Blogroll

loading...

Blogger templates

loading...

Keterampilan Gerak Anak



Pada dasarnya setiap manusia mempunyai kemampuan dalam melakukan berbagai aktivitas keterampilan gerak sesuai dengan perkembangannya. Untuk itu sebelum membahas tentang permainan untuk anak, kita akan bahas terlebih dahulu bagaimana keterampilan gerak yang nantinya akan sangat membantu dalam melakukan berbagai aktivitas dalam permainan. Berbicara permainan, apalagi permainan yang melibatkan aktivitas fisik, tidak bisa dipisahkan dengan keterampilan gerak yang dimiliki oleh anak dalam melakukan aktivitasnya.
Keterampilan gerak bisa diartikan sebagai kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas gerak tertentu dengan baik. Semakin baik penguasaan gerak keterampilan, maka pelaksanaannya akan semakin efisien. Efisiensi pelaksanaan bisa dicapai apabila secara mekanis gerakan dilakukan dengan benar.
Perkembangan keterampilan gerak bagi anak-anak Sekolah Dasar (SD), diartikan sebagai perkembangan dan penghalusan aneka keterampilan gerak dasar, dan keterampilan gerak yang bekaitan dengan olahraga. Keterampilan gerak ini dikembangkan dan diperhalus hingga taraf tertentu yang memungkinkan anak mampu untuk melaksanakannya dengan tenaga yang hemat dan sesuai dengan keadaan lingkungan.
Keterampilan gerak ini dapat dibagi menjadi beberapa katagori. Sebuah katagori gerak adalah sebuah kerangka penggolongan, berdasarkan pada unsur-unsur yang sama. Berdasarkan pada katagori geraknya, maka keterampilan gerak dapat dapat digolongkan pada tiga macam gerak, yaitu: lokomotor, manipulative, dan stabilitas (non lokomotor):
1.  Gerak Lokomotor
Gerak lokomotor adalah setiap gerak yang dilakukan, dalam keadaan tubuh dipindahkan posisinya kea rah mendatar (horisontal) atau kea rah gerak vertical, dari satu titik ke titik lainnya dalam sebuah ruang.
Yang termasuk ke dalam gerak lokomotor ini adalah lari, melompat dan mendarat, melompat dengan tumpuan satu kaki (hopping), melompat-lompat dengan tumpuan dua kaki (skipping), atau melompat setinggi mungkin atau sejauh mungkin.
2.  Gerak Manipulatif
Gerak manipulatif yang melibatkan otot-otot besar adalah aktivitas jasmani yang melibatkan upaya pengerahan daya yang diarahkan pada sustu objek, dan upaya menerima daya dari suatu objek. Melempar misalnya, merupakan contoh dari upaya pengerahan daya yang diarahkan pada sustu objek, sementara menangkap merupakan contoh dari upaya menerima daya dari suatu objek.
3.  Gerak Stabilitas (non lokomotor)
Gerak itu dikatakan stabil, karena badan seseorang menetap pada suatu posisi, namun ia begerak pada sumbu hosisontal atau vertikal. Keseimbangan dinamis juga tergolong jenis keterampilan gerak dasar ini. Dalam keadaan demikian, seseorang berupaya untuk mempertahankan kesetimbangannya agar titik berat badannya tetap jatuh pada bidang tumpu.  Contoh seorang anak yang melakukan gerakan handstand, dapat di masukkan ke dalam katagori gerak non-lokomotor atau gerak stabil. Hal ini karena tujuan utamanya adalah untuk tetap menjaga keseimbangan selama tugas itu dilakukan.
Gerakan aksial, seperti menjangkau, menggeliat, memutar, membungkuk, dan mengulur adalah kemampuan yang memerlukan stabilitas posisi tubuh. Demikian pula gerakan mengangkat badan, mendorong, dan menarik.
Dalam prosesnya penguasaan keterampilan gerak tidak, berlangsung sekaligus, namun membutuhkan waktu dan tahapan-tahapan tertentu. Salah satu contohnya ada yang tahap yang disebut masa kritis untuk mempelajari gerak pada masa kanak-kanak, maksudnya adalah ada suatu masa yang sangat penting, dan pada masa itu pembinaan gerak harus dilakukan. Sebab, jika tidak maka keterampilan gerak seseorang akan terhambat dan kurang berkembang. Frustasi akibat kegagalan melakukan suatu tugas gerak akan terjadi, dan keadaan demikian dapat berlanjut hingga seseorang mencapai dewasa.
