Anak usia dini memiliki
karakteristik yang khas, baik secara fisik, sosial, moral dan sebagainya.
Menurut Siti Aisyah, dkk (2010:1.4-1.9) karakteristik anak usia dini antara
lain: a) memiliki rasa ingin tahu yang besar, b) merupakan pribadi yang unik,
c) suka berfantasi dan berimajinasi, d) masa paling potensial untuk belajar, e)
menunjukkan sikap egosentris, f) memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek,
g) sebagai bagian dari makhluk sosial, penjelasannya adalah sebagai berikut.
Usia dini merupakan masa emas, masa
ketika anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Pada usia ini
anak paling peka dan potensial untuk mempelajari sesuatu, rasa ingin tahu anak
sangat besar. Hal ini dapat kita lihat dari anak sering bertanya tentang apa
yang mereka lihat. Apabila pertanyaan anak belum terjawab, maka mereka akan
terus bertanya sampai anak mengetahui maksudnya. Di samping itu, setiap anak
memiliki keunikan sendiri-sendiri yang berasal dari faktor genetik atau bisa
juga dari faktor lingkungan. Faktor genetik misalnya dalam hal kecerdasan anak,
sedangkan faktor lingkungan bisa dalam hal gaya belajar anak.
Anak usia dini suka berfantasi dan berimajinasi. Hal ini penting bagi
pengembangan kreativitas dan bahasanya. Anak usia dini suka membayangkan dan
mengembangkan suatu hal melebihi kondisi yang nyata. Salah satu khayalan anak
misalnya kardus, dapat dijadikan anak sebagai mobil-mobilan. Menurut Berg,
rentang perhatian anak usia 5 tahun untuk dapat duduk tenang memperhatikan
sesuatu adalah sekitar 10 menit, kecuali hal-hal yang biasa membuatnya senang.
Anak sering merasa bosan dengan satu kegiatan saja. Bahkan anak mudah sekali
mengalihkan perhatiannya pada kegiatan lain yang dianggapnya lebih menarik.
Anak yang egosentris biasanya lebih banyak berpikir dan berbicara tentang diri
sendiri dan tindakannya yang bertujuan untuk menguntungkan dirinya, misalnya
anak masih suka berebut mainan dan menangis ketika keinginannya tidak dipenuhi.
Anak sering bermain dengan teman-teman di lingkungan sekitarnya. Melalui
bermain ini anak belajar bersosialisasi. Apabila anak belum dapat beradaptasi
dengan teman lingkungannya, maka anak anak akan dijauhi oleh teman-temannya.
Dengan begitu anak akan belajar menyesuaikan diri dan anak akan mengerti bahwa
dia membutuhkan orang lain di sekitarnya.
Pendidik perlu memahami karakteristik anak untuk mengoptimalkan kegiatan
pembelajaran. Pendidik dapat memberikan materi pembelajaran sesuai dengan
perkembangan anak. Pendapat lain tentang karakteristik anak usia dini (Hibama S
Rahman, 2002: 43-44) adalah sebagai berikut.
a.
Usia 0–1 tahun
Perkembangan fisik pada masa bayi
mengalami pertumbuhan yang paling cepat dibanding dengan usia selanjutnya
karena kemampuan dan keterampilan dasar dipelajari pada usia ini. Kemampuan dan
keterampilan dasar tersebut merupakan modal bagi anak untuk proses perkembangan
selanjutnya. Karakteristik anak usia bayi adalah sebagai berikut: 1)
keterampilan motorik antara lain anak mulai berguling, merangkak, duduk,
berdiri dan berjalan, 2) keterampilan menggunakan panca indera yaitu anak
melihat atau mengamati, meraba, mendengar, mencium, dan mengecap dengan
memasukkan setiap benda ke mulut, 3) komunikasi sosial anak yaitu komunikasi
dari orang dewasa akan mendorong dan memperluas respon verbal dan non verbal
bayi.
b.
Anak Usia 2–3 tahun
Usia ini anak masih mengalami pertumbuhan
yang pesat pada perkembangan fisiknya. Karakteristik yang dilalui anak usia 2-3
tahun antara lain: 1) anak sangat aktif untuk mengeksplorasi benda-benda yang
ada di sekitarnya. Eksplorasi yang dilakukan anak terhadap benda yang ditemui
merupakan proses belajar yang sangat efektif, 2) anak mulai belajar
mengembangkan kemampuan berbahasa yaitu dengan berceloteh. Anak belajar
berkomunikasi, memahami pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan isi
hati dan pikiran, 3) anak belajar mengembangkan emosi yang didasarkan pada
faktor lingkungan karena emosi lebih banyak ditemui pada lingkungan.
c.
