A. Perkembangan Anak
1. Makna Anak Usia Dini
Masa anak merupakan masa terpenting dalam proses pembentukan dan
pengembangan kepribadian integratif, artinya pengembangan kepribadian yang
meliputi berbagai aspek fisik, psikis, spiritual, etika-moral, sehingga mereka
menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun sosial
masyarakat. Tak dipungkiri, bahwa perkembangan kepribadian harus didukung oleh
kondisi fisik yang prima. Sebab kondisi fisik yang sehat, kuat dan cekatan
(terampil) akan mampu mendukung berbagai akivitas anak. Agar anak dapat bermain
lari kejar-kejaran, main sepakbola, loncat-loncatan, mengerjakan tugas
pekerjaan sekolah (PS) maupun pekerjaan rumah (PR) tak lain dan tak bukan, tentu
memerlukan kondisi fisik yang sehat dan prima.
Anak usia prasekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 4-6
tahun, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau
wanita, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet training) dan mengenai
beberapa hal yang dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya).
Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada pada
rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut sebagai anak usia prasekolah. Perkembangan
kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan dari 50% menjadi 80%. Selain
itu, berdasarkan hasil penelitian/kajian yang dilakukan oleh Pusat Kurikulum,
Balitbang Diknas tahun 1999 menunjukkan bahwa hampir pada seluruh aspek
perkembangan anak yang masuk TK mempunyai kemampuan lebih tinggi daripada anak
yang tidak masuk TK di Kelas I SD.
Diperkirakan bahwa
anak-anak yang mengulang kelas adalah anak-anak yang tidak masuk pendidikan
prasekolah sebelum masuk SD. Mereka adalah anak yang belum siap dan tidak
dipersiapkan oleh orangtuanya memasuki SD. Adanya perbedaan yang besar antara
pola pendidikan di sekolah dan di rumah menyebabkan anak yang tidak masuk
pendidikan taman kanak-kanak (prasekolah) mengalami kejutan sekolah dan mereka
mogok sekolah atau tidak mampu menyesuaikan diri sehingga tidak dapat
berkembang secara optimal. Hal ini menunjukkan pentingnya upaya pengembangan
seluruh potensi anak usia prasekolah.
Usia 4-6 tahun, merupakan masa
peka bagi anak. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan
seluruh potensi anak. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi
fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan.
Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan
kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin,
kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama. Oleh sebab itu dibutuhkan
kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan
perkembangan anak tercapai secara optimal.
Peran pendidik (orang tua,
guru, dan orang dewasa lain) sangat diperlukan dalam upaya pengembangan potensi
anak 4-6 tahun. Upaya pengembangan tersebut harus dilakukan melalui kegiatan
bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain. Dengan bermain anak
memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan,
berkreasi, belajar secara menyenangkan. Selain itu, bermain membantu anak
mengenal dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan.
2. Karakteristik
perkembangan
a.
Perkembangan fisik
Perkembangan fisik merupakan
dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Dengan meningkatnya pertumbuhan
tubuh, baik menyangkut ukuran berat dan tinggi, maupun kekuatannya memungkinkan
anak untuk dapat lebih mengembangkan keterampilan fisiknya, dan eksplorasi
terhadap lingkungannya dengan tanpa bantuan dari orangtuanya.
Proporsi tubuh berubah secara
dramatis, seperti pada usia tiga tahun, rata-rata tingginya sekitar 80-90 cm,
dan beratnya sekitar 10-13 kg, sedangkan pada usia lima tahun, tingginya sudah
mencapai 100-110 cm. Tulang kakinya tumbuh dengan cepat, namun pertumbuhan
tengkoraknya tidak secepat usia sebelumnya. Pertumbuhan tulang-tulangnya
semakin besar dan kuat. Pertumbuhan giginya semakin lengkap/komplit sehingga
dia sudah menyenangi makanan padat, seperti daging, sayuran, buah-buahan dan
kacang-kacangan.
