Blogroll

loading...

Blogger templates

loading...

Makalah Hipotesis Penelitian


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Hipotesis merupakan dugaan yang mungkin benar atau mungkin saja salah. Hipotesis akan ditolak jika salah atau palsu dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkannya. Penolakan dan penerimaan hipotesis dengan begitu sangat tergantung kepada hasil-hasil penyelidikan terhadap fakta-fakta yang dikumpulkan. Hipotesis juga dapat dipandang sebagai konklusi, suatu konklusi yang bersifat sementara. Sebagai konklusi tentu hipotesis tidak dibuat dengan semena-mena, melainkan atas dasar pengetahuan-pengetahuan tertentu.
Hipotesis-hipotesis selalu merupakan petunjuk jalan bagi kegiatan-kegiatan dalam perencanaan pola-pola researchnya, dimana data akan dikumpulkan, teknik analisis, dan arah penyimpulannya. Pengetahuan ini sebagian diambil dari hasil-hasil serta problematik-problematik yang timbul dari penyelidikan-penyelidikan yang mendahului, dari renungan-renungan atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang masuk akal, ataupun dari hasil-hasil penyelidikan eksploratif yang dilakukan sendiri. Hipotesis kerja harus dinyatakan dalam bentuk statemen, tidak boleh dalam bentuk pertanyaan.
Hipotesis merupakan salah satu unsur teori yang didapat melalui analisis perbandingan. Analisis perbandingan antara kelompok tidak hanya menganalisis kategori, tetapi mempercepat adanya hubungan yang disimpulkan antara kelompok tersebut, dan hal itu dinamakan hipotesis kerja. Yang perlu ditekankan di sini ialah bahwa status hipotesis kerja ialah sesuatu yang disarankan, bahkan sesuatu yang diuji di antara hubungan kategori dan kawasannya. Perlu pula dikemukakan bahwa hipotesis kerja senantiasa diverifikasi sepanjang penelitian itu berlangsung.
Pertanyaan yang perlu dijawab selanjutnya ialah, kapan penyusunan hipotesis kerja itu dilakukan? Secara tradisional biasanya hipotesis itu telah disusun terlebih dahulu dan penelitian kualitatif lainnya masih ada yang tetap menggunakan cara demikian. Namun, pada penelitian kualitatif, peneliti segera akan terlibat dalam arena pembentukan hipotesis kerja sejak awal terjun ke lapangan penelitian. Penyusunan hipotesis kerja itu dilakukan terlepas dari apakah ia mulai dari kosong ataukah ia mulai dengan sejumlah maksud tertentu yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian.
Jadi, dengan demikian peneliti sejak awal penelitian lapangan akan aktif menyusun hipotesis kerja dalam rangka pembentukan teori. Keaktifan tersebut mencakup baik penyusunan hipotesis kerja baru maupun verifikasi hipotesis kerja melalui perbandingan antar kelompok, hipotesis kerja ganda demikian akan dicari dan ditemukan secara simultan pada setiap langkah penelitian, yaitu pada tahap pengumpulan data, pemberian kode, maupun pada tahap analisis data. Perlu pula dikemukakan bahwa sebagian akan dicari dan ditemukan dalam jangka waktu yang lama karena pembentukan ataupun verifikasinya berkaitan dengan perkembangan peristiwa sosial tertentu. Sementara itu hipotesis kerja baru terus menerus diusahakan agar dapat ditemukan

B.     Rumusan Masalah
1.            Apa yang dimaksud dengan hipotesis?
2.            Bagaimana karakteristik hipotesis?
3.            Apa yang dimaksud dengan menguji hipotesis?
4.            Apa saja jenis-jenis hipotesis?
5.            Bagaimana Hipotesis kerja sebagai generalisasi alamiah?
6.            Bagaimana Tahap analisis data secara umum?

