Blogroll

loading...

Blogger templates

loading...

MAKALAH PEMAKAIAN TANDA BACA, PENULISAN HURUF, PENULISAN KATA DAN PENULISAN UNSUR


BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
Dalam menulis memerlukan kemampuan dalam menggunakan berbagai kata yang akhirnya akan terbentuk menjadi sebuah kalimat. Dalam bahasa Indonesia penulisan kata yang kemudian menjadi kalimat serta selanjutnya menjadi sebuah paragraf dan wacana harus memperhatikan beberapa kaidah yang mesti dipatuhi.
Kaidah-kaidah penulisan dalam bahasa Indonesia yaitu diantaranya pemakaian tanda baca, penulisan huruf, penulisan kata dan penulisan unsur dalam suatu kalimat atau beberapa kalimat. Kaidah-kaidah tersebut harus dipatuhi dan dilaksanakan dalam berbahasa Indonesia khususnya dalam kegiatan menulis.
Pemakaian tanda baca dalam suatu kalimat merupakan salah bagian yang penting dalam berbahasa Indonesia khususnya bahasa tertulis. Hal ini akan menunjukkan bagaimana kalimat tersebut dibaca dan maksud dari kalimat tersebut. Penulisan huruf dalam suatu kalimat merupakan salah satu unsur yang mengikuti kaidah yang telah ditentukan. Penulisan huruf terdiri dari dua macam yaitu huruf kapital atau huruf besar dan huruf kecil.
Selain itu penulisan kata yang dilakukan dalam suatu kalimat memperhatikan kaidah-kaidah yang telah ditentukan. Ada berbagai macam kata yang digunakan dalam bahasa Indonesia seperti kata benda, kata kerja, kata sifat dan lain-lain. Penulisan kata yang berdasarkan jenisnya tersebut berbeda antar satu dengan kata yang lainnya.
Penulisan unsur dalam suatu kalimat atau paragraf memiliki kaidah atau aturan yang telah ditentukan. Unsur-unsur dalam suatu kalimat atau paragraf akan menunjukkan tujuan dari kalimat atau paragraf yang ditulis tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis bermaksud membahas suatu makalah dengan tema “Pemakaian tanda baca, penulisan huruf, penulisan kata dan penulisan unsur”. 

B.  Topik Pembahasan
Adapun topik pembahasan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.     Pemakaian tanda baca
2.     Penulisan huruf
3.     Penulisan kata
4.     Penulisan unsur

C.  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.     Untuk mengetahui mengenai pemakaian tanda baca pada suatu kalimat atau wacana.
2.     Untuk mengetahui penulisan huruf dalam suatu kalimat atau wacana.
3.     Untuk mengetahui penulisan kata dalam suatu kalimat atau wacana.
4.     Untuk mengetahui penulisan unsur dalam suatu kalimat atau wacana.






BAB II
PEMBAHASAN



A.      Pemakaian Tanda Baca
Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran, bagaimana memotong-motong suatu kata, bagaimana menggabungkan kata-kata baik dengan imbuhan maupun antara kata dengan kata, dan sebagainya tetapi perlu pula diperhatikan bagaimana penggunaan tanda-tanda baca dalam kalimat.
Segala macam tanda untuk menggambarkan perhentian antara, perhentian akhir, tekanan, tanda Tanya, dan lain-lain disebut tanda baca atau pungtuasi (Adriansyah, 2011:23). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1995:1002), mendefinisikan bahwa tanda baca ialah tanda-tanda yang dipakai dalam sistem ejaan seperti: titik, koma, titik dua.
Tanda baca adalah salah satu bagian dari jenis ortografi. Penggunaan tanda baca sangat penting karena penggunaan yang tidak sesuai akan mengubah makna bahasa yang akan diungkapkan. Secara teknis tanda baca dipakai di dalam sistem sintaksis. Tanda baca banyak sekali jenisnya dan masing-masing jenis memiliki fungsi yang berbeda. Secara umum, fungsi tanda baca yaitu untuk menjaga keefektifan komunikasi (Soedjadi, 2000:14).
Suparno, dkk (2009:3.39), mengemukakan bahwa tanda baca adalah tanda-tanda yang digunakan di dalam bahasa tulis agar kalimat yang kita tulis dapat dipahami orang persis seperti kita maksudkan.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, tanda baca ialah tanda-tanda yang dipakai dalam sistem ejaan bahasa tulis yang berfungsi untuk memudahkan pemahaman orang terhadap apa yang kita maksudkan.
1. Tanda Titik (.)
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Contoh : Ayahku tinggal di Solo.

