Blogroll

loading...

Blogger templates

loading...

Internet dan Pembelajaran



a. Pengertian dan Sejarah Internet
Internet secara umum merujuk pada gabungan jaringan komputer yang berkomunikasi menggunakan sistem pertuturan yang sama dikenali sebagai TCP/IP (Transmission Control Protocol / Internet Protocol). Internet adalah jaringan global yang menghubungkan jutaan komputer.[1] Ia berfungsi sebagai satu rangkain yang besar menghubungkan badan pemerintahan, komersial, Institusi Pendidikan dan individu di seluruh dunia. Internet menyediakan berbagai kemudahan yakni mengakses sebuah komputer dari jarak jauh, IRC chat (berkomunikasi dengan individu lain di daerah atau belahan dunia lain) menghantar dan menerima e-mail, rangkaian newsgroup memindahkan file antara satu komputer dengan komputer lain.
Internet adalah media komunikasi alternatif yang dalam batas-batas pemakaian tertentu dapat digunakan untuk menggantikan media komunikasi tradisional seperti pos, telepon, dan fax. Sebagai media alternatif, internet tidak dapat menggantikan media tradisional secara keseluruhan mengingat terbatasnya golongan masyarakat pemakai internet.
Internet adalah sebuah dunia maya jaringan komputer (Internet Koneksi) yang terbentuk dari milyaran komputer di seluruh dunia. Konten/isi dari jaringan tersebut diciptakan dan diperuntukkan kepada masyarakat umum sehingga dapat dipergunakan secara lebih mudah. Internet memungkinkan kita untuk menghilangkan hambatan jarak dan waktu dalam mendapatkan Informasi. Dari segi ekonomi, internet merupakan sebuah jawaban yang sangat efisien, efektif, dan relatif murah jika dibandingkan dengan hasil yang didapatkan.[2]
Perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat terutama dalam bidang internet secara langsung mampu menggeser bahkan mengubah sistem pola hidup manusia, perkembangan tersebut memicu munculnya aspek-aspek sosial yang dapat dikatakan baru atau aspek-apsek lama yang memicu dengan cara yang baru. Internet banyak memberikan keuntungan pada pemakai. Namun di balik manfaat yang bisa diperoleh, Internet juga membawa dampak negatif. Adapun dampak negatif yang diakibatkan oleh internet antara lain kemudahan untuk menjiplak karya orang lain, kejahatan penggunaan kartu kredit, perusakan sistem melalui virus, dan penayangan pornografi.[3]
Tahun 1957 awal dari internet melalui Advanced Research Projects Agency (ARPA), Amerika Serikat mengembangkan jaringan komunikasi terintegrasi yang saling menghubungkan komunitas sains dan keperluan militer. Hal ini dilatarbelakangi oleh terjadinya perang dingin antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet (tahun 1957 Soviet meluncurkan sputnik). Jaringan komputer dimanfaatkan oleh angkatan bersenjata Amerika untuk mengembangkan senjata nuklir. Amerika khawatir jika negaranya diserang maka komunikasi menjadi lumpuh. Untuk itulah mereka mencoba komunikasi dan menukar informasi melalui jaringan komputer.
Penemuan ARPA pada packet switching pada tahun 1960 menjadi awal landasan terbentuknya internet. Packet switching adalah pengiriman pesan yang dapat dipecah dalam paket-paket kecil yang masing-masing paketnya dapat melalui berbagai alternatif jalur jika salah satu jalur rusak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Packet switching juga memungkinkan jaringan dapat digunakan secara bersamaan untuk melakukan banyak koneksi, berbeda dengan jalur telepon yang memerlukan jalur khusus untuk melakukan koneksi. Maka ketika ARPANET menjadi jaringan komputer nasional di Amerika Serikat pada 1969, packet switching  digunakan secara menyeluruh sebagai metode komunikasinya menggantikan circuit switching yang digunakan pada sambungan telepon publik. pada tahun 1969 ketika itu Departemen Pertahanan Amerika, U.S. Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) memutuskan untuk mengadakan riset tentang bagaimana cara menghubungkan sejumlah komputer sehingga membentuk jaringan organik.
Program riset ini dikenal dengan nama ARPANET. Pada 1970, sudah lebih dari 10 komputer yang berhasil dihubungkan satu sama lain sehingga mereka bisa saling berkomunikasi dan membentuk sebuah jaringan.
