Blogroll

loading...

Blogger templates

loading...

MAKALAH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN STAD DALAM PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS TENTANG NEGARA-NEGARA ASEAN


BAB I
PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang
Pendidikan merupakan investasi yang ditanam pada masa kini untuk memanen hasil dihari ini,  hari esok, dan atau di masa mendatang. Agar investasi itu dapat membuahkan profit, maka di perlukan acuan kurikulum yang dapat menjamin derap peningkatan kemampuan peserta didik dalam berperan sebagai pelaku kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Mutu pendidikan yang tinggi diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, terbuka dan mampu bersaing, sehingga dapat meningkatkan kecerdasan masyarakat. Kesejahteraan bukan lagi bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber pada modal intelektual, modal sosial dan kredibilitas.
Melihat kenyataan yang begitu kompleks, maka kita sebagai guru dituntut untuk memiliki kemampuan profesional dalam melaksanakan tugasnya. Seorang guru untuk meningkatkan kualitas profesinya bisa melakukan berbagai cara diantara dengan memperbanyak /memperdalam ilmu melalui peningkatan jenjang pendidikan, mengikuti seminar - seminar ataupun memperbanyak referensi buku.
Dalam melaksanakan tugas sebagai guru kelas SD masih banyak menemui berbagai masalah, diantaranya banyak pokok bahasan dari setiap mata pelajaran yang belum sepenuhnya dikuasai siswa sesuai dengan standar kompetensi yang diharapkan. Kendala yang dihadapi tidak hanya masalah mutu dan kualitas siswa, tetapi menyangkut komponen secara umum sebagai salah satu lembaga pendidikan, sarana dan prasarana sekolah yang sangat minim. Kurikulum pelajaran yang selalu mengalami perubahan dan penyempurnaan, cukup menjadi suatu kendala bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Buku pelajaran yang harus sesuai dengan standar kompetensi, kurangnya minat siswa dalam belajar yang dipengaruhi oleh kemajuan media elektronik yang canggih, membuat siswa lebih asyik bermain dari pada belajar demi masa depannya.
Pola pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti selama ini, hanya mengandalkan salah satu macam metode yang dianggap sesuai dengan kondisi sekolah yaitu metode ceramah dan jarang mengunakan alat peraga sebagai media belajar. Sehingga pembelajaran yang diharapkan belum tercapai dan hasil prestasi belajar secara maksimal sulit untuk dicapai.
Latar belakang dari orang tua juga mempengaruhi, karena secara umum orang tua menyekolahkan anaknya berarti menyerahkan sepenuhnya pendidikan kepada sekolah artinya orang tua seolah telah merasa lepas tanggung jawab untuk mengawasi putra putrinya dirumah dalam belajar. Kurang partisipasi orang tua di rumah membuat siswa belajar kalau hanya ada PR.

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan. Adapun permasalahan tersebut adalah :
1.      Bagaimana cara meningkatkan minat belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran, khususnya pembelajaran IPS tentang Negara-negara ASEAN ?
2.      Apakah penggunaan alat peraga meningkatkan pemahaman siswa tentang materi yang disajikan dengan menggunakan alat peraga ?
3.      Bagaimana cara meningkatkan keberanian siswa dalam bertanya ?

C.    Cara Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan permasalahan sebagaimana dikemukakan tersebut diatas, maka dalam penelitian ini akan digunakan model pembelajaran interaktif STAD ( Student Team Achievement Division ). Model pembelajaran interaktif STAD ( Student Team Achievement Division ) dapat digunakan sebagai alternatif.

D. Sistematika Penulisan
            Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, , Prosedur Pemecahan Masalah dan Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN terdiri dari Makna STAD, Prestasi Belajar Siswa dan Materi ASEAN dalam Pembelajaran IPS
BAB III PENUTUP