C.     Tujuan Penelitian
1.     Untuk mengetahui maksud dari hipotesis
2.     Untuk mengetahui karakteristik hipotesis
3.     Untuk mengetahui maksud dari menguji hipotesis
4.     Untuk mengetahui jenis-jenis hipotesis
5.     Untuk mengetahui Hipotesis kerja sebagai generalisasi alamiah
6.     Untuk mengetahui Tahap analisis data secara umum



BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengertian
Pengertian Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2009: 96), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan.
Berikut ini beberapa penjelasan mengenai Hipotesis yang baik :
- Hipotesis harus menduga Hubungan diantara beberapa variabel
Hipotesis harus dapat menduga hubungan antara dua variabel atau lebih, disini harus dianalisis variabel-variabel yang dianggap turut mempengaruhi gejala-gejala tertentu dan kemudian diselidiki sampai dimana perubahan dalam variabel yang satu membawa perubahan pada variabel yang lain.
- Hipotesis harus Dapat Diuji
Hipotesis harus dapat di uji untuk dapat menerima atau menolaknya, hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data-data empiris.
- Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu pengetahuan-
Hipotesis tidak bertentangan dengan pengetahuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam beberapa masalah, dan terkhusus pada permulaan penelitian, ini harus berhati-hati untuk mengusulkan hipotesis yang sependapat dengan ilmu pengetahuan yang sudah siap ditetapkan sebagai dasar. Serta poin ini harus sesuai dengan yang dibutuhkan untuk memeriksa literatur dengan tepat oleh karena itu suatu hipotesis harus dirumuskan bedasar dari laporan penelitian sebelumnya.
- Hipotesis Dinyatakan Secara Sederhana
Suatu hipotesis akan dipresentasikan kedalam rumusan yang berbentuk kalimat deklaratif, hipotesis dinyatakan secara singkat dan sempurna dalam menyelesaikan apa yang dibutuhkan peneliti untuk membuktikan hipotesis tersebut.
Perbedaan penelitian kualitatif dengan kuantitatif ditinjau dari aspek Hipotesis
hipotesis
Deskriptif, korelasional, perbandingan-kausal, dan eksperimen
Cenderung untuk mencari dan menemukan dan menyimpulkan  hipotesis. Hipotesis dilihat sebagai sesuatu yang tentative, berkembang, dan didasarkan pada sesuatu studi tertentu.
Penelitian kualitatif juga mengenal adanya hipotesis kerja dan pada dasarnya hal itu telah menjadi teori substantive. Hanya bedanya hipotesis kerja dirumuskan sementara data dikumpulkan, jadi tidak disusun sebelumnya. Hipotesis keja demikian dapat lebih disempurnakan sementara pengumpulan data berlangsung. Hal demikian tidak mungkin dilakukan pada penelitian kuantitatif. Pengujian hipotesis kerja juga dilakukan dalam rangka reduksi data.

B.      Karakteristik Hipotesis
Pendapat Yatim Riyanto (1996: 16) nilai atau harga suatu hipotesis tidak dapat diukur sebelum dilakukan pengujian empiris.Namun demikian, bukan berarti dalam merumuskan hipotesis yang akan diuji dapat dilakukan “semau peneliti”,ada beberapa kriteria tertentu yang memberikan ciri hipotesis yang baik.
Ciri hipotesis yang baik menurut Donald Ary, et al (dalam Arief Furchan, 1982: 126-129 dan Yatim Riyanto, 1996:16) antara lain sebagai berikut :
1.    Hipotesis harus mempunyai daya penjelas.
2.    Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara variabel-variabel.
3.    Hipotesis harus dapat diuji.
4.    Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada.
5.    Hipotesis hendaknya sesederhana dan seringkang mungkin.
Sedangkan menurut John W.Best (1997) dalam Yatim Riyanto (1996 :16) ciri-ciri hipotesis yang baik :
Ø  Bisa diterima oleh akal sehat.
Ø  Konsisten dengan teori atau fakta yang telah diketahui.
Ø  Rumusannya dinyatakan sedemikian rupa sehingga dapat diuji.
Ø  Dinyatakan dalam perumusan yang sederhana dan jelas.
Borg dan Gall (1979: 61-62) dalam Yati Riyanto (1996:16) dan Suharsimi Arikunto (1995 :64-65) hipotesis dapat dikatakan baik jika memenuhi 4 kriteria berikut :
1.    Hipotesis hendaknya merupakan rumusan tentang hubungan antara dua atau lebih variabel.
2.    Hipotesis yang dirumuskan hendaknya disertai dengan alasan atau dasar-dasar teoritis dan hasil penemuan terdahulu.
3.    Hipotesis harus dapat diuji.
4.    Rumusan hipotesis hendaknya singkat dan padat.
Yang dapat dijadikan kriteria penyusunan hipotesis adalah hipotesis seharusnya dirumuskan dalam kalimat pernyataan (statement), bukan pertanyaan (question) atau yang lain.