ARPANET kemudian merancang sebuah jaringan dengan kehandalan teknologi informasi yang dapat memindahkan data dalam jumlah besar dan dalam waktu yang singkat, dan ditetapkan sebagai sebuah standar pembangunan protokol baru yang saat ini dikenal TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol) dan disinilah awal dari segala sejarah internet yang dikenal luas sampai saat ini. Tujuan awal dibangunnya proyek itu adalah untuk keperluan militer. Pada saat itu Departemen Pertahanan Amerika Serikat (US Department of Defense) membuat sistem jaringan komputer yang tersebar dengan menghubungkan komputer di daerah-daerah vital untuk mengatasi masalah bila terjadi serangan nuklir dan untuk menghindari terjadinya informasi terpusat, yang apabila terjadi perang dapat mudah dihancurkan.
Pada mulanya ARPANET hanya menghubungkan 4 situs saja yaitu Stanford Research Institute, University of California, Santa Barbara, University of Utah, di mana mereka membentuk satu jaringan terpadu di tahun 1969, dan secara umum ARPANET diperkenalkan pada bulan Oktober 1972. Tidak lama kemudian proyek ini berkembang pesat di seluruh daerah, dan semua universitas di negara tersebut ingin bergabung, sehingga membuat ARPANET kesulitan untuk mengaturnya. Oleh sebab itu ARPANET dipecah manjadi dua, yaitu "MILNET" untuk keperluan militer dan "ARPANET" baru yang lebih kecil untuk keperluan non-militer seperti, universitas-universitas. Gabungan kedua jaringan akhirnya dikenal dengan nama DARPA Internet, yang kemudian disederhanakan menjadi Internet.[4]
b. Motif Penggunaan Internet
Perilaku penggunaan internet yang dilakukan siswa dilatar belakangi dengan motif tertentu Newhagen dan Rafaelli[5], berpendapat “orang menggunakan internet untuk memenuhi beberapa kebutuhan”. sejumlah peneliti telah menggunakan teori ini untuk menggolongkan motif penggunaan internet Papacharissi dan Rubin melakukan penelitian dan menyimpulkan lima faktor yang melandasi siswa menggunakan internet,
Sarana untuk menunjang aktifitas dengan orang lain (Utilitas interpersonal), waktu luang, pencarian informasi, kenyamanan, dan hiburan. Sedangkan Chamey dan Greenberg dalam penelitiannya menggolongkan 8 faktor penggunaan internet, yaitu informasi, hiburan, pertemanan, perasaan yang baik, komunikasi, penglihatan dan suara, karir dan ketenangan. Song[6], ada 7 faktor yang mendasari penggunaan internet, yaitu komunikasi, mencari informasi, mencari pengalaman, kerjaan, pelarian sosial, status pribadi, sosialisasi.
c. Fungsi Internet
Seiring perkembangan teknologi banyak hal yang lakukan dengan internet, maka semakin banyak layanan yang tersedia. Ramadhan[7] menyebutkan adapun hal-hal yang umum dilakukan melalui internet sebagai berikut :
1)      Browsing yaitu kegiatan ‘berselancar’ di internet
2)      Searching yaitu kegiatan mencari data atau informasi tertentu di internet.
3)      E-mail untuk mengirim dan menerima surat elektronik ke seluruh dunia
4)      Chatting yaitu kegiatan “ngobol” atau berkomunikasi dengan orang lain di internet.
5)      Download adalah proses mengambil file dari komputer lain melalui internet
6)      Upload adalah proses meletakkan file dari komputer kita ke komputer lain melalui internet.
d. Pengertian Belajar
Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Belajar menegaskan, bahwa “Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. Proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya.[8]
Sedangkan menurut Oemar Hamalik, dalam bukunya Proses Belajar Mengajar, menyatakan “Belajar adalah suatu proses, belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan.”[9]
Sesungguhnya kemampuan untuk belajar dan melakukan berbagai upaya uji coba, termasuk kemampuan adaptasi terhadap aneka situasi yang dimiliki manusia maupun hewan. Kemampuan adaptasi inilah yang membantu kedua makhluk tersebut bisa hidup dan berada di muka bumi. Manusia tidak hanya mempelajari bahasa, ilmu pengetahuan, profesi, maupun keahlian tertentu saja. Sesungguhnya dia juga mempelajari  berbagai macam tradisi, etika, moral dan kepribadian. Oleh karena itu, belajar memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Urgensi proses belajar telah ditegaskan semenjak diturunkanya ayat pertama dalam al-Qur’an al- Karim. Ayat tersebut erat kaitannya dengan masalah baca-tulis dan belajar.