BAB II
PEMBAHASAN


A.      STAD ( Student Team Achievement Division )
Model pembelajaran STAD adalah model pembelajaran dengan mengkondisikan atau membagi peserta didik dalam suatu grup atau kelompok hetrogen ( campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dll ) untuk bekerjasama menyelesaikan tugas dengan salah satu anggota kelompok menjadi tutor sejawat. Model pembelajaran ini pertama kali diperkenalkan oleh Slavin pada tahun 1995.
Adapun langkah – langkah pembelajaran model STAD menurut Slavin adalah sebagai berikut :
a.        Membentuk kelompok siswa yang anggotanya 3 sampai dengan 5 anak secara hetrogen ( campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain ).
b.       Guru menyajikan materi.
c.        Guru memberikan tugas kepada anggota setiap kelompok yang menguasai materi untuk menjadi tutor sejawat dengan tugas menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti / memahami.
d.       Guru memberikan kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis/pertanyaan guru siswa yang lain tidak boleh membantu.
e.        Evaluasi.
f.        Penutup.
Dalam setiap pembelajaran model STAD guru sebagai fasilisator harus memperhatikan catatan – catatan berikut, antara lain :
a.    Untuk teknik Cooperatif Learning ini ( STAD ), setiap selesai pelajaran guru selalu memberikan kuis ( misalnya 3 X pertemuan berturut-turut ).
b.   Guru selalu membandingkan perolehan nilai setiap siswa dari pertemuan 1, 2, dan 3 apakah ada kemajuan atau tidak.
c.    Guru juga dapat membandingkan perolehan / kemajuan setiap kelompok.
Menurut Moedjiono (1992) metode kerja kelompok adalah format belajar mengajar yang menitik beratkan kepada interaksi antara anggota satu dengan anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama.
Tujuan metode kerja kelompok menurut Moedjiono (1992 : 62) adalah :
a.        Memupuk kemauan dan kemampuan kerjasama diantara para peserta didik.
b.       Meningkatkan keterlibatan sosial-emosional dan intelektual para peserta didik dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakan.
c.        Meningkatkan perhatian terhadap proses dan hasil dari proses belajar mengajar secara seimbang.

B. Prestasi  Belajar  Siswa
Dalam setiap usaha atau kejadian yang dilakukan, manusia selalu mendambakan keberhasilan. Begitu juga di dalam proses belajar mengajar di sekolah. Seorang siswa melakukan kegiatan belajar mengajar selalu mendapatkan keberhasilan belajar. Dalam dunia pendidikan keberhasilan itu disebut dengan prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan wujud dan keberhasilan belajar yang menunjukkan kecakapan dalam penguasaan materi pelajaran yang menuntut ketekunan dan kesungguhan dalam pelaksanaan belajar.
Menurut Poerwodarminto (1998 :700) prestasi adalah hasil yang dicapai (dari yang telah dilakukan atau dikerjakan). Sedangkan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan kepada guru.
Menurut Arifin (1990 : 2 – 4), kata “prestasi” dari bahasa Belanda prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Selain itu ia juga mengemukakan prestasi mempunyai beberapa fungsi utama antara lain :
a.      Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa.
b.     Prestasi belajar sebagai lambang hasrat ingin tahu.
c.      Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Dengan asumsi bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.
d.     Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan tingkat produktifitas suatu institusi pendidikan. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik di masyrakat.
e.      Prestasi belajar sebagai indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik.

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamanya, sikap dan tingkah lakunya, ketrampilannya, kecakapannya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya penerimaannya. Oleh karena itu belajar adalah proses yang aktif, belajar proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang di arahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu.