2. Tanda Koma (,)
Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilang. Contoh : Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
3. Tanda Titik Koma (;)
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Contoh : Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
4. Tanda Titik Dua (:)
Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pertanyaan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. Contoh : Kita sekarang memrlukan perabot rumah tangga: kursi,meja,dan lemari.
5. Tanda Hubung (-)
Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris. Contoh: Di samping cara-cara lama itu ada juga yang baru.
6. Tanda Pisah ()
Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat. Contoh: Kemerdekaan bangsa ituyakin akan tercapaidiperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
7. Tanda Elipsis (...)
Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putu. Contoh: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergearak.
8. Tanda Tanya (?)
Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Contoh: Kapan kita berangkat?
9. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau peryataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan ,ketidakpercayaan,ataupaun rasa emosi yang kuat. Contoh: Alangkah seramnya peristiwa itu!
10. Tanda Kurung ((...))
Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Contoh: Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK(Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
11. Tanda Kurung Siku ([ ])
Tanda kurung siku mengapit huruf,kata atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam nasakah asli. Contoh :Sang Sapurba men[ d ] engar bunyi gerimis.
12. Tanda Petik (“...”)
Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain. Contoh: “Saya belum siap ,” kata Mira,”tunggu sebntar!” Pasal 36 UUD 1945 berbunyi ,”Bahasa negara ialah bahsa Indonesia.”
13. Tanda Petik Tunggal („...)
Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. Contoh: Tanya Basri ,”Kau dengar bunyi „kring-kring tadi?
14. Tanda Garis Miring(/)
Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Contoh: No. 7/PK/1973 Jalan Kramat III/10 Tahun anggaran 1985/1986
15. Tanda Penyingkat atau apostrof( „)
Tanda penyingkat menunjukan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. Contoh: Ali „kan kusurati.(„kan = akan ) 1 Januari 88 ( 88 = 1988) (Kurniaman, dkk,2014)

B.      Penulisan Huruf
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf berikut. Nama tiap huruf disertakan disebelahnya.
Huruf
Nama
Huruf
Nama
Huruf
Nama
A a
/a/
J j
/jé/
S s
/ès/
B b
/bé/
K k
/ka/
T t
/té/
C c
/cé/
L l
/èl/
U u
/u/
D d
/dé/
M m
/èm/
V v
/vé/
E e
/é/
N n
/én/
W w
Wé/
F f
/èf/
O o
/o/
X x
/èks/
G g
/gé/
P p
/pé/
Y y
/yé/
H h
/ha/
Q q
/ki/
Z z
/zèt/
I i
/i/
R r
/èr/