  
Artinya :
“ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar memiliki tiga arti yang sangat berkaitan: pertama, belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, kedua, belajar berarti berlatih dan, ketiga, belajar berarti berubah tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman.[10]
Bersandar dari definisi-definisi di atas, belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perbuatan-perbuatan sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah dari belajar. Kita pun hidup dan bekerja serta melakukan suatu perbuatan menurut apa yang kita telah pelajari dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kogntif. Akan tetapi belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil, maka  belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggara jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
e. Internet Sebagai Media Belajar
Media berasal dari kata medium yang artinya perantara atau pengantar. Media adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Media ada yang tinggal dimanfaatkan guru dalam kegiatan pembelajaran, artinya media dibuat oleh pihak tertentu (produsen media) dan guru tinggal menggunakannya secara langsung dalam kegiatan pembelajaran, begitu juga media yang sifatnya alamiah yang tersedia di lingkungan sekolah juga termasuk yang dapat langsung digunakan. Selain itu, kita juga dapat merancang dan membuat media sendiri sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa.[11]
Media merupakan alat yang harus ada apabila kita ingin memudahkan sesuatu dalam pekerjaan. Setiap orang pasti ingin pekerjaan yang dilakukan dapat diselesaikan dengan baik dan dengan hasil yang memuaskan. Media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.[12]
Media pembelajaran meliputi segala sesuatu yang dapat membantu pengajar dalam menyampaikan materi pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan motivasi, daya pikir, dan pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran yang sedang dibahas atau mempertahankan perhatian peserta terhadap materi yang sedang dibahas.[13]
Pemanfaatan media harus terencana dan sistemik sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kehadiran media sangat membantu siswa untuk memahami suatu konsep tertentu yang sulit dijelaskan dengan bahasa verbal (verbal simbol). Dengan demikian pemanfaatan media sangat tergantung pada karakteristik media dan kemampuan guru maupun siswa memahami cara kerja media tersebut, sehingga pada akhirnya media dapat dipergunakan dan dikembangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Penggunaan media itu sendiri dimaksudkan agar siswa mampu menciptakan sesuatu yang baru dan mampu memanfaatkan sesuatu yang telah ada untuk dipergunakan dengan bentuk dan variasi lain yang berguna dalam kegiatan belajarnya.[14]
Jaringan internet telah menjadi pelopor terjadinya revolusi teknologi. Internet semakin diminati oleh banyak kalangan baik perorangan maupun instansi–instansi pemerintah ataupun swasta, termasuk diantaranya perpustakaan. Hal–hal yang menyebabkan internet menjadi solusi praktis, sehingga diminati banyak kalangan.
Internet memberikan banyak kemudahan dalam pemanfaatan setiap fasilitas yang disuguhkan untuk di akses pengguna. Fasilitas yang terdapat di internet cukup banyak jenis dan kegunaannya sehingga dapat memberikan dukungan bagi kegiatan akademik, kalangan media massa, praktisi bisnis, keperluan pemerintahan, dan para peneliti. Fasilitas  tersebut seperti Telnet, Gopher, Wais, E-mail, Mailing list (milis), Newsgroup, File Transfer Protocol (FTP), Internet Relay Chat, USEnet, Bulletin Board Service (BBS), Internet Telephony, Internet Fax, Layanan Multimedia (WWW).