Pembinaan keterampilan gerak dasar sangat penting di Sekolah Dasar. Pada masa ini yang ditekankan adalah pengembangan dan pengayaan keterampilan geraknya. Semakin banyak perbendaharaan geraknya, semakin terampil ia melaksanakan keterampilan lainnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar untuk menguasai suatu keterampilan antara lain: Pertama, kebiasaan buruk yang terus berlanjut yang berasal dari proses belajar yang kurang baik. Kedua, rasa malu untuk menampilkan kemampuan. Banyak orang merasa malu karena tidak bisa, dan kemudian ia akan semakin tidak dapat menguasai keterampilan tertentu. Ketiga, rasa takut yang menjadi penghambat besar dalam melakukan keterampilan gerak.
Persoalan penting lainnya adalah pentahapan keterampilan gerak dasar. Pentahapan keterampilan gerak dasar itu berlangsung dalam sebuah kesinambungan. Berikut adalah beberapa tahapan perkembangan keterampilan gerak pada anak, yaitu:
1.   Tahap Awal
Tahap awal ini berlangsung sekitar usia 2 hingga 3 tahun. Pada tahap ini anak telah mencoba untuk melempar, menendang, menangkap, melompat. Namun, komponen utama dan pelaksanaan gerak yang lebih terarah dan terkoordinasi, masih belum mampu mererka lakukan. Demikian pula halnya dengan penguasaan irama. Koordinasinya juga masih kaku, dan bahkan belum tampak.
2.   Tahap Elementer
Tahap ini berlangsung pada usia 3 hingga 4 tahun. Tahap ini disebut juga tahap dasar dalam pengembangan gerak, dan merupakan fase mempelajari gerak yang berkaitan dengan fase kematangan.
Tahap elementer ini merupakan tahap peralihan antara tahap awal dan tahap matang. Pada tahap ini anak sudah memperlihatkan koordinasi dan irama gerak yang semakin meningkat. Namun demikian, gerakannya masih kaku dan kurang mulus.
3.   Tahap Matang
Keterampilan gerak dasar yang matang ditandai dengan perpaduan antara semua unsur dari sebuah pola dasar gerak sehingga menjadi semakin terkoordinasi, tepat dan efisien.
Tahap matang ini berlangsung pada usia 6 atau 7 tahun, sekitar usia pada kelas 1 dan 2 Sekolah Dasar.
4.   Tahap Transisi
Tahap transisi adalah tahap peralihan dari mampu menguasai keterampilan gerak dasar yang sudah matang, ke tahap penguasaan keterampilan gerak dasar dalam olahraga. Dikatakan gerak dasar olahraga, sebab keterampilannya belum begitu kompleks.
Tahap ini terjadi pada usia sekitar 7 sampai 9 tahun. Pada tahap ini beberapa cabang olahraga sudah mulai diperkenalkan kepada anak-anak, walaupun mungkin dalam bentuk modifikasi permainan, baik alat, sarana, atau bahkan peraturan permainannnya.
5.   Tahap Penerapan
Pada tahap ini, anak-anak sudah mulai memilih cabang olahraga secara khusus, sesuai dengan kesenangannya.
Pemilihan kekhususan itu, tentu saja dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kondisi geografis, perkembangan sosial dan emosional anak, bentuk tubuh,  maupun pengalaman sebelumnya.
6.   Tahap Pemanfaatan Keterampilan di Sepanjang Hayat
Pada tahap ini diharapkan seseorang dapat secara teratur untuk melakukan aktivitas jasmani, sesuai dengan pilhan dan kegemarannya.
Semua keterampilan harus dipelajari dengan benar agar perkembangan gerak peserta didik bisa dilakukan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan keterampilan geraknya. Mengenai belajar gerak sendiri Fits dan Posner mengemukakan bahwa proses belajar gerak keterampilan terjadi dalam 3 fase belajar, yaitu:
1.   Fase Kognitif
Fase kognitif merupakan fase awal dalam belajar geak keterampilan. Fase awal ini disebut fase kognitif karena perkembangan yang menonjol terjadi pada diri peserta didik. Peserta didik menjadi tahu tentang gerakan yang dipelajari, sementara penguasaan geraknya sendiri masih belum baik karena masih dalam tahap mencoba-coba gerakan.
Informasi yang ditangkap oleh indera kemudian diproses dalam mekanisme perseptual. Mekanisme perceptual berfungsi untuk menangkap makna informasi. Dari fungsi ini peserta didik memperoleh gambaran tentang gerakan yang dipelajari.
Setelah memperoleh gambaran tentang gerakan, maka gambaran tersebut diproses lagi ke dalam mekanisme pengambilan keputusan. Dalam mekanisme ini peserta didik mengambil keputusan apa yang akan diperbuatnya.
2.   Fase Asosiatif
Fase asosiatif disebut juga fase menengah. Fase ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan dimana peserta didik sudah melakukan geerakan-gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat pelaksanaannya. Pada fase ini geakan gerakan harus dipraktekkan berulang-ulang agar pelaksanaan gerakan akan menjadi semakin efisien, lancar, sesuai dengan keinginannya, dan kesalahan gerkan akan semakin berkurang.