Pertumbuhan otaknya pda usia
lima tahun sudah mencapai 75% dari ukuran orang dewasa dan 90% pada usia enam
tahun. Pada usia ini juga terjadinya pertumbuhan ”myelinization” (lapisan urat syaraf dalam otak yang terdiri dari
bahan penyekat berwarna putih, yaitu myelin) secara sempurna. Lapisan urat
syaraf ini membantu transmisi impul-impul syaraf secara cepat, yang
memungkinkan pengontrolan terhadap kegiatan-kegiatan motorik lebih seksama dan
efisien.
Di samping itu pada usia dini
banyak juga perubahan fisiologis lainnya seperti:
- pernapasan
menjadi lebih lambat dan mendalam
- denyut
jantung lebih lambat dan menetap.
Untuk perkembngan fisik anak
sangat diperlukan gizi yang cukup, baik protein (untuk membangun sel-sel
tubuh), vitamin dan mineral (untuk pertumbuhan struktur tubuh), dan carbohydrat (untuk energi). Kekurangan
gizi (malnutrisi) dapat mengakibatkan kecacatan tubuh, dan kelemahan mental.
Lebih jauh anak akan rentan (mudah terkena) penyakit atau infeksi, baik mata,
telinga, maupun sistem pernapasan. Mereka kurang memiliki kemampuan atau
kesiapan mental dan fisik.
Perkembangan fisik anak
ditandai dengan berkembangnya kemampuan atau keterampilan motorik, baik yang
kasar maupun yang lembut. Kemampuan motorik tersebut dapat dideskripsikan
sebagai berikut :
USIA
|
KEMAMPUAN MOTORIK KASAR
|
KEMAMPUAN MOTORIK LEMBUT/HALUS
|
3 - 4 tahun
4 – 6 tahun
|
1. Naik dan turun tangga
2. Meloncat dengan dua kaki
3. Melempar bola
1. Meloncat
2. Mengendarai sepeda anak
3. Menangkap bola
4. Bermain olah raga
|
1. Menggunakan krayon
2. Menggunakan benda/alat
3. Meniru bentuk (meniru
Gerakan orang lain)
1. Menggunakan Pensil
2. Menggambar
3. Memotong dengan gunting
4. Menulis huruf cetak
|
Dalam rangka membantu
perkembangan fisik anak maka guru Taman Kanak-Kanak seyogyianya memberikan
bimbingan kepada mereka agar memiliki kesadaran akan kemampuan sensorisnya, dan
juga memiliki sikap yang positif terhadap dirinya. Bimbingan guru berkaitan
dengan perkembangan aspek-aspek berikut :
- Pengenalan/pengetahuan
akan namanya dan bagian-bagian tubuhnya.
- Kemampuan
untuk mengidentifikasi fungsi-fungsi tubuh.
- Pemahaman
bahwa walaupun setiap individu berbeda dalam penampilannya, seperti
perbedaaan dalam warna kulit, warna rambut dan mata namun semua orang
memiliki kesamaan karakteristik fisik yang sama.
b.
Perkembangan kognitif
(intelektual)
Menurut Piaget perkembangan kognitif pada usia ini berada pada periode preoperational, yaitu tahapan dimana
anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis. Yang dimaksud dengan
operasi adalah kegiatan-kegiatan yang diselesaikan secara mental dan fisik.
Periode ini ditandai dengan berkembangnya representasi atau “symbolic function” yaitu kemampuan
menggunakan sesuatu untuk merepresentasikan (mewakili) sesuatu yang lain dengan
menggunakan simbol (kata-kata, gesture/bahasa gerak, dan tanda).
Melalui kemampuan di atas, anak mampu berimajinasi atau berkreasi tentang
berbagai hal. Dia dapat menggunakan kata-kata, peristiwa dan benda untuk
melambangkan yang lainnya. Anak usia 4 tahun mungkin dapat menggunakan kata
”kapal terbang”, sebagai tanda tentang kapal terbang, atau menggunakan benda
”kapal terbang” untuk melambangkan sebuah kapal terbang yang sebenarnya.
