Salah
satu perkembangan baru dalam ”Dunia“ management adalah diperkenalkannya pada
sekitar permulaan tahun 50-an. Suatu konsep baru yang sekarang dikenal denga
istilah “ Management By Objective” yang pada umumnya disingkat menjadi “MBO”.
Ternyata sumbangan konsepsi ini
terhadap peningkatan kemampuan organisasi mencapai tujuannya cukup besar
meskipun ada kalanya hasil penerapan konsepsi”MBO” ini mengalami kegagalan
juga. Kegagalan ini pada dasarnya adalah diakibatkan oleh penekanan aplikasi
dan persepsi orang terhadap MBO yang kurang tepat, atau bahkan salah, bukan
kesalahan dalam konsepsinya sendiri.
Pengertian “MBO”
Dari segi pengertian dapat dikatakan
bahwa “MBO” adalah suatu sistem yang dinamis yang berusaha untuk memperjelas
dan mencapai tujuan pertumbuhan organisasi dengan kebutuhan manager untuk
memberikan sumbangannya yang nyata sambil mengembangkan dirinya.
Tegasnya MBO adalah suatu cara yang
efektif unutk memimpin suatu organisasi.
Jika suatu organisasi telah mempergunakan “MBO” maka akan
terlihat bahwa dalam organisasi tersebut terus-menerus terjadi proses:
1.
Peninjauan secara kritis daripada dan perumusan kembali
rencana organisasi, baik yang bersifat strategis maupun yang bersifat taktis.
2.
Usaha memperjelas bersama setiap manajer hasil-hasil
yang bersifat menentukan dan prestasi yang membaku yang harus dicapainya serta
mempertegas sumbangan dan komitmen yang diharapkan. Dapat diberikannya baik
selaku perorangan maupun suatu anggota suatu team.
3.
Usaha mencapai kesepakatan dengan setiap manajer
tentang usaha/rencana peningkatan kemampuan kerja yang secara nyata terlihat
dan dapat diukur dalam rangka pencapaian tujuan sesuatu satuan kerja dan tujuan
organisasi sebagai keseluruhan.
4.
Menciptakan suasana dan kondisi kerja yang memungkinkan
tercapainya hasil yang bersifat menentukan rencana perbaikan, dengan sasaran
utama :
a. Susunan
organisasi yang memberikan kepada seorang manajer kebebasan yang maksimum dan
fleksibilitas dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan operasional,
b. Informasi yang diperlukan manajemen dalam rangka usaha pengendalian yang efektif yang pada gilirannya akan mempermudah pengambilan keputusan.
5. Mempergunakan suatu sistem penilaian kemampuan kerja untuk mengukur kemajuan yang dicapai dalam rangka pencapaian tujuan dan penilaian potensi untuk mengindentifikasikan pegawai yang mempunyai kemampuan dan potensi untuk berkembang.
6. Mengembangkan suatu rencana pengembangan manajemen untuk :
a. Membantu setiap manajer mengatasi kelemahan-kelemahannya.
b. Meningkatkan dan memanfaatkan kekuatan-kekuatan yang ada pada dirinya.
c. Meningkatkan kesadaran dan kemampuan mengembangkan diri sendiri.
7. Memperkuat motivasi seorang manajer melalui perencanaan, seleksi, penggajian dan pergantian.
Keuntungan Penerapan “MBO” Keuntungan – keuntungan yang dapat diperoleh dengan penggunaan “MBO” dapat digolongkan ke dalam 2 golongan besar, yaitu :
1. Keuntungan bagi organisasi sebagai keseluruhan
2. Keuntungan ditinjau dari “Kacamata” para manajer.
Bagi organisasi keuntungan – keuntungan itu adalah :
1. Dengan penerapan MBO usaha perorangan dan usaha bersama benar-benar ditujukan pada pelaksanaan tugas-tugas yang benar-benar penting. Bagi kemajuan organisasi, bukan usaha yang bagaimanapun baiknya dalam pelaksanaan, tidak mempunyai nilai strategis bagi organisasi.
2. Terciptanya suatu keseimbangan yang tepat antara inovasi, fleksibilitas dan pendekatan “task force” dengan keperluan untuk bekerja secara efektif dalam suatu hirearki yang tersusun rapi demi kelancaran pelaksanaan tugas organisasi.
3. Identifikasi permasalahan yang menghambat perkembangannya kemampuan yang tinggi.
4. Peningkatan moral dan dedikasi yang timbul sebagai akibat keterlibatan manajer dalam pengembangan organisasi.
5. Dimungkinkannya usaha identifikasi secara tepat dari pegawai yang mempunyai potensi untuk berkembang yang sangat memudahkan proses pergantian para manajer.