C.      Menguji Hipotesis
Suatu hipotesis harus dapat diuji berdasarkan data empiris, yakni berdasarkan apa yang dapat diamati dan dapat diukur. Untuk itu peneliti harus mencari situasi empiris yang memberi data yang diperlukan. Setelah kita mengumpulkan data, selanjutnya kita harus menyimpulkan hipotesis , apakah harus menerima atau menolak hipotesis. Ada bahayanya seorang peneliti cenderung untuk menerima atau membenarkan hipotesisnya, karena ia dipengaruhi bias atau perasangka. Dengan menggunakan data kuantitatif yang diolah menurut ketentuan statistik dapat ditiadakan bias itu sedapat mungkin, jadi seorang peneliti harus jujur, jangan memanipulasi data, dan harus menjunjung tinggi penelitian sebagai usaha untuk mencari kebenaran.
1. Hipotesis Secara Logis
a.   Kebenaran Hipotesis bersifat tidak mutlak, sangat tergantung dari kebenaran teori  pendukung dan kesempurnaan pengambilan sampel yang mewakili seluruh populasi
b. Jadi penerimaan atau penolakan Hipotesis bukanlah persoalan kebenaran, tapi lebih pada persoalan cukup bukti yang mendukung atau tidak.
c. Suatu hipotesis DITERIMA karena dari sampel yang digunakan tidak terdapat cukup bukti untuk menolak hipotesis itu dan BUKAN karena hipotesis itu BENAR
d. Suatu hipotesis DITOLAK karena dari sampel yang digunakan tidak terdapat cukup bukti untuk menerima hipotesis itu dan BUKAN karena hipotesis itu SALAH
e.    Kalau memang diinginkan memperoleh kebenaran mutlak, maka penelitian harus mencakup keseluruhan pengamatan (populasi), sesuatu yang sangat mahal dan membutuhkan ketelitian dan waktu yang panjang.
2.    Hipotesis secara fakta 
a.      Penentuan masalah, dasarpenalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang  biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui.
b.     2. Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis). Dugaan atau   anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer,observasi tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan suatukonklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang dihadapi.
c.      Pengumpulan fakta. Dalam penalaran ilmiah, diantara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.
d.     Formulasi hipotesa. Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat hubungan tertentu diantara sejumlah fakta
e.      Pengujian hipotesa, Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi. Terjadi falsifikasi(penyalahan) jika usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa, dan bilamana usaha itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi(corroboration). Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
f.      Aplikasi/penerapan. apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah disebutprediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.