Di antara fasilitas yang ada di internet tersebut ada lima aplikasi standar internet yang dapat dipergunakan untuk keperluan pendidikan, yaitu: World Wide Web (www), FTP (File Transfer Protocol), E-Mail, Mailing List, News Group.[15]
Kegiatan pembelajaran dengan media internet termasuk dalam model pembelajaran yang masih relatif baru. Karakteristik pembelajaran berbasis internet pun sangat bervariasi tergantung pada implementasinya dalam dunia pendidikan. Implementasi dari pembelajaran berbasis internet setidaknya ada dua, yaitu: pertama, pembelajaran berbasis internet yang diselenggarakan secara sederhana, sekedar kumpulan bahan pembelajaran yang dimuat dalam web server dengan tambahan forum komunikasi lewat e-mail atau milist. Kedua, terpadu melalui portal e-learning yang berisi berbagai obyek pembelajaran yang diperkaya dengan multimedia serta dipadukan dengan sistem informasi akademik, evaluasi, komunikasi, diskusi dan berbagai education tools lainnya. Implementasi pembelajaran berbasis internet bisa masuk ke dalam kategori tersebut, yakni bisa terletak diantara keduanya, atau bahkan bisa merupakan gabungan beberapa komponen dari dua sisi tersebut.[16]
E-learning termasuk model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Dengan ini, peserta didik dituntut mandiri dan bertanggung jawab terhadap proses pembelajarannya, sebab ia dapat belajar di mana saja, kapan saja, yang penting tersedia alatnya. Melalui e-learning, peserta didik dapat mencari dan mengambil informasi atau materi pembelajaran berdasarkan silabus atau kriteria yang telah ditetapkan pengajar atau pengelola pendidikan. Peserta didik akan memiliki kekayaan informasi, sebab ia dapat mengakses informasi dari mana saja yang berhubungan dengan materi pembelajarannya. Peserta didik juga dapat berdiskusi secara online dengan pakar-pakar pada bidangnya, melalui e-mail atau chatting. Dengan demikian, jelas bahwa keaktifan peserta didik dalam e-learning sangat menentukan hasil belajar yang mereka peroleh. Semakin ia aktif, semakin banyak pengetahuan atau kecakapan yang akan diperoleh.[17]
E-learning merupakan sebuah media pembelajaran buatan manusia yang pastinya mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Soekartawi (2002), Mulvihil (1997), Utarini (1997) kelebihan e-learning antara lain: (1) Tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu. (2) Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadual melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari. (3) Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer. (4) Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah. (5) Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. (6) Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif dan lebih mandiri. (7) Relatif lebih efisien, misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari sekolah atau perguruan tinggi.[18]
Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga tidak terlepas dari kekurangan, antara lain (1) Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bias memperlambat terbentuknya values dalam proses pembelajaran, (2) Kecenderungan mengabaikan aspek psikomotorik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek komersial, (3) Proses pembelajarannya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan, (4) Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang berbasis pada ICT, (5) Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal, (6) tidak semua tempat tersedia fasilitas internet atau jaringan, (7) Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan mengoperasikan internet, (8) Kurangnya personil dalam hal penguasaan bahasa pemrograman komputer.[19]
f. Internet Sebagai Media Informasi dan Komunikasi
Internet adalah medium komunikasi. Hakekat medium/media dalam ilmu komunikasi adalah yang digunakan sebagai alat (channels) untuk menyampaikan pesan (message) dari komunikator kepada audience/komunikan. Astrid S. Susanto mengartikan media sebagai berikut “Media adalah saluran yang digunakan dalam pengoperan proses lambang - lambang”[20]
 Pengertian lain tentang media komunikasi adalah alat perantara dalam proses penyampaian isi pernyataan (message) dari komunikator kepada komunikan atau penyampaian umpan balik (feedback) dari komunikan kepada komunikator (media komunikasi disini adalah social networking).[21]
Penggunaan internet sebagai media komunikasi sudah berlangsung lama, ditandai dengan adanya berbagai pemanfaatan internet tidak hanya sebagai media komunikasi, namun juga sebagai bentuk promosi suatu perusahaan, penjualan produk atau sebagai portofolio suatu perusahaan.
Kemudahan dan tak terbatasnya ruang dan waktu yang membuat internet menjadi suatu yang penting. Media komunikasi yang dahulu sekarang berubah total menjadi berformat digital. Kehadiran internet sebagai media komunikasi ditandai dengan hadirnya warung internet yang semakin menjamur, penjualan komputer yang semakin meningkat melebihi penjualan televisi, serta sosial networking yang semakin menguasai medan komunikasi daripada komunikasi tatap muka.
g. Internet Dalam Interaksi Sosial
Dunia maya adalah sebuah komunitas online yang mengambil lingkungan berbasis komputer yang terhubung oleh jaringan nirkabel. Pengguna dapat berinteraksi satu sama lain dengan seluruh orang di seluruh dunia, bersifat real time, tak terbatas.
 Internet tidak terbatas pada jejaring sosial atau website. Internet menawarkan game online, chatrooms, dan sebagainya. Dunia maya pertama kali disajikan adalah komunitas dan chatroom. Dengan cara komunikasi berbasis teks, gambar, dan video. Awal mula hanya berupa teks dan gambar kemudian berkembang menjadi video dan suara, dan sampai sejauh ini sudah dapat dinikmati tampilan dalam bentuk 3D (tiga dimensi).