C.      Pembelajaran IPS tentang Negara-negara ASEAN
Di bawah ini beberapa definisi IPS ( Ilmu Pengetahuan Sosial ) yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya  :
a.       Menurut Nasution (1975) IPS adalah :
“ Suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dan lingkungan sosial yang bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial seperti Geografi, Sejarah, Ekonomi, Antropologi, sosial, Ilmu Politik, dan Psikologi.”
b.      Dalam GBPP SD (1994) dijelaskan IPS adalah :
Mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian Ekonomi, Geogreafi, Sosiologi, Antropologi, Tata Negara, dan Sejarah.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa :
Mata pelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang bertujuan untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan berwawasan luas sehingga dapat menciptakan tenaga kerja yang profesional. Oleh karena itu pelajaran IPS harus selalu di upayakan peningkatan kualitas pengajarannya. Tetapi sampai saat ini hasil pembelajaran IPS tingkat ketuntasannya masih jauh dari memuaskan.
Menurut Hasan (1991:107) tujuan Pendidikan IPS dapat dikelompokan kedalam 3 kategori yaitu :
1. Pengembangan kemampuan intelektual siswa,
2. Pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa serta
3. Pengembangan diri siswa sebagai pribadinya.
Tujuan pertama berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan diri siswa dan kepentingan ilmu pengetahuan khususnya ilmu–ilmu sosial. Tujuan kedua berorientasi pada pengembangan diri siswa dan kepentingan masyarakat, sedangkan tujuan ketiga lebih berorientasi pada pengembangan pribadi siswa baik untuk kepentingan dirinya, masyarakat maupun ilmu.
Berdasarkan pendapat di atas ada 3 aspek yang harus dicapai dalam pengembangan Pendidikan IPS yaitu aspek intelektual, kehidupan sosial dan kehidupan individual. Pengembangan kemampuan intelektual lebih didasarkan pada pengembangan disiplin ilmu itu sendiri serta pengembangan akademik dan  thingking skill.
Tujuan intelektual berupaya untuk mengembangkan siswa dalam memahami disiplin ilmu sosial, kemampuan berpikir kemampuan prosedural dalam mencari informasi dalam mengkomunikasikan hasil pengembangan kemampuan intelektual ini akan selalu berhubungan dengan aspek pengembangan individual.
Pengembangan kehidupan sosial berkaitan dengan pengembangan kemampuan dan tanggung jawab siswa, masyarakat oleh karena itu tujuan ini mengembangkan kemampuan berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan terutama pemahaman dan sikap positif siswa terhadap nilai, norma yang berlaku dalam masyarakat.
Karakteristik dalam Pendidikan IPS adalah upaya untuk mengembangkan kompetensi sebagai warga Negara yang baik, yang dapat menjaga keharmonisan hubungan antara masyarakat sehingga terjalin persatuan dan kesatuan bangsa. Hal ini dapat dibangun apabila dalam diri setiap orang terbentuk perasaan yang menghargai segala perbuatan, baik pendapat, etnik, agama, kelompok budaya, bersikap terbuka dan senantiasa memberi kesempatan yang sama bagi setiap orang atau kelompok untuk dapat mengembangkan dirinya.
ASEAN ( Association of South East Asia Nation ) didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 berdasarkan Deklarasi Bangkok dan ditanda tangani oleh 5 menteri luar negeri dari negara – negara di kawasan Asia Tenggara yang selanjutnya disebut sebagai negara pendiri ASEAN, yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina.
ASEAN adalah kerjasama negara - negara di kawasan Asia Tenggara dibidang politik dan keamanan, sosial, ekonomi, dan budaya. Adapun anggota ASEAN sekarang adalah :
a.       Indonesia                                            f.    Brunei Darusalam
b.      Singapura                                            g.    Vietnam
c.       Malaysia                                              h.    Laos
d.      Thailand                                              i.    Myanmar
e.       Filipina                                                j.   Kamboja
BAB III
PENUTUP


A.              Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.       Pembelajaran IPS dengan memberdayakan fast learners dalam suatu kompetisi model KOMBAV telah meningkatkan hasil belajar IPS di kelas.
2.       Kompetisi model KOMBAV telah mampu memacu prestasi belajar peserta didik cepat belajar (fast learners). Hal itu terbukti dari hasil kompetisi, permainan, maupun pelaksanaan evaluasi belajar dimana mereka menunjukkan hasil yang maksimal dan konsisten. Dari segi mental kompetisi, fast learners memiliki semangat juang, kecepatan dan ketepatan menjawab yang merupakan modal penting saat mereka berkompetisi dalam tingkat yang lebih tinggi.

B.              Saran
Untuk dapat menerapkan metode ini hendaknya guru memperhatikan kondisi siswa sehingga materi yang akan disampaikan dapat dipahami oleh siswa. Selain itu juga perlu memperhatikan berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. 1990. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.
Bobbi DePorter. 2002. Quantum Teaching. Boston: Allyn Bacon.
Depdiknas. 2001. Buku 1 Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas.
.... 2002. Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kelas di SD, SDLB, SLB Tingkat Dasar, dan MI. Jakarta: Depdiknas.
.............2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Puskur Balitbang Depdiknas.
Indra Jati Sidi. 2004. Pelayanan Profesional, Kegiatan Belajar-Mengajar yang Efektif. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.
Nana Sudjana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Purwadi Suhandini. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Lemlit UNNES.
Poerwodarminto. 1998. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Puskur Balitbang Depdiknas. 2003. Model-model Pembelajaran Efektif. (www.puskur_balitbang_depdiknas.com).upadate 28 Agustus 2007.
Supardi, Suharsimi Arikunto, Suhardjono. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Yakarta: Bumi Aksara.
Tim MKDK IKIP Semarang. 1990. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Semarang Press.
Tintin Heryatin. 2004. Pengembangan Model Pembelajaran Quantum dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris dalam Rangka Pengembangan Kurikulum Berbasis Sekolah. Hasil Penelitian. (http://pps.upi.edu/org/ abstrakthesis/abstrakpk/abstrakpk04.html). update 28 Agustus 2007.

Blog Archive