D.      Jenis-jenis Hipotesis
Menurut Suharsimi Arikunto, jenis Hipotesis penelitian pendidikan dapat di golongkan menjadi dua yaitu :
1.     Hipotesis Kerja, atau disebut juga dengan Hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y,  atau  adanya perbedaan antara dua kelompok.
2.     Hipotesis Nol (Null hypotheses) Ho. Hipotesis nol sering juga disebut Hipotesis statistik,karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Bertolak pada pemikiran diatas dapat penulis kemukakan bahwa dalam  penelitian ini penulis mengajukan hipotesis kerja dan hipotesis nihil (nol).
1.    Hipotesis dilihat dari kategori rumusannya
Dibagi menjadi dua bagian yaitu (1) hipotesis nihil yang biasa disingkat dengan Ho (2) hipotesis alternatif biasanya disebut hipotesis kerja atau disingkat Ha. Hipotesis nihil (Ho) yaitu hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungannya atau pengaruh antara variabel dengan variabel lain. Contohnya: Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SD.
Hipotesis alternatif (Ha) adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan atau pengaruh antara variabel dengan variabel lain. Contohnya: Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SD.
Hipotesis alternatif ada dua macam, yaitu directional Hypotheses dan non directional Hypotheses (Fraenkel and Wallen, 1990:42 ; Suharsimi Arikunto, 1989:57). Hipotesis terarah adalah hipotesis yang diajukan oleh peneliti, dimana peneliti sudah merumuskan dengan tegas yang menyatakan bahwa variabel independen memang sudah diprediksi berpengaruh terhadap variabel dependen. Misalnya: Siswa yang diajar dengan metode inkuiri lebih tinggi prestasi belajarnya, dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan menggunakan metode curah pendapat.
Hipotesis tak terarah adalah hipotesis yang diajukan dan dirumuskan oleh peneliti tampak belum tegas bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Fraenkel dan Wallen (1990:42) menyatakan bahwa hipotesis tak terarah itu menggambarkan bahwa peneliti tidak menyusun prediksi secara spesifik tentang arah hasil penelitian yang akan dilakukan.
Contoh: Ada perbedaan pengaruh penggunaan metode mengajar inkuiri dan curah pendapat terhadap prestasi belajar siswa.
2.   Hipotesis dilihat dari sifat variabel yang akan diuji.
Dilihat dari sifat yang akan diuji, hipotesis penelitian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) hipotesis tentang hubungan dan (2) hipotesis tentang perbedaan. Hipotesis tentang hubungan yaitu hipotesis yang menyatakan tentang saling hubungan antara dua variabel atau lebih, mengacu ke penelitian korelasional.
Hubungan antara variabel tersebut dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: (a) hubungan yang sifatnya sejajar tidak timbal balik, (b) hubungan yang sifatnya sejajar timbal balik, (c) hubungan yang menunjuk pada sebab akibat tetapi timbal balik.
a. Hubungan yang sifatnya sejajar tidak timbal balik, contohnya: Hubungan antara kemampuan fisika   dengan kimia.
             Nilai fisika mempunyai hubungan sejajar dengan nilai kimia, tetapi tidak merupakan sebab akibat dan timbal balik. Nilai fisika yang tinggi tidak menyebabkan nilai kimia yang tinggi, dan sebaliknya. Keduanya memiliki hubungan mungkin disebabkan karena faktor lain, mungkin kebiasaan berpikir logik (tentang ke IPA-an) sehingga mengakibatkan adanya hubungan antara keduanya.
b.  Hubungan yang sifatnya sejajar timbal balik. Contohnya: Hubungan antara tingkat kekayaan dengan kelancaran berusaha. Semakin tinggi tingkat kekayaan, semakin tinggi tingkat kelancaran usahanya, dan sebaliknya.
     Hubungan yang menunjuk pada sebab-akibat, tetapi tidak timbal balik. Contohnya hubungan antara waktu PBM, dengan kejenuhan siswa. Semakin lama waktu PBM berlangsung, siswa semakin jenuh terhadap pelajaran yang disampaikan.
c. Hubungan yang menunjuk pada sebab-akibat, tetapi tidak timbal balik. Contohnya hubungan antara waktu PBM, dengan kejenuhan siswa. Semakin lama waktu PBM berlangsung, siswa semakin jenuh terhadap pelajaran yang disampaikan.
Sedangkan hipotesis tentang perbedaan, yaitu hipotesis yang menyatakan perbedaan dalam variabel tertentu pada kelompok yang berbeda. Hipotesis tentang perbedaan ini mendasari berbagai penelitian komparatif dan eksperimen.
Contoh (1): Ada perbedaan pretasi belajar siswa SMA antara yang diajar dengan metode ceramah + tanya jawab (CT) dan metode diskusi (penelitian eksperimen).
Contoh (2): Ada perbedaan prestasi belajar siswa SMA antara yang berada di kota dan di desa (penelitian komparatif).
3.    Jenis Hipotesis yang dilihat dari keluasan atau lingkup variabel yang diuji.
Ditinjau dari keluasan dan lingkupnya, hipotesis dapat dibedakan menjadi hipotesis mayor dan hipotesis minor. Hipotesis mayor adalah hipotesis yang mencakup kaitan seluruh variabel dan seluruh objek penelitian, sedangkan hipotesis minor adalah hipotesis yang terdiri dari bagian-bagian atau sub-sub dari hipotesis mayor (jabaran dari hipotesis mayor).
Contoh: Hipotesis Mayor
       “Ada hubungan antara keadaan sosial ekonomi (KSE) orang tua dengan prestasi belajar siswa SMP”.
Contoh: Hipotesis Minor.
Contoh: Hipotesis Mayor
       “Ada hubungan antara keadaan sosial ekonomi (KSE) orang tua dengan prestasi belajar siswa SMP”.
Contoh: Hipotesis Minor.
1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi  belajar siswa SMP.
2. Ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMP.
3. Ada hubungan antara kekayaan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMP.