Meskipun berpikir melalui simbol ini dipandang lebih maju dari berpikir
periode sensorimotor, namun kemampuan berpikir ini masih mengalami
keterbatasan. Keterbatasan yang
menandai, atau yang menjadi karakteristik periode preoperasional ini adalah
sebagai berikut :
- Egosentrisme,yang
maksudnya bukan ”selfishness”
(egois) atau arogan (sombong), namun merujuk kepada (1) diferensiasi diri,
lingkungan orang lain yang tidak sempurna, dan (2) kencenderungan untuk
mempersepsi, memahami dan menafsirkan sesuatu berdasarkan sudut pandang
sendiri. Salah satu implikasinya, anak tidak dapat memahami persepsi
konseptual orang lain.
- Kaku
dalam berpikir. Salah satu karakteristik berpikir preoperasional adalah
kaku (frozen). Salah satu contohnya, berpikir itu bersifat centration (memusat), yaitu kecenderungan
berpikir atas dasar satu dimensi, baik mengenai objek atau peristiwa, dan
tidak menolak dimensi-dimensi lainnya.
- Semilogical reasoning. Anak-anak mencoba untuk menjelaskan
peristiwa-peristiwa alam yang misterius, yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu pemecahannya dalam menjelaskan yaitu dianalogikan dengan
tingkah laku manusia.
c.
Perkembangan emosi
Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari akunya, bahwa akunya
(dirinya) berbeda dengan bukan Aku (orang lain atau benda). Kesadaran ini
diperoleh dari pengalamannya, bahwa tidak setiap keinginannya dipenuhi oleh
orang lain atau benda lain. Dia menyadari bahwa keinginannya berhadapan dengan
keinginan orang lain sehingga orang lain tidak selamanya memenuhi keinginannya.
Bersamaan dengan itu, berkembang
pula perasaan harga diri yang menuntut pengakuan dari lingkungannya. Jika
lingkungannya (terutama orangtuanya) tidak mengakui harga diri anak, seperti
memperlakukan anak secara keras, atau kurang menyayanginya, maka pada diri anak
akan berkembang sikap-sikap (a) keras kepala/menentang, atau (b) menyerah
menjadi penurut yang diliputi rasa harga diri kurang dengan sifat pemalu.
Beberapa emosi yang berkembang
pada masa anak yaitu sebagai berikut :
1) Takut, yaitu perasaan
terancam oleh suatu objek yang dianggap membahayakan. Rasa takut terhadap
sesuatu berlangsung melalui tahapan :
a) mula-mula tidak takut, karena anak belum sanggup melihat kemungkinan
bahaya yang terdapat dalam objek
b) timbul rasa takut setelah
mengenal adanya bahaya dan
c) rasa
takut bisa hilang kembali setelah mengetahui cara-cara menghindar dari bahaya.
2)
Cemas, yaitu perasaan takut yang bersifat khayalan, yang tidak ada
objeknya. Kecemasan ini muncul mungkin dari situasi-situasi yang dikhayalkan,
berdasarkan pengalaman yang diperoleh baik perlakuan orangtua, buku-buku
bacaan/komik, radio, atau film.
3)
Marah, yaitu merupakan perasaan
tidak senang atau benci baik terhadap
orang lain, diri sendiri, atau objek tertentu, yang diwujudkan dalam bentuk
verbal (kata-kata kasar/makian/sumpah serapah), atau nonverbal (seperti
mencubit, memukul, menampar, menendang dan merusak). Perasaan marah ini
merupakan reaksi terhadap situasi frustasi yang dialaminya.
4)
Cemburu, yaitu perasaan tidak
senang terhadap orang lain yang dipandang telah merebut kasih sayang dari
seseorang yang telah mencurahkan kasih sayang kepadanya. Sumber yang
menimbulkan rasa cemburu selalu bersifat situasi sosial, hubungan dengan orang
lain. Perasaan cemburu ini diikuti dengan ketegangan, yang biasanya dapat
diredakan dengan reaksi-reaksi:
a) agresif atau permusuhan
terhadap saingan;
b) regresif
yaitu perilaku kekanak-kanakan, seperti mengompol, atau mengisap jempol,
c) sikap tidak peduli dan
d) menjauhkan diri dari saingan.
d.
