Blogroll

loading...

Blogger templates

loading...

KETERAMPILAN MENYIMAK DAN BERBICARA SEBAGAI BAGIAN DARI KETERAMPILAN BERBAHASA


I. PENDAHULUAN
            Bahasa Indonesia merupakan salah satu cabang ilmu dalam ranah pendidikan, baik dari mulai tingkat SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas) bahkan sampai tingkat Perguruan Tinggi. Dimana Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sangat penting didalamnya. Dengan Bahasa Indonesia sebagai kalangan terpelajar kita diarahkan untuk selalu bersikap ilmiah. Selain itu, Bahasa Indonesia menjadi bagian penting dalam terciptanya suatu karya ilmiah karena didalamnya banyak menjelaskan aturan-aturan, sistematika-sistematika dan kaidah-kaidah penulisannya.
Adapun dalam perencanaan dan pelaksanaan terkait mata kuliah Bahasa Indonesia, dalam diskusi mengenai Keterampilan Berbahasa yang meliputi: Keterampilan Membaca, Keterampilan Menyimak, Keterampilan Berbicara dan Keterampilan Menulis. Dimana dalam diskusi tersebut mahasiswa dan mahasiswi harus mampu memberikan solusi dari masalah-masalah yang telah ditentukan sebelumnya. Pada artikel ini penulis membahas mengenai keterampilan menyimak dan berbicara.

