Undang-Undang No 20 Tahun 2003 pasal 28 ayat 3, menyebutkan bahwa “Pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal, atau
bentuk lain yang sederajat”, sehingga Taman-Kanak-Kanak merupakan salah satu
jenjang pendidikan yang dilalui oleh setiap warga negara dalam lingkup
pendidikan formal. Tujuan Taman Kanak-Kanak sebagaimana tertuang dalam
kurikulum 2004 adalah “membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik
psikis dan fisik meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional,
kognitif, bahasa, fisik atau motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki
pendidikan dasar” (Depdiknas, 2000).
Menurut Piaget (Yusuf, 2005:5) perkembangan kognitif anak TK berada pada
tahap pra operasional. Pada tahap ini anak mampu berpikir kongkrit (nyata).
Dengan demikian guru dalam kegiatan mengajarnya perlu secara kontinyu
menggunakan media pembelajaran dengan pertimbangan bahwa salah satu nilai yang
dikandungnya yaitu mengkongkritkan sesuatu yang abstrak. Selain itu apabila
menggunakan media dalam kegiatan pembelajaran banyak keuntungan yang diperoleh,
diantaranya anak akan merasa lebih tertarik, merasa tenang, termotivasi belajar
dan menumbuhkan rasa ingin tahu anak.
Matematika merupakan disiplin ilmu logika menguasai bentuk, susunan,
besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah
yang banyaknya terbagi ke dalam tiga bidang pokok, yakni aljabar, analisis,
geometri. Geometri mempunyai arti harfiah yaitu pengukuran bumi; geometri
merupakan perhitungan kalender, geometri akan dipelajari secara informal dan
intuisi.
Pengenalan geometri di TK berupa diantaranya pengenalan bentuk lingkaran,
segitiga, dan segiempat. Pembelajarannya dilakukan secara terpadu dengan tema
dan bidang pengembangan lainnya melalui aktivitas belajar yang dapat menstimulasi
dan mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan anak. Pembelajaran dirancang
sedemikian rupa sesuai tingkat perkembangan agar anak mampu memahami berbagai
konsep dengan mudah dan menyenangkan serta melibatkan berbagai pengalaman yang
sudah diketahuinya.
Pembelajaran geometri di TK dilakukan dengan mengenalkan bentuk-bentuk
yang berhubungan dengan benda-benda kongkrit di lingkungan sekitar anak,
seperti bentuk buku, papan tulis, meja, bendera dan lain sebagainya.
Pembelajaran perlu dirancang agar anak lebih banyak melakukan kegiatan
eksplorasi berbagai bentuk yang sering mereka temui dalam kehidupan
sehari-harinya.
1. Pengertian
konsep geometri
Geometri adalah bagian dari matematika yang membahas mengenai titik,
garis, bidang, dan ruang. Ruang adalah himpunan titik-titik yang dapat
membentuk bangun-bangun geometri, garis adalah himpunan bagian dari ruang yang
merupakan himpunan titik-titik yang mempunyai sifat khusus. Bidang adalah
himpunan-himpunan titik-titik yang terletak pada permukaan datar. (Negoro, 2003
: 18).
Geometri sebagai salah satu sistem matematika, di dalamnya memiliki
banyak konsep pangkal, mulai dari unsur primitif atau unsur tak terdefinisi,
antara lain: titik, garis, kurva, ataupun bidang. Juga terdapat relasi-relasi
pangkal yang tidak didefinisikan, misalnya: ‘melalui’, ‘terletak pada’,
‘memotong’, dan ‘antara’. (Adjie dan Maulana, 2006 : 310)
Dari definisi – definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pelajaran
geometri di Taman Kanak-Kanak dimungkinkan untuk diajarkan walaupun harus dengan
cara yang lebih kreatif dan realistik. Geometri dianggap mempunyai banyak
aplikasi dalam matematika dan kehidupan nyata, yang juga banyak mengandung
unsur problem solving-nya.
2. Tahap-Tahap
Pembelajaran Geometri
Tahap pertama anak belajar geometri adalah topologi. Mereka belum
mengenal jarak, kelurusan, dan lainnya. Karena itu mulai belajar geometri
supaya mulai dengan lurus-lurus, lengkungan, lengkungan-lengkungan tertutup,
lengkungan-lengkungan terbuka, daerah dalam lengkungan, lengkungan sederhana
dan lainnya.
Hiele dalam Ruseffendi (2006 : 161-163) berpendapat bahwa ada lima
tahapan anak belajar geometri, yaitu :
1)
Tahap Pengenalan
Pada tahap ini, siswa sudah mengenal bentuk-bentuk geometri
seperti segitiga, kubus, bola, lingkungan, dan lain-lain. Tetapi ia belum
memahami sifat-sifatnya.
2)
Tahap Analisis
Pada tahap ini, siswa sudah dapat memahami sifat-sifat konsep
atau bentuk geometri. Misalnya: siswa mengetahui dan mengenal bahwa sisi
persegi panjang yang berhadapan itu sama panjang, bahwa panjang kedua
diagonalnya sama panjang dan memotong satu sama lain sama panjang dan
lain-lain.
3)
Tahap Pengurutan
Pada tahap ini, selain siswa sudah mengenal bentuk-bentuk
geometri dan memahami sifat-sifatnya, ia sudah dapat
mengurutkan bentuk
- bentuk
geometri yang satu dengan yang lain berhubungan.
4)
Tahap deduksi
Pada tahap ini, berfikir deduktifnya
sudah mulai tumbuh tetapi belum berkembang dengan baik. Matematika adalah ilmu
deduktif, karena pengambilan kesimpulan, pengambilan dalil harus dilakukan
secara deduktif. Pada tahap ini, siswa sudah dapat memahami pentingnya
pengambilan kesimpulan secara deduktif itu. Misalnya ia dapat melihat bahwa
kesimpulan yang diambil secara induktif itu mungkin bisa keliru.
5)
Tahap keakuratan
Pada tahap ini, siswa sudah dapat memahami bahwa adanya
ketepatan dari yang mendasar itu penting.
Pembelajaran pengenalan
geometri anak diajarkan untuk mengenal beberapa bentuk seperti lingkaran, bujur
sangkar, segitiga, segi lima, belah ketupat dan trapesium. Merupakan awal dari
pengenalan bentuk geometri pada saat anak menerapkan kegiatan mengelompokkan
benda.
Kegiatan mengenal bentuk
geometri dapat dilakukan dengan mengamati lingkungan sekitar dan mencari
bentuk-bentuk yang akan diperkenalkan pada saat belajar mengenal bentuk dan
diperkenalkanlah pada anak bentuk bujur sangkar, segitiga, lingkaran dan aneka
bentuk lainnya, kemudian beri kesempatan anak untuk belajar mengamati bentuk
geometri melalui kegiatan mengelompokkan benda berdasarkan bentuk geometri yang
sama.