E.      Hipotesis Kerja Sebagai Generalisasi Alamiah
Hipotesis kerja berasal dari perumusan klasik (Cronbach, 1975), kemudian ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985:123-125). Menurut Cronbach, jika penelitian berpindah dari satu situasi ke situasi yang lain, tugasnya menguraikan dan menafsirkan akibat yang baru. Hal itu dilakukan dalam kerangka kenaikan yang ditemukan dalam setiap situasi yang baru. Generalisasi barulah datang kemudian. Jika kita memberikan bobot yang tepat terhadap kondisi setempat, generalisasi apa pun yang ditarik merupakan hipotesis kerja bukanlah kesimpulan.
Kondisi setempat membuat seseorang sukar sekali mengadakan generalisasi. Masalahnya terletak senantiasa pada adanya perbedaan dalam konteks dari satu situasi ke situasi lainnya, bahkan pada satu situasi pun terjadi perbedaan sepanjang masa. Jadi, bagaimanakah seseorang mengatakan bahwa satu hipotesis kerja yang dikembangkan pada konteks A dapat diaplikasikan pada konteks B?
Menurut Lincoln dan Guba (1985:123-125) hal itu dapat dicapai melalui penerapan criteria empiris dan strategis deskripsi suatu situasi. Kriteria tersebut adalah dapatnya ditransfer dan kesamaan (simillarity) antara dua konteks yang dinamakan kecocokan (fittingness). Kecocokan didefinisikan sebagai derajat kesesuaian antara konteks pengirim dan penerima. Jika konteks A dan konteks B secukupnya sesuai (congruence), maka hipotesis kerja konteks pengirim sebelumnya dapat diaplikasikan pada konteks penerima.
Sewaktu memanfaatkan generalisasi dalam bentuk hipotesis kerja tersebut, tetap ada persoalan yang dihadapi ditinjau dari segi paradigma alamiah. Seorang peneliti tidaklah cukup apabila hanya mengasumsikan bahwa kedua konteks, baik pengirim maupun penerima, itu sama. Hal demikian lazim dilakukan dalam penelitian konvensional, yaitu menggeneralisasikan suatu konsep dengan jalan mengasumsikan bahwa konteks teresebut berasal dari konteks sampel yang representative, kemudian digeneralisasikan pada populasi yang diasumsikan memiliki ciri-ciri yang sama.
Dari segi penelitian kualitatif hal demikian belumlah cukup. Peneliti yang ingin membuat keputusan tentang dapatnya dialihkan hal tersebut, jelas masih bergantung pada kriteria kecocokannya. Untuk itu seseorang memerlukan informasi tentang kedua konteks teresebut agar keputusan yang dibuat benar-benar terjamin. Peneliti sangat perlu menyediakan informasi yang cukup sebagai dasar membuat keputusan. Informasi ini dinamakan uraian rinci. Menyusun uraian rinci merupakan strategi suatu situasi.
Menyusun uraian rinci pada dasarnya bergantung pada focus konteks. Uraian tersebut hendaknya memaparkan secara khusus segala sesuatu yang perlu diketahui oleh pembaca agar ia dapat memahami penemuan-penemuan.