II. PEMBAHASAN
1. Pengertian Keterampilan Berbahasa
            Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas dan Bahasa adalah kecakapan seorang untuk memakai Bahasa dalam menulis, membaca, menyimak atau berbicara. Keterampilan Berbahasa merupakan hal yang penting bagi seorang pelajar khususnya, karena dengan menguasai keterampilan berbahasa seseorang akan lebih mudah dalam menangkap pelajaran dan memahami suatu maksud.
            Keterampilan berbahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai setiap orang. Dalam suatu masyarakat, setiap orang saling berhubungan dengan orang lain dengan cara berkomunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa keterampilan berbahasa adalah salah satu unsur penting yang menentukan kesuksesan mereka dalam berkomunikasi.
            Pengirim pesan aktif memilih pesan yang akan disampaikan, memformulasikannya dalam wujud lambang-lambang berupa bunyi/tulisan. Proses demikian disebut proses encoding. Kemudian, lambang-lambang berupa bunyi/tulisan tersebut disampaikan kepada penerima. Selanjutnya, si penerima pesan aktif menerjemahkan lambang-lambang berupa bunyi/tulisan tersebut menjadi makna sehingga pesan tersebut dapat diterima secara utuh. Proses tersebut disebut decoding. Jadi, kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi tersebut harus sama-sama memiliki keterampilan, yaitu si pengirim harus memiliki keterampilan memilih lambang-lambang (bunyi/tulisan) guna menyampaikan pesan dan si penerima harus terampil memberi makna terhadap lambang (bunyi/tulisan) yang berisi pesan yang disampaikan..
            Ada empat aspek dalam Keterampilan berbahasa tersebut, yaitu :
a. Keterampilan Menyimak
b. Keterampilan Berbicara
c. Keterampilan Membaca
d. Keterampilan Menulis
            Setiap ketrampilan itu erat sekali hubungannya dengan ketrampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh ketrampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang terakhir: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara; sesudah itu kita membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari disekolah. Keempat ketrampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang disebut caturtunggal. Selanjutnya, setiap ketrampilan itu erat pula hubungannya dengan proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin trampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Ketrampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai denga jalan praktik dan banyak latihan. Melatih ketrampilan berbahasa berarti pula melatih ketrampilan berpikir (Tarigan, 2008:1).
2. Keterampilan Menyimak
a. Pengertian Menyimak 
            Hakikat dari menyimak berhubungan dengan mendengar dan mendengarkan, Subyantoro dan Hartono (2003:1–2) menyatakan bahwa mendengar adalah peristiwa tertangkapnya rangsangan bunyi oleh panca indera pendengaran yang terjadi pada waktu kita dalam keadaan sadar akan adanya rangsangan tersebut, sedangkan mendengarkan adalah kegiatan mendengar yang dilakukan dengan sengaja, penuh perhatian terhadap apa yang didengar, sementara itu menyimak pengertiannya sama dengan mendengarkan tetapi dalam menyimak intensitas perhatian terhadap apa yang disimak lebih ditekankan lagi.
            Pengertian Menyimak dikemukakan oleh beberapa tokoh, seperti: Anderson (dalam Tarigan 1994 : 28) menyatakan bahwa menyimak adalah proses besar mendegarkan, mengenal, serta menginterpretasikan lambang– lambang lisan.Menyimak dapat pula bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi (Russell & Russell; Anderson dalam Tarigan 1994 : 28). Sedangkan Tarigan (1994 :28) menyatakan bahwa menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. 
b. Tujuan Menyimak 
            Menurut Logan (dalam Tarigan 1994:56) tujuan menyimak beraneka ragam antara lain sebagai berikut.
1. Menyimak untuk belajar, yaitu menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara
2. Menyimak untuk memperoleh keindahan audial, yaitu menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama dalam bidang seni).
3. Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat menilai apa-apa yang disimak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain)
4. Menyimak untuk mengapresiasi simakan, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya itu (pembacaan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, perdebatan)
5. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-idenya sendiri, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
6. Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, yaitu menyimak dengan maksud dan tujuan agar si penyimak dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat mana bunyi yang membedakan arti (distingtif) dan mana bunyi yang tidak membedakan arti. Biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker)
7. Menyimak untuk memecahkan masalah secara secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga
8. Menyimak untuk meyakinkan, yaitu menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan oleh si penyimak ragukan; dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasif.
2. Keterampilan Berbicara
a. Pengertian Berbicara 
            Berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilaksanakan manusia dalam kegiatan berbahasa setelah aktivitas menyimak. Berdasarkan bunyi-bunyi (bahasa) yang didengarnya itulah kemudian manusia belajar mengucapkan dan akhirnya mampu untuk berbicara dalam suatu bahasa yang baik, pembicara harus menguasai lafal, struktur, dan kosa kata bahasa yang bersangkutan. Di samping itu, diperlukan juga penguasaan masalah dan atau gagasan yang akan disampaikan, serta kemampuan memahami bahasa lawan bicara (Nurgiyantoro, 1995:274).
            Berbicara pada hakikatnya adalah sebuah proses komunikasi secara lisan antara pembicara dan lawan bicara. Menurut Tarigan (1990:15) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Selanjutnya dijelaskan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasi­kan. Berbicara juga merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang me­man­fa­atkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguis­tik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol social. Dengan demikian, berbicara itu lebih daripada hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
            Jadi, berbicara itu sebenarnya merupakan suatu proses bukan kemampuan, yaitu proses penyampaian pikiran, ide, gagasan dengan bahasa lisan kepada komunikan (orang lain atau diri sendiri). Dalam berbicara atau berkomunikasi dengan pihak lain, diperlukan adanya beberapa hal atau unsur.
b. Beberapa unsur dalam proses berbicara atau proses berkomunikasi tersebut adalah: 
·       Pembicara
·       Lawan bicara (penyimak)
·       Lambang (bahasa lisan) 
·       Pesan, maksud, gagasan, atau ide
            Menurut Tarigan (1990), tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka seharusnya sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan, dia juga harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap para pendengarnya, dan dia juga harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perseorangan.  Pada dasarnya, berbicara itu memiliki tiga maksud utama, yaitu:
·       Memberitahukan, melaporkan (to inform)
·       Menjamu, menghibur (to intertain)
·       Membujuk, mengajak, mendesak, meyakinkan (to persuade)
c. Rambu-rambu dalam Berbicara
Suksesnya sebuah pembicaraan sangat tergantung kepada pembicara dan pendengar. Untuk itu, dituntut beberapa persyaratan kepada seorang pembicara dan pendengar. Menurut Arsjad (1991) hal-hal yang harus diperhatikan oleh seorang pembicara adalah: 