Perkembangan sosial
Pada usia prasekolah perkembangan anak sudah nampak jelas, karena mereka
sudah mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya. Tanda-tanda perkembangan
sosial pada tahap ini adalah :
1)
Anak mulai mengetahui
aturan-aturan baik di lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan bermain
2) Sedikit demi sedikit
anak sudah mulai tunduk pada peraturan
3) Anak mulai menyadari
hak atau kepentingan orang lain
4) Anak mulai dapat
bermain bersama-sama anak-anak lain atau teman sebaya
Perkembangan sosial anak
sangat dipengaruhi oleh iklim sosiopsikologis keluarganya. Apabila di
lingkungan keluarga tercipta suasana yang harmonis, saling memperhatikan,
saling membantu (bekerja sama) dalam menyelesaikan tugas-tugas keluarga atatu
anggota keluarga, terjalin komunikasi antar anggota keluarga, dan konsisten
dalam melaksanakan aturan, maka anak akan memiliki kemampuan atau penyesuaian
sosial dalam hubungan dengan orang lain.
e.
Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa anak usia prasekolah, dapat diklasifikasikan ke dalam
dua tahap yaitu :
1. Masa ketiga (2,0-2,6)
yang bercirikan :
- Anak
sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna
- Anak
sudah mampu memahami tentang perbandingan, misalnya burung pipit lebih
kecil dari burung perkutut
- Anak
banyak menanyakan nama dan tempat : apa, dimana, dan dari mana
- Anak
sudah banyak menggunakan kata-kata yang berawalan dan yang berakhiran
2. Masa keempat (2,6-6,0) yang bercirikan :
- Anak
sudah dapat menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya
- Tingkat
berpikir anak sudah lebih maju, anak banyak menanyakan soal waktu – sebab
akibat melalui pertanyaan-pertanyaan,kapan, kemana, mengapa, dan
bagaimana.
f.
Perkembangan moral
Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap
kelompok sosialnya (orangtua, saudara dan teman sebaya). Melalui pengalaman
berinteraksi dengan orang lain (orangtua, saudara dan teman sebaya) anak
belajar memahami tentang kegiatan atau perilaku mana yang
baik/boleh/diterima/disetujui atau buruk/tidak boleh/ditolak/tidak disetujui.
Berdasarkan pemahamannya itu, maka pada masa ini anak harus dilatih atau
dibiasakan mengenai bagaimana dia harus bertingkah laku (seperti mencuci tangan
sebelum makan, menggosok gigi sebelum tidur, dan membaca Basmallah sebelum makan).
g.
Perkembangan kepribadian
Masa ini lazim disebut masa Trotzalter,
periode perlawanan atau masa krisis pertama. Krisis ini terjadi karena ada
perubahan yang hebat dalam dirinya, yaitu dia mulai sadar akan aku-nya, dia
menyadari bahwa dirinya terpisah dari lingkungan atau orang lain, dia suka
menyebut nama dirinya apabila berbicara dengan orang lain. Dengan kesadaran ini
anak menemukan bahwa ada dua pihak yang berhadapan yaitu (Aku-nya) dan orang
lain (orangtua, saudara dan teman sebaya).
h.
Perkembangan kesadaran beragama
Kesadaran beragama pada usia ini ditandai dengan
ciri-ciri sebagai berikut :
- Sikap keagamaannya bersifat reseptif (menerima)
meskipun banyak bertanya
- Pandangan
ketuhanannya bersifat anthropormorph
(dipersonifikasikan)
- Penghayatan
secara rohaniah masih superficial
(belum mendalam) meskipun mereka telah melakukan atau berpartisipasi dalam
berbagai kegiatan ritual.
- Hal
ketuhanan dipahamkan secara ideosyncritic
(menurut khayalan pribadinya) sesuai dengan taraf berpikirnya yang masih
bersifat egosentrik (memandang segala sesuatu dari sudut dirinya).
Pengetahuan
anak tentang agama terus berkembang berkat (1) mendengarkan ucapan-ucapan
orangtua; (2) melihat sikap dan perilaku orangtua dalam mengamalkan ibadah; dan
(3) pengalaman dan meniru ucapan dan perbuatan orangtuanya.