Pemakaian huruf dalam penulisan ejaan yang disempurnakan meliputi huruf vokal (a, e, i, o, dan u), huruf konsonan (b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z), huruf diftong (ai, au, dan oi) dan gabungan huruf konsonan (kh, ng, ny, dan sy).
Penulisan huruf kapital telah diatur dalam buku Pedoman Penulisan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Namun, pada bagian ini penulis merangkumkan kembali peraturan penulisan huruf kapital berdasarkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (Depdikbud, 2005:13) sebagai acuan atau landasan teori yang digunakan dalam makalah ini.
Adapun rangkuman tersebut adalah sebagai berikut.
1) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.
Misalnya:
a. Apa yang sedang dikerjakannya?
b. Tolong Ambilkan buku itu.
c. Untuk mencapai cita-cita, manusia harus bekerja keras.
2) Huruf kapital dipakai sebagai uruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
a. Adik bertanya ”Kapan kita pulang?”
b. Ayah menasehati ”Hati-hati, nak!”
c. ”Kemarin Fitria terlambat,” kata Adi
3) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang Maha Esa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Al-Quran, Weda.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan. Ke jalan yang Engkau beri rahmat.
4) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Muhammad Yamin, Sultan Iskandar Muda, Haji Badawi Usman, Imam Syarif, Nabi Ibrahim.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
a. Dia baru diangkat menjadi sultan.
b. Tahun ini ayahnya pergi naik haji.
5) Huruf kapital sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau dipakai sebagai penganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Perdana Menteri Nehru, Wakil Presiden Hamzah Haz, Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara, Seketaris Jendral Departemen Perhubungan, Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
a. Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
b. Ia di lantik menjadi mayor jendral.
6) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah, Abdullah Ali Nasution, Dewi Sartika, Teuku Umar, Wage Rodolf Supratman.
7) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bahasa Indonesia, suku Dayak, suku Aceh, bangsa Indonesia.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, nama suku, dan nama bahasa yang tidak dipakai sebagai bentuk dalam kata turunan.
Misalnya:
mengindonesiakan kata asing, keingris-ingrisan
8) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya, dan peristiwa-peristiwa bersejarah.
Misalnya:
tahun Hijriah, bulan Januari, bulan Maulid, hari Jumat, hari Lebaran, hari Natal, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya:
a. Soekarno dan Hatta telah memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
b. Perlombaan senjata membawa resiko pecahnya perang dunia.
9) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak memakai unsur nama diri.
Misalnya:
Asia Tenggara, Bukit Barisan, Danau Toba, Sungai Musi, Gunung Sibayak, Lembah Baliem, Teluk Benggala, Danau Toba
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama jika istilah geografi yang bukan nama.
Misalnya:
berlayar ke teluk, mandi di sungai, menyeberangi selat, melewati lembah.
Huruf kapital juga tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi sebagai jenis.
Misalnya:
garam inggris, gula jawa, jeruk bali, rambutan aceh, pisang ambon.
10) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan, dan ketatanegaraan, seperti nama dokumentasi resmi, kecuali kata depan dan kata hubung.
Misalnya:
Republik Indonesia, Majelis Permusyawaratan Rakyat, Lembaga Adat dan Kebudayaan Aceh, Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama jika unsur nama negara, lembaga pemerintahan, dan ketatanegaraan, badan serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
sebuah republik, beberapa badan hukum, menurut undang-undang.

11) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah, dan ketatanegaraan, serta dokumentasi resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu sosial, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Rancangan Undang-Undang Kepegawaian.
12) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
a. Harian Serambi Indonesia terbit di Aceh.
b. Dia membaca majalah Bahasa dan Sastra.
c. Saya telah membaca buku Dari Eve Maria ke Jalan Lain ke Roma di perpustakaan.
13) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan.
Misalnya:
Dr. doktor
M.A. master of art
S.H. sarjana hukum
Prof. Professor
Tn. Tuan
Sdr. saudara
14) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
a. ”Kapan Bapak berangkat?”
b. Adik bertanya”Apa itu, Bu?”
c. Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.
d. Besok Paman akan datang.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan dan penyapaan.
Misalnya:
a. Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
b. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
c. Anak itu tidak mau menghormati ayahnya.
15) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti anda.
Misalnya:
a. Sudahkan Anda sholat?
b. Surat Anda sudah kami terima sebulan yang lalu.
c. Kami berharap Anda mau membalas surat kami secepatnya. (Khadijah,2013)

C. Penulisan Kata
Penguasaan kosakata bukan hanya sekedar mengerti arti secara harfiah tetapi juga arti secara pragmatik, sesuai dengan konteks kalimatnya. Berbicara tentang makna kata, Keraf (1986: 25) menyatakan bahwa makna kata dapat diartikan sebagai hubungan antara bentuk dengan hal atau barang yang diwakilinya, sedangkan menurut Tarigan (1993: 60) membagi makna kata menjadi makna khusus dan makna umum. Makna kata dalam suatu kalimat akan mengalami perubahan. Menurut Ardiana dkk. (2002: 36) perubahan makna dapat terjadi karena: (1) faktor kebahasaan, yang berkaitan dengan proses morfologis dan sintaksia dan (2) faktor nonkebahasaan berkaitan dengan waktu, tempat, dan sosial.
Berkaitan dengan penguasaan kosakata seseorang, Tarigan (1986: 262-268) menjelaskan tahap-tahap perkembangan linguistik, adalah sebagai berikut: (1) tahap meraba, yaitu masa kanak-kanak mengalami omong kosong atau tahap kata tanpa makna; (2) tahap holofrastik, yaitu ucapan satu kata, pada masa ini kanak-kanak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat dalam satu kata yang diucapkannya itu, misalnya: makan, tidur, pergi, main, mandi; (3) tahap dua holofrase, yaitu ucapan dua kata, tahap ini merupakan perkembangan dari tahap satu kata, misalnya kata: baju ibu, adik makan, adik tidur.Usia, lingkungan, dan semakin minatnya seseorang juga sangat menentukan penguasaan kosakata seseorang. Apabila anak hidup di lingkungan yang penuh dengan fasilitas buku serta lingkungan yang gemar membaca, maka akan mempunyai penguasaan kosakata yang memadai. Selain itu makin banyak buku/referensi yang dibaca akan semakin banyak kosakata yang dimiliki.