F.      Tahap analisis data secara umum
1. Menemukan tema dan merumuskan hipotesis kerja.
Sejak menganalisis data di lapangan, peneliti sudah mulai menemukan tema dan hipotesis kerja. Pada analisis yang dilakukan secara lebih intensif, tema dan hipotesis kerja lebih diperkaya, diperdalam, dan lebih ditelaah lagi dengan menggabungkan data dari sumber-sumber lainnya. Sebenarnya tidak ada formula yang dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis kerja.
2. Menganalisis berdasarkan hipotesis kerja
Sesudah menformulasikan hipotesis kerja, peneliti mengalihkan pekerjaan analisisnya dengan mencari dan menemukan apakah hipotesis kerja itu didukung atau ditunjang oleh data dan apakah hal itu benar. Dalam hal demikian peneliti barangkali akan mengubah, menggabungkan, atau membuang beberapa hipotesis kerja.
Apabila peneliti telah menemukan seperangkat hipotesis kerja dasar, maka pekerjaan selanjutnya adalah menyusun kode tersendiri atas dasar hipotesis kerja dasar tersebut. Data yang telah teresusun dikelompokkan berdasarkan hipotesis kerja dasar tersebut. Beberapa jumlah data yang menunjang suatu hipotesis kerja dasar bergantung pada kualitas dan kuantitas data dan bergantung pula pada perhatian dan tujuan penelitian. Data yang dikode tidak perlu secara ketat menunjang hanya satu hipotesis kerja, artinya satu data barangkali menunjang dua atau lebih hipotesis kerja.
Pekerjaan analisis demikian memerlukan ketekunan, ketelitian, dan perhatian khusus serta kemampuan khusus pada peneliti. Oleh karena itu, sebaiknya peneliti sendiri yang melakukannya. Apabila ia memerlukan bantuan tenaga, tenaga pembantu itu hanyalah membantu mencarikan atau menemukan data, dan peneliti sendirilah yang memutuskan apakah menunjang atau tidak menunjang hipotesis kerja tertentu. Sehubungan dengan itu, seyogianya peneliti tidak menyewakan pekerjaan analisis data ini pada orang lain, tidak peduli apakah dia ahli ataupun berpengalaman.
Pekerjaan mencari dan menemukan data yang menunjang atau tidak menunjang hipotesis kerja pada dasarnya memerlukan seperangkat kriteria tertentu. Kriteria ini perlu didasarkan atas pengalaman, pengetahuan, atau teori tertentu sehingga akan sangat membantu pekerjaan ini. Kriteria itu dapat ditetapkan secara kasar sementara data sudah mulai masuk dan ditetepkan pada saat mengadakan peemberian kode pada data.
4. Menyusun hipotesis kerja
Hal ini dilakukan dengan jalan merumuskan suatu pernyataan yang proposional, hipotesis kerja ini sudah merupakan teori substantive (yaitu teori yang berasal dan masih terkait dengan data).
Hipotesis kerja itu hendaknya terkait dan sekaligus menjawab pertanyaan penelitian. Secara garis besar analisis data menurut metode perbandingan tetap adalah sebagai yang dikemukakan tersebut di atas.


BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Status hipotesis kerja ialah sesuatu yang disarankan, bahkan sesuatu yang diuji di antara hubungan kategori dan kawasannya. Perlu pula dikemukakan bahwa hipotesis kerja senantiasa diverifikasi sepanjang penelitian itu berlangsung.
Suatu hipotesis harus dapat diuji berdasarkan data empiris, yakni berdasarkan apa yang dapat diamati dan dapat diukur. Untuk itu peneliti harus mencari situasi empiris yang memberi data yang diperlukan. Setelah kita mengumpulkan data, selanjutnya kita harus menyimpulkan hipotesis , apakah harus menerima atau menolak hipotesis.
Jenis-jenis hipotesis:
1.      Hipotesis Kerja, atau disebut juga dengan Hipotesis alternatif (Ha)
2.      Hipotesis Nol (Null hypotheses) Ho
Peneliti sangat perlu menyediakan informasi yang cukup sebagai dasar membuat keputusan. Informasi ini dinamakan uraian rinci. Menyusun uraian rinci merupakan strategi suatu situasi. Menyusun uraian rinci pada dasarnya bergantung pada focus konteks. Uraian tersebut hendaknya memaparkan secara khusus segala sesuatu yang perlu diketahui oleh pembaca agar ia dapat memahami penemuan-penemuan.
Tahap analisis data secara umum:
1.      Menemukan tema dan merumuskan hipotesis kerja.
2.      Menganalisis berdasarkan hipotesis kerja
3.      Menyusun hipotesis kerja.




DAFTAR PUSTAKA


Hadi, Sutrisno, 1987, “Metode Research:, Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada Yogyakata
Moleong, Lexy J.,2013, “Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi”,Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Salim, Agus, 2006, “Teori dan Paradigma Penelitian Sosial”, Yogyakarta: Tiara Wacana

Blog Archive