Sesuai
dengan perkembangan intelektualnya (berpikirnya) yang terungkap dalam kemampuan
berbahasa, yaitu sudah dapat membentuk kalimat, mengajukan pertanyaan dengan
kata-kata: apa, siapa, dimana, dari mana dan kemana, maka pada usia ini kepada
anak sudah dapat diajarkan syahadat, bacaan dan gerakan salat, do’a-do’a dan
Al-Qur’an.
Mengajarkan
salat pada usia ini dalam rangka memenuhi tuntunan Rasulullah, yaitu bahwa
orangtua harus menyuruh anaknya salat pada usia tujuh tahun, ”muruu auladakum bisholaat sab’usiniin”
(suruhlah anak-anakmu salat pada usia 7 tahun). Dengan demikian, mengajarkan
bacaan dan gerakan salat pada usia ini adalah dalam rangka mempersiapkan dia
untuk dapat melaksanakan salat pada usia tujuh tahun tersebut.
Adapun
doa-doa yang diajarkan: (1) doa sebelum makan dan sesudahnya; (2) doa berangkat
dari rumah; (3) doa tidur; (4) doa untuk orangtua; (5) doa
keselamatan/kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Di
samping mengajarkan hal-hal di atas, kepada anak pun diajarkan atau dilatihkan
tentang kebiasaan-kebiasaan melaksanakan akhlakul karimah seperti :
(1) mengucapkan salam
(2) membacakan basmallah
pada saat akan mengerjakan sesuatu
(3) membaca hamdallah
pada saat mendapatkan kenikmatan dan setelah mengerjakan sesuatu
(4) menghormati orang
lain
(5) memberi shodaqoh
(6) memelihara kebersihan
(kesehatan) baik diri sendiri maupun lingkungan (seperti mandi, menggosok gigi,
dan membuang sampah pada tempatnya).
Mengenai
pentingnya menanamkan nilai-nilai agama kepada anak usia ini, Zakiyah Darajat
(1970 : 111) mengemukakan bahwa umur Taman Kanak-Kanak adalah umur yang paling
subur untuk menanamkan kebiasaan – kebiasaan yang sesuai dengan ajaran agama,
melalui permainan dan perlakuan dari orangtua dan guru. Keyakinan dan
kepercayaan guru Taman Kanak-Kanak itu akan mewarnai pertumbuhan agama pada
anak.
B. PERKEMBANGAN REMAJA
1.
Makna Remaja
Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting,
yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.
Menurut Konopka (Pikunas, 1976) masa remaja ini meliputi :
a.
remaja awal 12-15 tahun
b.
remaja madya 15-18 tahun
c.
remaja akhir 19-22 tahun
Sementara Salzman mengemukakan bahwa remaja merupakan masa perkembangan
sikap tergantung (dependence)
terhadap orangtua ke arah kemandirian (independence),
minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai
estetika dan isu-isu moral.
Freud memandang bahwa masa anak akhir dan remaja awal merupakan periode
yang lebih tenang. Masa ini dinamakan periode “Latency”, ego terbebas dari
konflik antara insting seksual dengan norma-norma sosial. Periode ini merupakan
saat anak berkonsolidasi untuk mencapai perkembangan ego dan super egonya.
2.
Karakteristik perkembangan
a.
Perkembangan fisik
Masa remaja merupakan salah satu diantara dua masa rentangan kehidupan
individu, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Masa yang pertama
terjadi pada fase pranatal dan bayi. Bagian-bagian tubuh tertentu pada
tahun-tahun permulaan kehidupan secara proporsional terlalu kecil, namun pada
masa remaja proporsionalnya menjadi terlalu besar, karena terlebih dahulu
mencapai kematangan daripada bagian-bagian yang lain. Hal ini terutama tampak
jelas pada hidung, kaki, dan tangan. Pada masa remaja akhir, proporsi tubuh
individu mencapai proporsi tubuh orang dewasa dalam semua bagiannya.
