rasional dan daya ingat. Lobus-lobus itu lebih terkuak keberadaannya
ketika Vilyamir Ramachandran, seorang dokter Amerika keturunan India bersama
timnya dari Universitas California menemukan bagian otak yang bertanggung jawab
terhadap respon spiritual dan mistis manusia (Taufiq, 2003).
Mereka menyebutnya “God Spot”
atau noktah Tuhan yang berlokasi di lobus temporal. Di
lobus temporal ini juga terjadi pemaknaan dari apa
yang didengar dan dicium. Seperti telah disebut, opula pendidikan yang ada
sekarang terlalu berfokus ke otak kiri, padahal untuk menjadi pintar otak kanan
harus diberi pekerjaan seperti otak kiri. Otak kiri dengan kata-kata dan
bahasa, sedangkan otak kanan dengan musik, gambar, dan warna.
Ruangan kelas harus disulap menjadi ruangan yang santai dengan
nuansa musik lembut, bau wangi, dan rasa humor tinggi. Pemanfaatan pendekatan
otak secara keseluruhan (Whole Brain Approach)
dengan mengacu pada belahan otak kiri dan kanan akan secara jelas
memperlihatkan tidak dapatnya dipisahkan masalah kognisi dengan emosi sebagai
satu kesatuan.
Memahami emosi dari peserta didik merupakan salah satu kunci untuk membangun
motivasi belajar mereka. Jika informasi hanya dikemas dalam bentuk kata, ia
hanya disimpan dalam otak kiri, sedangkan apabila dikemas juga dalam bentuk
gambar yang penuh warna, otak kanan juga akan ikut menyimpannya. Dengan
demikian informasi yang disajikan dalam paduan kata dan gambar akan lebih cepat
terserap dan tersimpan (Dryden, 2001).
Kedua sisi otak dihubungkan melalui corpus
callosum, opula saklar yang sangat rumit dengan 300 juta sel saraf aktifnya.
Ia secara konstan menyeimbangkan pesan-pesan otak kiri dan kanan dengan jalan menggabungkan
gambar yang abstrak dan opular dengan pesan yang konkrit dan logis. Contoh :
jika kita mendengarkan lagu, otak kiri akan memproses syairnya, dan otak kanan
akan memproses musiknya sehingga tidak heran kalau kita mampu memahami
kata-kata lagu opular dengan begitu mudah dan hafal dengan cepat, karena otak
kiri dan kanan keduanya terlibat.
Pengolahan dan penyimpanan informasi akan sangat efektif apabila
tubuh dan otak dalam keadaan waspada yang relaks. Meditasi dengan bantuan musik
dan aroma yang menenangkan akan mempercepat seseorang untuk masuk kedalam
keadaan waspada yang relaks. Pada keadaan tersebut gelombang di otak menjadi
lambat (gelombang alfa) yang membuka pintu ke bawah sadar.
Aribowo (2002) mengatakan bahwa apa yang kita tanam ke dalam pikiran
bawah sadar memungkinkan diwujudkannya imajinasi menjadi kenyataan. Pikiran bawah
sadar dapat diibaratkan sebagai taman kehidupan, sedangkan pikiran sadar
sebagai tukang kebunnya. Apabila secara sadar kita menanam benih
profesionalitas dan perilaku beradab, maka tumbuhlah benih tersebut dan pada
saatnya kita dapat memanennya. Berbagai penyelesaian permasalahan kehidupan
sehari-hari akan lebih efektif apabila lewat alam bawah sadar.