D. Penulisan Unsur
McCrimmon menyatakan bahwa paragraf dikatakan lengkap apabila paragraf itu berhasil menerangkan apa yang seharusnya diterangkan. Paragraf tersebut harus memiliki (1) ide pokok yang diungkapkan dalam kalimat topik dan (2) kalimat penunjang yang memadai yang berfungsi memberikan penjelasan ide pokok tersebut. Sesuai dengan pendapat itu, Wahab dan Lestari (1999:31) menjelaskan bahwa paragraf yang baik berisi unsur-unsur yang diperlukan untuk mengungkapkan satu pikiran yang lengkap. Unsur-unsur yang diperlukan dalam setiap paragraf ialah (1) kalimat topik, (2) kalimat-kalimat penunjang, dan (3) kalimat penyimpul. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelengkapan paragraf mengacu kepada adanya kalimat topik pada suatu paragraf dan adanya kalimat-kalimat penunjang secara memadai yang memberikan penjelasan pada ide pokok dalam paragraf tersebut.
Kesatuan paragraf disebut juga keutuhan. Suatu paragraf dikatakan utuh apabila dalam paragraf itu terdapat hanya satu ide pokok. Ide pokok (pikiran utama) tersebut dijelaskan dengan pikiran-pikiran bawahan. Kaitannya dengan hal tersebut, Gunawan (2011:17) menyatakan bahwa “pada hakikatnya menulis paragraf merupakan kegiatan menjelaskan pikiran utama (ide pokok)”. Semua kalimat yang membangun paragraf secara bersama-sama mendukung ide pokok yang sama. Apabila dalam paragraf tersebut terdapat satu saja gagasan atau penjelasan yang menyimpang dengan ide pokok, maka paragraf tersebut dikatakan tidak memiliki kesatuan atau keutuhan.
Ide pokok dalam suatu paragraf ada yang diungkapkan secara eksplisit ada pula secara implisit. Ide pokok paragraf yang dikemukakan secara eksplisit, ide pokoknya dinyatakan dalam sebuah kalimat, yaitu kalimat topik. Kalimat-kalimat lainnya berisi informasi atau penjelasan yang berkaitan dengan ide pokok tersebut. Ide pokok paragraf yang dinyatakan secara implisit, ide pokoknya tersebunyi atau merupakan simpulan dari keseluruhan isi paragraf itu. Kalimat topiknya menyebar pada keseluruhan paragraf, dan biasanya digunakan dalam tulisan deskripsi.
Kalimat-kalimat dalam paragraf perlu ditulis secara runtut. Paragraf dikatakan runtut apabila ide-ide yang diungkapkan dalam paragraf tersebut tersusun secara runtut atau urut dan sistematis, sehingga tidak ada ide yang melompat-lompat. Adanya penyajian ide-ide secara urut dan sistematis akan memudahkan pembaca memahami pesan-pesan yang hendak disampaikan dalam paragraf tersebut. Dengan adanya penyampaian ide-ide secara berurutan dan sistematis pada suatu paragraf, pembaca akan mudah dan cepat memahami isi paragraf yang bersangkutan.
Paragraf yang memiliki koherensi, kalimat-kalimatnya saling berhubungan secara kompak. Menurut McCrimmon, paragraf yang koheren adalah paragraf yang kalimat-kalimatnya terjalin secara erat. Dengan demikian, semua kalimat yang ada pada suatu paragraf harus saling berkaitan dan saling mendukung. Bahkan, agar paragraf tersebut memenuhi unsur koherensi, tidak boleh ada satu kalimat pun yang tidak memiliki kaitan dengan kalimat lainnya (Budiyono, 2012).
Paragraf yang koheren, selain mudah dipahami juga enak dibaca. Untuk menghasilkan paragraf yang koheren, mudah dipahami, dan enak dibaca ada dua cara yang dapat ditempuh. Pertama, paragraf yang koheren dapat dicapai dengan cara menggunakan penanda hubungan secara eksplisit, yaitu dengan piranti kohesi yang dapat berupa pemarkah transisi, kata ganti, sinonim, pengulangan, atau yang lainnya. Kedua, paragraf koheren dapat dinyatakan secara implisit, yaitu menggunakan hubungan logis (Budiyono, 2012).