Dalam masa perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri
yaitu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder
1) Pada remaja pria ditandai dengan sangat cepatnya pertumbuhan
testis, yaitu pada tahun pertama dan kedua. Kemudian tumbuh secara lebih lambat, dan mencapai ukuran matangnya pada
usia 20 atau 21 tahun. Pada remaja wanita, kematangan organ-organ seksnya
ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina, dan ovarium (indung telur) secara
cepat. Ovarium menghasilkan Ova (telur) dan mengeluarkan hormon-homron yang diperlukan
untuk kehamilan, menstruasi dan perkembangan seks sekunder. Pada masa inilah
(sekitar usia 11-15 tahun) unuk pertama kalinya remaja wanita mengalami
“menarche” (menstruasi pertama).
2) Ciri-ciri seks
sekunder dapat dilihat pada tabel berikut :
Wanita
|
Pria
|
1.Tumbuh rambut
pubik atau bulu kapok di sekitar kemaluan dan ketiak
2. Bertambah
besar buah dada
3. Bertambah
besarnya pinggul
|
1. tumbuh rambut
pubik atau bulu kapok di sekitar kemaluan dan ketiak
2. terjadi
perubahan suara
3. tumbuh kumis
4. tumbuh gondok
laki (jakun)
|
b.
Perkembangan kognitif
(intelektual)
Menurut Piaget, masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal (operasi
= kegiatan-kegiatan mental tentang berbagai gagasan). Remaja secara mental
telah dapat berpikir logis tentang berbagai gagasan abstrak. Pertumbuhan otak
mencapai kesempurnaannya mulai dari 12 – 20 tahun. Pada usia 16 tahun berat
otak sudah menyamai orang dewasa.
Implikasi pendidikan atau bimbingan dari periode berpikir operasi formal
ini adalah perlunya disiapkan program pendidikan atau bimbingan yang
memfasilitasi perkembangan kemampuan berpikir siswa (remaja). Upaya yang dapat
dilakukan seperti (1) penggunaan metode mengajar yang mendorong anak untuk
aktif bertanya, mengemukakan gagasan atau mengujicobakan suatu materi, dan (2)
melakukan dialog, diskusi atau curah pedapat dengan siswa.
c.
Perkembangan emosi
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang
tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama, organ-organ seksual mempengaruhi
berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru yang
dialami sebelumnya seperti cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih
intim dengan lawan jenis.
Mencapai kematangan emosional merupakan tugas perkembangan yang sangat
sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi
sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman
sebaya. Apabila lingkungan tersebut cukup kondusif, dalam arti kondisinya
diwarnai oleh hubungan yang harmonis, saling mempercayai, saling menghargai,
dan penuh tanggung jawab, maka remaja cenderung dapat mencapai kematangan
emosionalnya.
d. Perkembangan sosial
Pada masa remaja berkembang “social cognition” yaitu kemampuan untuk
memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik,
baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat nilai-nilai maupun perasaannya.
Dalam hubungan persahabatan, remaja memilih teman yang memiliki kualitas
psikologis yang relatif sama dengan dirinya, baik menyangkut interes, sikap,
nilai, dan kepribadian.
Remaja sebagai bunga dan harapan bangsa serta pemimpin di masa depan
sangat diharapkan dapat mencapai perkembangan sosial secara matang, dalam arti
dia memiliki penyesuaian sosial (social
adjusment) yang tepat.
e.
Perkembangan moral
Mereka sudah mengenal tentang
nilai-nilai moral atau konsep-konsep moralitas seperti kejujuran, keadilan,
kesopanan dan kedisiplinan. Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berperilaku
bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi psikologis (rasa puas
dengan adanya penerimaan dan penelitian positif dari orang lain tentang
perbuatannya).
Pada umumnya remaja berada pada
tingkatan konvensional atau berada dalam tahap ketiga (berperilaku sesuai
dengan tuntutan dan harapan kelompok), dan keempat (loyalitas terhadap norma
atau peraturan yang berlaku dan diyakininya). Keragaman tingkat moral remaja disebabkan oleh faktor penentunya yang
beragam juga. Salah satu faktor penentu atau yang mempengaruhi perkembangan
moral remaja adalah orangtua.
f. Perkembangan kepribadian
Kepribadian merupakan sistem yang
dinamis dari sifat, sikap dan kebiasaan yang menghasilkan tingkat konsistensi
respon individu yang beragam (Pikunas,1976). Sifat-sifat kepribadian
mencerminkan perkembangan fisik, seksual, emosional, sosial, kognitif dan
nilai-nilai.