6. Pelaksanaan pelatihan bagi manajer dengan lebih baik serta biaya yang lebih rendah.
7. Perbaikan dalam pelaksanaan fungsi pengawasan dan mempermudah penentuan standar pengawasan tugas.
Di samping keuntungan pokok di atas, para manajerpun memperoleh keuntungan pula, antara lain dalam bentuk :
1. Kesempatan yang lebih besar untuk memberikan sumbangan yang lebih nyata serta menerima tanggung jawab yang lebih besar.
b. Informasi yang diperlukan manajemen dalam rangka usaha pengendalian yang efektif yang pada gilirannya akan mempermudah pengambilan keputusan.
5. Mempergunakan suatu sistem penilaian kemampuan kerja untuk mengukur kemajuan yang dicapai dalam rangka pencapaian tujuan dan penilaian potensi untuk mengindentifikasikan pegawai yang mempunyai kemampuan dan potensi untuk berkembang.
6. Mengembangkan suatu rencana pengembangan manajemen untuk :
a. Membantu setiap manajer mengatasi kelemahan-kelemahannya.
b. Meningkatkan dan memanfaatkan kekuatan-kekuatan yang ada pada dirinya.
c. Meningkatkan kesadaran dan kemampuan mengembangkan diri sendiri.
7. Memperkuat motivasi seorang manajer melalui perencanaan, seleksi, penggajian dan pergantian.
Keuntungan Penerapan “MBO” Keuntungan – keuntungan yang dapat diperoleh dengan penggunaan “MBO” dapat digolongkan ke dalam 2 golongan besar, yaitu :
1. Keuntungan bagi organisasi sebagai keseluruhan
2. Keuntungan ditinjau dari “Kacamata” para manajer.
Bagi organisasi keuntungan – keuntungan itu adalah :
1. Dengan penerapan MBO usaha perorangan dan usaha bersama benar-benar ditujukan pada pelaksanaan tugas-tugas yang benar-benar penting. Bagi kemajuan organisasi, bukan usaha yang bagaimanapun baiknya dalam pelaksanaan, tidak mempunyai nilai strategis bagi organisasi.
2. Terciptanya suatu keseimbangan yang tepat antara inovasi, fleksibilitas dan pendekatan “task force” dengan keperluan untuk bekerja secara efektif dalam suatu hirearki yang tersusun rapi demi kelancaran pelaksanaan tugas organisasi.
3. Identifikasi permasalahan yang menghambat perkembangannya kemampuan yang tinggi.
4. Peningkatan moral dan dedikasi yang timbul sebagai akibat keterlibatan manajer dalam pengembangan organisasi.
5. Dimungkinkannya usaha identifikasi secara tepat dari pegawai yang mempunyai potensi untuk berkembang yang sangat memudahkan proses pergantian para manajer.
6. Pelaksanaan pelatihan bagi manajer dengan lebih baik serta biaya yang lebih rendah.
7. Perbaikan dalam pelaksanaan fungsi pengawasan dan mempermudah penentuan standar pengawasan tugas.
Di samping keuntungan pokok di atas, para manajerpun memperoleh keuntungan pula, antara lain dalam bentuk :
1. Kesempatan yang lebih besar untuk memberikan sumbangan yang lebih nyata serta menerima tanggung jawab yang lebih besar.
2.
Hubungan dengan rekan setingkat yang membaik berkat
keterlibatan “task force” dalam
rangka pemecahan masalah termasuk masalah yang berada dalam ruang lingkup
wewenangnya.
3.
Berkurangnya frustasi karena kerangka tujuan dan
sasaran organisasi serta batas wewenangnya lebih jelas.
4.
Komunikasi dengan atasan, rekan setingkat dan bawahan
membaik terutama yang menyangkut hal-hal yang penting.
5.
Kesempatan yang bertambah besar untuk pertumbuhhan
pribadi, diperkuat oleh pengetahuan bahwa organisasi secara sistematis
merencanakan latihan dan pergantian.
6.
Pengakuan oleh atasan terhadap kemampuan kerja, berkat
adanya standar penilaian yang objektif dan pengawasan yang lebih terarah.
7.
Sistem perangsang material dan kenaikan
pangkat/jabatan yang lebih adil.
Faktor-faktor yang mendorong timbulnya “MBO”
Dapat dipastikan
bahwa “MBO” bukan usaha yang pertama yang dilakukan oleh manusia dalam
pengembangan organisasi. Usaha-usaha tersebut banyak yang gagal dan terlalu
banyak jika dibahas disini. Kiranya cukup untuk mengatakan bahwa sepanjang
diketahui sekarang usaha – usaha tersebut gagal karena faktor-faktor sebagai
berikut :
1.