3.   Fase Otonom
Fase ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan, dimana peserta didik mampu melakukan gerakan keterampilan secara otomatis. Fase ini dikatakan sebagai fase otonom karena peserta didik mampu melakukan gerakan keterampilan tanpa terpengaruh walaupun pada saat melakukan gerakan itu peserta didik harus memperhatikan hal-hal lain selain gerakan yang dilakukan.
Mengingat menjadi sulitnya mengubah bentuk gerakan setelah gerakan menjadi otomatis, maka pembetulan gerakan harus dilakukan pada fase belajar sebelumnya. Sejak awal peserta didik sudah harus diarahkan melakukan gerakan-gerakan yang benar secara mekanis, agar setelah mencapai fase otonom gerakannya benar-benar efisien.
Kemampuan gerak dasar inilah yang nantinya akan diterapkan dalam aneka permainan anak, olahraga, serta aktivitas jasmani yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam perkembangannya untuk  menentukan permainan yang sesuai dengan kondisi anak selain harus memperhatikan perkembangan gerak anak juga harus mengetahui bagaimana perkembangan emosi pada anak. Perkembangan emosi pada anak melalui beberapa fase didasarkan pada usia seorang anak.
1.   Dari bayi sampai 18 bulan
Pada fase ini bayi butuh belajar dan mengetahui bahwa di lingkungan sekitarnya aman dan familier. Perlakuan yang diterimanya pada fase ini akan sangat berperan dalam membentuk rasa percaya diri, cara pandangnya terhadap orang lain, serta interaksinya dengan manusia-manusia lain, seperti orang tua dan yang lainnnya.
Pada minggu ketiga atau keempat dari usianya, bayi mulai tersenyum jika ia merasa nyaman dan tenang. Ekspresi wajah anak pada fase ini sangat penting untuk membantunya berinteraksi dengan orang-orang yang merawatnya.
Pada bulan bulan keenam sampai bulan ke delapan, bayi mulai belajar mengekspresikan emosi-emosi pokok, seperti gembira, terkejut, marah dan takut.
a.   18 bulan sampai 3 tahun
Pada fase ini, anak mulai mencari-cari aturan dan batasan yang berlaku di lingkungannya. Ia mulai melihat akibat perilaku dan perbuatannya yang banyak mempengaruhi perasaanya dalam menyikapi posisinya di lingkungan tempat hidupnya.
Anak mulai terbiasa dengan rutinitas kerja yang dilangsungkan secara terus menerus meski bentuknya sederhana. Pada usia antara 2 sampai 3 tahun, anak mulai mampu mengekspresikan emosinya dengan bahasa verbal.
b.   Usia antara 3 sampai 5 tahun
Pada fase ini anak mulai belajar dan mengembangkan beberapa keterampilan sosial. Anak berusaha untuk menguji kemampuan-kemampuan baru dalam kondisi dan suasana yang beragam. Yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah kemampuan anak untuk bermain dengan sahabat imajiner yang ada dalam kenyataan.
c.   Usia antara 5 sampai 12 tahun
Pada fase ini, anak mempelajari kaidah dan aturan yang mengendalikan suatu pekerjaan. Pada usia antara tujuh hingga delapan tahun, kesadaran anak atas kehidupan pribadi dan privacy-nya akan bertambah. Ia akan lebih bersinggungan dengan gagasan dan emosi khususnya. Pada usia ini pula anak lebih memperhatikan kemampuannya, serta apa yang sanggup dan tidak sanggup dilakukannya.
Pada usia anak menyadari akan adanya aturan bermain dan perilaku-perilaku lain. Ia menyadari akan adanya permainan-permainan yang menuntut adanya kelompok yang saling bekerja sama, adanya aturan yang harus dijalankan di dalam rumah, adanya syarat dan kaidah yang harus dipenuhi jika ia ingin bergabung dalam suatu kerja atau permainan.
d.   Remaja (pubertas)
Ada beberapa hal yang menarik diperhatikan pada usia 12 tahun ke atas, yaitu diantaranya:
1)  Ingin merasa bebas dan merdeka.
2)  Dapat mengambil pelajaran dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan.
3)  Mampu mencari solusi atas petentangan dan perselisihan dengan orang lain.
4)  Mampu memahami posisinya dalam masyarakat tempat hidupnya.
Perilaku dan tindak lanjut anak puber berbeda satu sama lain. Perbedaan ini dipengaruhi oleh perbedaan perkembangan fisik dan ototnya.


Blog Archive