Masa remaja merupakan saat berkembangnya identity (jati diri). Perkembangan ”identity” merupakan isu sentral
pada masa remaja yang memberikan dasar bagi masa dewasa. Sejak masa anak, sudah
berkembang kesadaran akan diri dan masa remaja merupakan saat pertama
berkembang usahanya yang sadar untuk menjawab pertanyaan ”who am I?”
g.
Perkembangan kesadaran beragama
Kemampuan berpikir abstrak remaja
memungkinkannya untuk dapat menstransformasikan keyakinan beragamanya. Dia
dapat mengapresiasi kualitas keabstrakan Tuhan sebagai yang Maha Adil, Maha
Kasih Sayang.
Pada masa remaja awal (13-16 tahun)
terjadi perubahan jasmani yang cepat sehingga memungkinkan terjadinya
kegoncangan emosi, kecemasan dan kekhawatiran. Bahkan kepercayaan agama yang
telah tumbuh pada umur sebelumnya, mungkin pula mengalami kegoncangan. Kepercayaan
kepada Tuhan kadang-kadang sangat kuat, akan tetapi kadang-kadang menjadi
berkurang. Apabila remaja kurang mendapat bimbingan keagamaan dalam keluarga,
kondisi keluarga yang kurang harmonis, orangtua yang kurang memberikan kasih
sayang dan berteman dengan kelompok sebaya yang kurang menghargai nilai-nilai
agama, maka kondisi di atas akan menjadi pemicu berkembangnya sikap remaja yang
kurang baik.
Pada masa remaja akhir (17-21)
merupakan permulaan masa dewasa, emosinya mulai stabil dan pemikirannya mulai
matang (kritis). Dalam kehidupan beragama, remaja sudah mulai melibatkan diri
ke dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Remaja sudah dapat membedakan agama
sebagai ajaran dengan manusia sebagai penganutnya. Pengertian ini memungkinkan
dia untuk tidak terpengaruh oleh orang-orang yang mengaku beragama, namun tidak
melaksanakan ajaran agama atau perilakunya bertentangan dengan nilai agama.
3. Problema remaja
Proses perkembangan remaja tidak selalu berlangsung secara mulus dan
steril dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu
berjalan dalam alur yang linier, lurus atau searah dengan potensi, harapan dan
nilai-nilai yang dianut karena banyak faktor yang menghambatnya.
Faktor penghambat ini bisa
bersifat internal dan eksternal. Faktor penghambat eksternal yang berasal dari
lingkungan. Iklim lingkungan yang tidak kondusif itu seperti ketidakstabilan
dalam kehidupan sosial politik, krisis ekonomi, perceraian orangtua, sikap dan
perlakuan orangtua yang otoriter atau kurang memberikan kasih sayang dan
pelecehan.
|
4.
Tugas-tugas perkembangan remaja
Remaja merupakan masa
berkembangnya identity. Identity merupakan vocal point dari pengalaman remaja, karena semua krisis normatif
yang sebelumnya telah memberikan kontribusi kepada perkembangan identitas ini.
Apabila remaja gagal dalam mengembangkan rasa identitasnya, maka remaja akan
kehilangan arah, bagaikan kapal yang kehilangan kompas. Dampaknya, mereka
mungkin akan mengembangkan perilaku yang menyimpang (delinquent), melakukan kriminalitas, atau menutup diri dari masyarakat.
William Kay mengemukakan
tugas-tugas perkembangan remaja sebagai berikut :
a. menerima fisiknya
sendiri berikut keragaman kualitasnya.
b. Mencapai
kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang mempunyai otoritas
c. Mengembangkan
keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya
atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok
d. Menemukan manusia
model yang dijadikan identitasnya
e. Menerima dirinya
sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri
f. Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan
diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup
g. Mampu meninggalkan
reaksi dan penyesuaian diri kekanak-kanakan.
