Karakter merupakan totalitas ciri pribadi membentuk penampilan seseorang
atau obyek tertentu. Ciri-ciri personal mempunyai karakter terdiri dari
kualitas moral dan etis: kualitas kejujuran, keberanian, integritas, reputasi
yang baik, semua nilai tersebut di atas merupakan sebuah kualitas yang melekat
pada keaktifan individu.
Karakter adalah watak, sifat, atau hal-hal yang sangat mendasar yang ada
pada diri seseorang. Karakter adalah sifat bathin manusia yang mempengaruhi
segenap pikiran, perasaan dan perbuatannya.
Karakter ibarat pisau bermata dua. Karakter memiliki kemungkinan akan
membuahkan dua sifat yang berbeda atau saling bertolak belakang. Contoh, anak
yang memiliki keyakinan tinggi. Hal ini akan menumbuhkan sifat berani sebagai
buah keyakinan yang dimilikinya atau justru sebaliknya memunculkan sifat
sembrono, kurang perhitungan karena terlalu yakin akan kemampuannya. Begitu
besar pengaruh karakter dalam kehidupan seseorang. Maka itulah pembentukan
karakter harus dilakukan sejak usia dini.
Karakter adalah jawaban mutlak untuk menciptakan kehidupan yang lebih
baik di dalam masyarakat. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan
dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat
istiadat.
Membangun karakter anak usia dini yang takut Tuhan yang utuh dan
menyeluruh tidak sekedar membentuk anak-anak menjadi pribadi yang cerdas dan
baik, melainkan juga membentuk mereka menjadi pelaku baik bagi perubahan dalam
dirinya atau hidupnya sendiri, yang pada gilirannya akan menyumbangkan
perubahan dalam tatanan sosial kemasyarakatan menjadi lebih baik.
Coba ingat sejenak cara orang tua, pengasuh maupun orang-orang bermakna
menamai, memanggil, menyapa, memperlakukan dan menghargai kita. Ada pesan yang
baik serta masukan yang mendukung. Keluarga adalah lingkungan awal pembentuk
sikap, pola pikir, dan kebiasaan hidup kita. Ayah, ibu atau mereka yang telah
membesarkan menanamkan pengaruh melalui tindakan disiplin, lewat perkataan dan
perbuatan serta keteladanan. Psikiater Kristen Paul D. Meier menegaskan bahwa
85 persen dari karakter dasar kita sebenarnya sudah terbentuk pada usia enam
tahun pertama dalam konteks keluarga. Banyak sifat dan kebiasaan baik kita
dapatkan dari keluarga, berguna untuk kehidupan sekarang dan masa depan.
Tercakup ke dalamnya sikap mengutamakan Tuhan, bertanggung jawab, tertib, taat
dan hormat kepada orang tua. Namun, tidak sedikit yang buruk tentunya seperti
gampang marah, tidak tertib, atau tidak disiplin, atau kebiasaan berteriak guna
menuntut perhatian orang lain. Sekolah sebagai lingkungan sosial ikut membentuk
akhlak. Melalui interaksi setiap hari di kelas, banyak anak menyerap nilai dari
sikap serta perilaku guru dan teman-teman sebayanya. Sikap guru yang bijak dan
adil dapat membangun potensi sikap positif dan percaya diri para murid anak
usia dini.
Adalah sesuatu yang telah dipahat dalam hati sehingga merupakan tanda
yang khas, karakter mengacu pada moralitas kehidupan sehari-hari. Karakter
bukan merupakan kegiatan sesaat, melainkan kegiatan konsisten muncul baik
secara batiniah dan rohaniah.
Karakter mengacu pada kebiasaan berpikir, berperasaan, bersikap, berbuat.
Karakter erat dengan pola tingkah laku.
Membangun karakter anak usia dini yang takut akan Tuhan, akan terbentuk
sebagai hasil pemahaman-pemahaman hubungan yang pasti dialami setiap manusia (triangle relationship) yaitu hubungan
dengan diri sendiri (intrapersonal), dengan lingkungan (hubungan sosial dan
alam sekitar) dan hubungan dengan Tuhan (spiritual). Setiap hasil hubungan
tersebut akan memberikan pemaknaan/pemahaman yang pada akhirnya menjadi nilai dan
keyakinan anak. Cara anak memahami bentuk hubungan tersebut akan menentukan
cara anak memperlakukan dunianya. Pemahaman negatif akan berimbas pada
perlakuan yang negatif dan pemahaman yang positif akan memperlakukan dunianya
dengan positif. Untuk itu tumbuhkan pemahaman karakter positif pada diri anak
sejak usia dini. Salah satunya dengan cara memberikan kepercayaan pada anak
untuk mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, membantu anak mengarahkan
potensinya.