 Dunia maya bukanlah milik publik atau swasta, namun ini adalah manusia yang berinteraksi dan membuat dunia baru di dalamnya karena kegunaan internet yang sangat bermanfaat, sudah banyak penelitian yang menggunakan jasa internet, salah satunya pada penelitian komunikasi, psikologi serta ekonomi.
Sebagai contoh, Doodson melaporkan bahwa kepribadian offline dan virtual dunia sangat berbeda satu sama lain tetapi masih signifikan terkait memiliki sejumlah implikasi self-verifikasi, self-peningkatan dan kepribadian teori. Sejauh apapun seseorang menyembunyikan identitas dirinya akan terlihat walaupun itu sedikit karena pengaruh dari self itu sendiri.[22]
Internet memiliki banyak dunia. Dunia chatting dimulai hanya pada teks, dan gambar, kemudian sekarang berkembang menjadi teks suara, gambar, video, simbol – simbol serta video call. Simbol – simbol “gerak isyarat tertulis” atau biasa disebut emoticon bertujuan untuk mengekspresikan diri secara online. Sehingga komunikasi yang dilakukan tidak sebatas tulisan.[23]
Manusia diciptakan sebagai makhluk multidimensional, memiliki akal pikiran dan kemampuan berinteraksi secara personal ataupun  sosial. Dalam kehidupan sosialnya manusia berinteraksi dengan lingkungannya dengan tujuan memenuhi kebutuhan dirinya.
Dalam lingkungan bermasyarakat, kita sebagai makhluk sosial sudah seharusnya membaur dengan masyarakat, dalam kehidupan bermasyarakat kita tentu saja memiliki identitas diri. Hal ini sangat berbeda dengan ketika kita menggunakan internet, kita sebagai user tanpa identitas. Terkecuali memang website yang digunakan adalah situs – situs jejaring sosial (hal itu tidak menjamin identitas yang dimiliki seseorang tersebut asli).


[1] Hariningsih, SP, Teknologi Informasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005),  hlm. 2
[2] Hariningsih, SP, Teknologi Informasi  (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), hlm. 2
[3] Ali DR. Abdul Halim, Akhlak Mulia (Jakarta; Gema Insani, 2004), hlm. 444
[4] Henry Pandia, Teknologi Informasi dan komunikasi (Jakarta:Erlangga, 2004), hlm.15
[5] Anandarajan, M., Teo, Thompson S.H & Simmers, Claire A. The Internet and Workplace Transformation (New York : M.E. Sharpe, 2006), hlm 43
[6] Ibid. hlm. 44
[7] Arif Ramadhan, Spk Internet dan Aplikasinya. (Jakarta: Elex Media Computindo, 2007), hlm 17
[8] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 109
[9] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung:Bumi Aksara, 2011), Cet. XI, hlm. 29
[10] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2007), hlm. 17
[11] Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Bandung : Alfabeta, 2010), hlm. 138
[12] Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer, (Bandung : Alfabeta, 2012), hlm. 159
[13]  Ibid, hlm. 138
[14] Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer, (Bandung : Alfabeta, 2012), hlm. 160-161
[15] Hardjito,  Internet untuk Pembelajaran dalam Jurnal Teknodik,6 (10). (2002),
[16] Surjono, Dwi, Herman, Pengantar Elearning dan Penyiapan Materi, Makalah diklat dosen FT UNY,http:herman//.elearning-jogja.org, 2008 (diakses 28 Maret 2015).
[17] Mawar Ramadhani,2012. Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran E-Learning Berbasis Web Pada Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kalasan, Skripsi : Universitas Negeri Yogyakarta, hlm. 19
[18] Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer, (Bandung : Alfabeta,2012), hlm. 321-322
[19] Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer, (Bandung : Alfabeta,2012), hlm. 321-322
[20] Astrid S.Susanto, Komunikasi Dalam Teori Dan Praktek. (Bandung : Bina Cipta,1988). hlm 31.
[21] Hoeta Sochoet, Media Komunikasi, (Jakarta: Yayasan Kampis Tercinta IISIP, 2003). hlm 1.
[22] Wikipedia, Virtual dalam www.wikipedia.org
[23] James M.Enslin, Sosiologi (Dengan Pendekatan Membumi), (Jakarta : Erlangga, 2007), hlm 45.

Blog Archive