Kemampuan seseorang untuk
menemukan sumber-sumber dan cara-cara untuk memperoleh kebutuhan-kebutuhannya,
dan menuntaskan tugas-tugas perkembangannya merupakan isyarat kunci bagi
ketepatan perkembangannya. Upaya mengeksplorasi dan belajar adalah penting
untuk bergerak ke arah self-realization.
Periode remaja merupakan gerakan berkesinambungan dari masa anak ke masa
dewasa.
Dalam membahas tujuan tugas
perkembangan remaja, Pikunas (1976) mengemukakan pendapat Luella Cole yang
mengklasifikasikannya ke dalam sembilan kategori yaitu :
1) kematangan emosional
2) pemantapan
minat-minat heteroseksual
3) kematangan sosial
4) emansipasi dari
kontrol keluarga
5) kematangan
intelektual
6) memilih pekerjaan
7) menggunakan waktu
senggang secara tepat
8) memiliki filsafat
hidup
9) identifikasi diri
Mengenai tujuan perkembangan
remaja ini selanjutnya dapat disimak dalam tabel berikut.
DARI ARAH
|
KE ARAH
|
KEMATANGAN EMOSIONAL DAN SOSIAL
|
|
1. Tidak toleran dan
bersikap superior
2. kaku dalam bergaul
3. peniruan buta
terhadap teman sebaya
4. Kontrol orangtua
5. Perasaan yang tidak
jelas tentang dirinya/orang lain
6. Kurang dapat
mengendalikan diri dari rasa marah dan sikap permusahannya
|
1. Bersikap toleran
dan merasa nyaman
2. Luwes dalam bergaul
3. Interdependensi dan
mempunyai self-esteem
4. Kontrol diri
sendiri
5. Perasaan mau
menerima dirinya dan orang lain
6. Mampu menatakan
emosinya secara konstruktif dan kreatif
|
PERKEMBANGAN HETEROKSEKSUALITAS
|
|
1. Belum memiliki
kesadaran tentang perubahan seksualnya
2. Mengidentifikasi
orang lain yang sama jenis kelaminnya
3. Bergaul dengan
banyak teman
|
1. Menerima
identitas seksualnya sebagai pria atau wanita
2. Mempunyai
perhatian terhadap jenis kelamin yang berbeda dan bergaul dengannya
3. Memilih
teman-teman tertentu
|
KEMATANGAN KOGNITIF
|
|
1. Menyenangi
prinsip-prinsip umum dan jawaban yang final
2. Menerima
kebenaran dari sumber otoritas
3. Memiliki
banyak minat atau perhatian
4. Bersikap subjektif
dalam menafsirkan sesuatu
|
1. Membutuhkan
penjelasan tentang fakta dan teori
2. Memerlukan bukti sebelum
menerima
3. Memiliki sedikit
minat/perhatian terhadap jenis kelamin yang berbeda dan bergaul dengannya
4. Bersikap objektif
dalam menafsirkan sesuatu
|
FILSAFAT HIDUP
|
|
1. Tingkah laku
dimotivasi oleh kesenjangan belaka
2. Acuh tak acuh
terhadap prinsip-prinsip ideologi dan etika
3. Tingkah lakunya
tergantung pada reinforcement
(dorongan dari luar)
|
1. Tingkah laku
dimotivasi oleh aspirasi
2. Melibatkan diri
atau mempunyai perhatian terhadap ideologi dan etika
3. Tingkah lakunya
dibimbing oleh tanggung jawab moral
|
Remaja sebagai segmen
dari siklus kehidupan manusia, menurut agama merupakan masa ”starting point”
pemberlakuan hukum tasyri
bagi seorang insani (mukkalaf). Oleh karena itu remaja sudah seharusnya
melaksanakan nilai-nilai agama dalam kehidupannya. Pemikiran ini didasarkan
kepada sabda Rasullullah SAW yang artinya : Pena (Pencatat amal) itu diangkat
untuk ketiga kategori manusia, yaitu jabang bayi sampai remaja, orang tidur
sampai bangun dan orang gila sampai sembuh kembali.”