Anak usia 4–6 tahun
Anak pada usia ini kebanyakan sudah
memasuki Taman Kanak-kanak. Karakteristik anak 4-6 tahun adalah: 1)
perkembangan fisik, anak sangat aktif dalam berbagai kegiatan sehingga dapat
membantu mengembangkan otot-otot anak, 2) perkembangan bahasa semakin baik anak
mampu memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya, 3)
perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat ditunjukkan dengan rasa
keingintahuan anak terhadap lingkungan sekitarnya. Anak sering bertanya tentang
apa yang dilihatnya, 4) bentuk permainan anak masih bersifat individu walaupun
dilakukan anak secara bersama-sama.
d.
Anak usia 7–8 tahun
Karakteristik anak usia 7-8 tahun adalah:
1) dalam perkembangan kognitif, anak mampu berpikir secara analisis dan
sintesis, deduktif dan induktif (mampu berpikir bagian per bagian), 2)
perkembangan sosial, anak mulai ingin melepaskan diri dari orangtuanya. Anak
sering bermain di luar rumah bergaul dengan teman sebayanya, 3) anak mulai
menyukai permainan yang melibatkan banyak orang dengan saling berinteraksi, 4)
perkembangan emosi anak mulai berbentuk dan tampak sebagai bagian dari
kepribadian anak.
Karakteristik anak usia dini merupakan individu yang memiliki tingkat
perkembangan yang relatif cepat merespon (menangkap) segala sesuatu dari
berbagai aspek perkembangan yang ada. Sedangkan karakteristik anak usia dini
menurut Richard D.Kellough (Kuntjojo, 2010) adalah sebagai berikut: a)
egosentris, b) memiliki curiosity yang tinggi, c) makhluk sosial, d) the unique
person, e) kaya dengan fantasi, f) daya konsentrasi yang pendek, g) masa
belajar yang paling potensial.
Egosentris adalah salah satu sifat seorang anak dalam melihat dan
memahami sesuatu cenderung dari sudut pandang dan kepentingan diri sendiri.
Anak mengira bahwa semuanya penuh dengan hal-hal yang menarik dan menakjubkan.
Melalui interaksi dengan orang lain anak membangun konsep diri sehingga anak
dikatakan sebagai makhluk sosial. Anak memiliki daya imajinasi yang berkembang
melebihi apa yang dilihatnya. Anak juga memiliki daya perhatian yang pendek
kecuali terhadap hal-hal yang bersifat menyenangkan bagi anak. Berbagai
perbedaan yang dimiliki anak penanganan yang berbeda mendorong pada setiap
anak. Pada masa belajar yang potensial ini, anak mengalami masa peka untuk
tumbuh dan berkembang dengan cepat.
Anak usia dini merupakan masa peka dalam berbagai aspek perkembangan
yaitu masa awal pengembangan kemampuan fisik motorik, bahasa, sosial emosional,
serta kognitif. Menurut Piaget (Slamet Suyanto, 2003: 56-72), anak memiliki 4
tingkat perkembangan kognitif yaitu tahapan sensori motorik (0-2 tahun), pra
operasional konkrit (2-7 tahun), operasional konkrit (7-11 tahun), dan operasional
formal (11 tahun ke atas).
Dalam tahap sensori motorik (0-2 tahun), anak mengembangkan kemampuannya
untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan dengan gerakan dan tindakan
fisik. Anak lebih banyak menggunakan gerak reflek dan inderanya untuk berinteraksi
dengan lingkungannya. Pada perkembangan pra operasional, proses berpikir anak
mulai lebih jelas dan menyimpulkan sebuah benda atau kejadian walaupun itu
semua berada di luar pandangan, pendengaran, atau jangkauan tangannya. Pada
tahap operasional konkrit, anak sudah dapat memecahkan persoalan-persoalan
sederhana yang bersifat konkrit dan dapat memahami suatu pernyataan,
mengklasifikasikan serta mengurutkan. Pada tahap operasional formal, pikiran
anak tidak lagi terbatas pada benda-benda dan kejadian di depan matanya.
Pikiran anak terbebas dari kejadian langsung.
Dilihat dari perkembangan kognitif, anak usia dini berada pada tahap pra
operasional. Anak mulai proses berpikir yang lebih jelas dan menyimpulkan
sebuah benda atau kejadian walaupun itu semua berada di luar pandangan,
pendengaran, atau jangkauan tangannya. Anak mampu mempertimbangkan tentang
besar, jumlah, bentuk dan benda-benda melalui pengalaman konkrit. Kemampuan
berfikir ini berada saat anak sedang bermain.