1. Menguasai masalah yang dibicarakan. 
            Penguasaan masalah ini akan menumbuhkan keyakinan pada diri pembicara, sehingga akan tumbuh keberanian. Keberanian ini merupakan salah satu modal pokok bagi pembicara. 
2. Mulai berbicara kalau situasi sudah mengizinkan. 
            Sebelum mulai pembicaraan, hendaknya pembicara memperha­tikan situasi seluruhnya, terutama pendengar. Pengarahan yang tepat akan dapat memancing perhatian pende­ngar. Sesudah memberikan kata salam dalam membuka pembicaraan, seorang pembicara yang baik akan menginforma­sikan tujuan ia berbicara dan menjelaskan pentingnya pokok pembicaraan itu bagi pendengar. 
3. Berbicara harus jelas dan tidak terlalu cepat. 
            Bunyi-bunyi bahasa harus diucapkan secara tepat dan jelas. Kalimat harus efektif dan pilihan kata pun harus tepat. 
4. Pandangan mata dan gerak-gerik yang membantu. 
            Hendaknya terjadi kontak batin antara pembicara dengan pende­ngar. Pendengar merasa diajak berbicara dan diperhatikan. Pandangan mata dalam kasus seperti ini sangat membantu. Pembicara sopan, hormat, dan memperlihatkan rasa persaudaraan. Siapapun pendengarnya dan bagaimana pun tingkat pendidikannya pembicara harus menghargainya. Pembicara tidak boleh mudah terangsang emosinya sehingga mudah terpancing amarahnya. 
            Dalam komunikasi dua arah, mulailah berbicara kalau sudah dipersilakan. Seandainya kita ingin mengemukakan tanggapan, berbicaralah kalau sudah diberi kesempatan. Jangan memotong pembicaraan orang lain dan jangan berebut berbicara. 
5. Kenyaringan suara. 
            Suara hendaknya dapat didengar oleh semua pendengar dalam ruangan itu. Volume suara jangn terlalu lemah dan jangan terlalu tinggi, apalagi berteriak. 
Pendengar akan lebih terkesan kalau ia dapat menyaksikan pembicara sepenuhnya. Usahakanlah berdiri atau duduk pada posisi yang dapat dilihat oleh seluruh pendengar. 

d. Fungsi Berbicara
            Dalam kehidupan sehari-hari, berbicara merupakan salah satu kebu­tuhan mutlak manusia untuk dapat hidup bermasyarakat secara baik. Seba­gian besar kehidupan kita setiap harinya banyak didominasi oleh kegiatan berbicara. 
            Menurut Haryadi (1994) ada beberapa fungsi berbicara. Berbicara dalam kehidupan dapat berfungsi sebagai: 
·       pemenuhan hajat hidup manusia sebagai makhluk sosial, 
·       Alat komunikasi untuk berbagai urusan atau keperluan, 
·       Ekspresi sikap dan nilai demokrasi, 
·       Alat pengembangan dan penyebarluasan ide/pengetahuan, 
·       Peredam ketegangan, kecemasan dan kesedihan. 

III. KESIMPULAN
          Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Keterampilan Berbahasa merupakan hal yang penting bagi seorang pelajar khususnya, karena dengan menguasai keterampilan berbahasa seseorang akan lebih mudah dalam menangkap pelajaran dan memahami suatu maksud. Keterampilan berbahasa meliputi beberapa aspek, yaitu:
1. Keterampulan menyimak
2. Keterampilan berbicara
3. Keterampilan membaca
4. Keterampilan menulis
5. Keterampilan ekspresi lisan dan ekspresi tulis

DAFTAR PUSTAKA

Tarigan; Henry Guntur 2008: Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan; Henry Guntur 2008: Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.




Blog Archive