BAB III
PENUTUP



A. Kesimpulan
Dalam penggunaan bahasa Indonesia khususnya dalam kegiatan menulis memiliki kaidah-kaidah yang telah ditentukan. Kaidah-kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa Indonesia diantaranya pemakaian tanda baca, penulisan huruf, penulisan kata dan penulisan unsur.
Setiap tanda baca dapat mengartikan sebuah kalimat tersebut apakah berbentuk kalimat tanya, kalimat perintah ataupun kalimat deklaratif. Pemberian tanda baca yang salah dapat membuat arti kalimat itu berbeda dengan konsep makna dalam suatu kalimat. Konsep adalah ide abstrak yang dapat di gunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata.
Pemakaian huruf dalam penulisan ejaan yang disempurnakan meliputi huruf vokal (a, e, i, o, dan u), huruf konsonan (b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z), huruf diftong (ai, au, dan oi) dan gabungan huruf konsonan (kh, ng, ny, dan sy).
Unsur-unsur yang diperlukan dalam setiap paragraf ialah (1) kalimat topik, (2) kalimat-kalimat penunjang, dan (3) kalimat penyimpul. Kelengkapan  paragraf mengacu kepada adanya kalimat topik pada suatu paragraf dan adanya kalimat-kalimat penunjang secara memadai yang memberikan penjelasan pada ide pokok dalam paragraf tersebut.

B. Implikasi
Dari penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa dapat membuat tulisan dengan lebih baik dengan memperhatikan dan mengikuti kaidah-kaidah penulisan yang telah ditentukan seperti aspek pemakaian tanda baca, penulisan huruf, penulisan kata dan penulisan unsur.


C.  Saran
Dengan berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya penulis mengajukan saran kepada pembaca dan pihak-pihak terkait sebagai berikut :
1.   Hendaknya setiap mahasiswa lebih memperhatikan dan mematuhi kaidah-kaidah penulisan dalam bahasa Indonesia.
2.   Diadakannya pelatihan dalam hal penulisan bahasa Indonesia dan kaidah-kaidah yang ditentukan.





DAFTAR PUSTAKA


Budiyono. (2012). Mengembangkan Paragraf Sesuai Fungsi Dan Posisi Dalam Rangka Menulis Sebuah Tulisan Esai. Vol. 2 No. 2 Juli 2012 ISSN 2089-3973

Darminto. Hubungan Antara Penguasaan Kosa Kata Dan Kalimat Efektif Dengan Keterampilan Menulis Narasi Siswa Kelas V Sdn Wonokusumo V Surabaya. E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya; Volume 7. ISSN : 2337-3253

Dzulfikri Rh. (2012). Penyimpangan Unsur-Unsur Linguistik Dalam Kumpulan Sajak-Sajak Lengkap 1961-2001 Oleh Goenawan Mohamad. Linguistika Akademia Vol.1, No.1, 2012: 73~84 ISSN: 2089-3884

Khadijah  (2013). Analisis Kesalahan Penggunaan Ejaan Pada Karangan. ISSN 2338-0306 Volume I Nomor 1. Januari – Juni 2013.

Kurniaman, dkk. (2014). Analisis Kemampuan Guru Sekolah Dasar, Memahami Konsep Penggunaan Tanda Baca. Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau| Volume 3 Nomor 1, April 2014 | ISSN: 2303-1514.

Nurmawati, dkk. Peningkatan KemampuanMenggunakan Tanda Baca Titik, Koma, dan Titik Dua dalam Kalimat dengan Menggunakan Metode Latihan Siswa Kelas IV SDN Atananga Kec. Bumi Raya Kab. Morowali. Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 1 ISSN 2354-6144



Blog Archive