Blogroll

loading...

Blogger templates

loading...

Taman Kanak-Kanak (TK)



1.  Dasar Penyelenggaraan Pendidikan TK
  1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;
  2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
  3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1990 tentang  Pendidikan Prasekolah.
2.  Kebijakan Penyelenggaraan TK
  1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002, Pasal 9 ayat 1 : “Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai minat dan bakatnya”.
  2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
1.    Pasal 28 (1) : “Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar”.
2.    Pasal 28 (2) : “Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal”.
3.    Pasal 28 (3) : “Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-Kanak  (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat”.
  1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1990
1.       Pasal 1.1 : “Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau di jalur pendidikan luar sekolah”.
2.       Pasal 1.2 : “Taman Kanak-Kanak adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar”.
3.   Tujuan Pendidikan TK
a.     Membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Pasal 1.14 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003);
b.     Mengembangkan kepribadian dan potensi diri sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik (Penjelasan Pasal 28 ayat 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003);
c.     Membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya (Pasal 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1990).
4.    Bentuk dan Program Pendidikan TK
  1. TK merupakan satuan pendidikan pada jalur formal bagi anak usia 4 s.d 6 tahun (Pasal 1.14 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 jo. Pasal 4 ayat 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1990);
  2. Lama pendidikan : 1 atau 2 tahun (Pasal 4 ayat 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1990);
  3. Pendidikan di TK dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1.  Kelompok A untuk anak usia 4-5 tahun;
2.  Kelompok B untuk anak usia 5-6 tahun.
  1. Pengelompokan sebagaimana dimaksud pada butir di atas bukan merupakan jenjang yang harus diikuti oleh setiap anak didik. Dengan kata lain, bahwa setiap anak didik dapat berada selama 1 (satu) tahun pada Kelompk A atau Kelompok B, atau selama 2 (dua) tahun pada Kelompok A dan Kelompok B.


5.    Pelaksanaan Pendidikan TK
Sebutan “Taman” pada Taman Kanak-Kanak mengandung makna “tempat yang aman dan nyaman (safe and comportable) untuk bermain” sehingga pelaksanaan pendidikan di TK harus mampu menciptakan lingkungan bermain yang aman dan nyaman sebagai wahana tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan tahap tumbuh kembang anak didik, kesesuaian dan keamanan alat dan sarana bermain, serta metode yang digunakan dengan mempertimbangkan waktu, tempat, serta teman bermain.
Penataan lingkungan tempat anak bermain perlu diperhatikan dan dipersiapkan sebaik-baiknya, agar tercipta rasa aman dan nyaman, sehingga akan menumbuhkan keberanian anak untuk memenuhi rasa ingin tahunya (self curiousity) dan keinginan untuk menjalin hubungan sosial dengan lingkungannya.
Lingkungan yang bersih, tertata rapi dengan sentuhan estetika, menarik dan teratur akan menumbuhkan sikap dan perilaku anak yang konsisten. Lingkungan yang kaya akan sentuhan nilai-nilai religious, sosial-budaya, pengenalan abjad, angka, bentuk, gambar, dan aneka warna akan mampu menumbuhkan minat anak secara lebih signifikan. Perpustakaan hendaknya dilengkapi dengan buku-buku cerita, gambar-gambar dan rak dengan berbagai permainan, model, peralatan untuk bermain peran yang ada di lingkungan anak juga akan memperkaya imajinasi, kreatifitas dan mental anak dalam mengekspresikan diri.
Pelaksanaan pendidikan di TK menganut prinsip : “Bermain sambil Belajar dan Belajar seraya Bermain”. Bermain merupakan cara terbaik untuk mengembangkan potensi anak didik. Sebelum bersekolah, bermain merupakan cara alamiah untuk menemukan lingkungan, orang lain dan dirinya sendiri.
Melalui pendekatan bermain, anak-anak dapat mengembangkan aspek psikis dan fisik meliputi moral dan nilai-nilai agama, social emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni. Pada prinsipnya bermain mengandung makna yang menyenangkan, mengasyikkan, tanpa ada paksaan dari luar diri anak, dan lebih mementingkan proses mengeksplorasi potensi diri daripada hasil akhir.

Pendekatan bermain sebagai metode pembelajaran di TK hendaknya disesuaikan dengan perkembangan usia dan kemampuan anak didik, yaitu secara berangsur-angsur dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsur bermain lebih dominan) menjadi belajar seraya bermain (unsur belajar mulai dominan). Dengan demikain anak didik tidak merasa canggung menghadapi pendekatan pembelajaran pada jenjang pendidikan selanjutnya.  
Pengenalan membaca, menulis dan berhitung (calistung) dilakukan melalui pendekatan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Oleh karena itu pendidikan di TK tidak diperkenankan mengajarkan materi calistung secara langsung sebagai pembelajaran sendiri-sendiri (fragmented) kepada anak-anak. Konteks pembelajaran calistung di TK hendaknya dilakukan dalam kerangka pengembangan seluruh aspek tumbuh kembang anak, dilakukan melalui pendekatan bermain dan disesuaikan dengan tugas perkembangan anak. Menciptakan lingkungan yang kaya dengan “keaksaraan” akan lebih memacu kesiapan anak untuk memulai kegiatan calistung.
Kegiatan berbahasa pada anak dimulai dari konteks lingkungan terdekat. Penggunaan bahasa ibu merupakan awal perkembangan kemampuan berkomunikasi secara lisan atau verbal dan tulisan. Apabila akan melakukan pengenalan bahasa asing di TK perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a.   Dilakukan dalam situasi alamiah, bukan situasi kelas, bersifat individual atau kelompok kecil,
b.   Bersifat pengenalan kosa kata dan pengucapannya,
c.   Tidak mengurangi kecintaan terhadap bahasa Indonesia, bahasa ibu atau bahasa daerah,
d.   Sesuai dengan situasi dan kondisi wilayah setempat.
e.   Penggunaan bahasa asing dengan maksud hanya untuk mencari ‘prestise’ dan mengabaikan kepatutan pada perkembangan anak tidak diperkenankan.

Pada usia 4 s.d 6 tahun, kebutuhan anak untuk bermain dan bersosialisasi lebih penting dibandingkan dengan kemampuan skolastik. Oleh karena itu, pendidikan di TK tidak diperkenankan memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada anak didik dalam bentuk apapun.

Blog Archive