Kegagalan mengintegrasikan usaha pengembangan
organisasi dan pengembangan diri sesuai dengan rencana organisasi.
2.
Penekanan pada orang bukan Performance
3.
Prosedur yang mekanistis
4.
Generalisasi tentang kemampuan berkembang.
5.
Penekanan terlalu kuat terhadap promosi.
6.
Pengembangan staf : tanggung jawab manajer.
7.
Pengembangan staf dengan teknik rutin.
8.
Hasil pengembangan staf yang dapat diukur.
Alasan-alasan
lain mengapa “MBO” berkembang dengan pesat adalah :
1.
Semakin kompleksnya tugas manajer sebagai akibat
organisasi-organisasi modern, dan timbulnya pendekatan-pendekatan baru dalam
ilmu manajemen yang berwujud teknik-teknik modern.
2.
Tidak tersedianya manajer yang “Generalis” dalam
kuantitas yang memadai, tetapi sebaliknya jumlah “ Spesialis “ terlalu banyak.
3.
Masalah pergantian pimpinan yang selalu dihadapi oleh
setiap organisasi, baik karena proses alamiah atau perpindahan manajer dari
suatu organisasi ke organisasi lain.
4.
Kekurangmampuan lembaga pendidikan dan latihan untuk
menghasilkan tipe-tipe manajer yang diperlukan oleh organisasi.
5.
Timbulnya gejala-gejala di angkatan tua untuk merasa
puas terhadap hasil-hasil yang telah mereka capai baik ditinjau dari segi
materi maupun karir.
6.
Meluasnya usaha-usaha niaga sampai keluar batas
sesuatu negara dalam bentuk yang sekarang kita kenal dengan “multi national corporations (MNC)” yang
demi efektivitas usaha memerlukan suatu kebijaksanaan desentralisasi dan
pendelegasian wewenang pada tingkat yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
Jelaslah bahwa program pengembangan manajemen dalam
rangka “MBO” menjadi mutlak untuk mencapai sasaran-sasaran sebagai berikut :
1.
Agar suatu metoda yang efektif untuk menilai kemampuan
kerja para manajer dapat diciptakan,
2.
Menggalakkan keinginan para manajer untuk meningkatkan
kemampuannya,
3.
Memungkinkan pengadaan dan mempertahankan “tinggalnya”
manajer muda dengan kaliber tinggi dalam organisasi,
4.
Memberikan pelatihan bermutu bagi manajer agar lebih
mampu melaksanakan tugas sekarang dan mempersiapkan mereka untuk jabatan yang
lebih tinggi dan tanggung jawab yang lebih besar di kemudian hari,
5.
Menciptakan kriteria-kriteria objektif dalam menilai
kemampuan para manajer,
6.
Merumuskan pergantian para manajer secara teratur di
masa depan.
Bagi
organisasi modern pengembangan staf secara sistematis manjadi suatu keharusan
mutlak pula mengingat pentingnya “Team
Building“ dalam manajemen. Artinya, keberhasilan organisasi mencapai
tujuannya tidak semata-mata tergantung atas kemampuan orang per orang, akan tetapi
kemampuan menggabungkan kemampuan individu menjadi kemampuan team.
“Team Building” mengandung
unsur-unsur yang perlu dipelihara dan dikembangkan terus menerus seperti :
1.
Kesatuan bahasa yang menyangkut tugas pokok organisasi
2.
Keterbukaan sistem komunikasi organisasi
3.
Saling percaya mempercayai
4.
Saling mendukung
5.
Kerelaan menyelesaikan perbedaan-perbedaan pendapat
secara dewasa, lugas dan objektif.
6.
Penugasan-penugasan yang bersifat team dan perorangan
7.
Pemanfaatan keahlian khusus dari para anggota team.
8.
Keikhlasan menerima kepemimpinan seseorang dalam team
Memulai Usaha Penerapan MBO
Banyak
cara yang ditempuh oleh suatu organisasi dalam menerapkan prinsip-prinsip “MBO”
cara apa yang paling tepat bagi organisasi “A” belum tentu merupakan cara yang
terbaik pula bagi organisasi “B”. Meskipun demikian pengalaman membuktikan
bahwa penerapan “MBO” akan lebih terjamin apabila:
1.
Usaha penggunaan MBO mendapat dukungan dari pimpinan
teras organisasi
2.
Ada usaha untuk meneliti organisasi guna menentukan
titik permulaan penerapan yang paling tepat. Penelitian itu terutama
dimaksudkan untuk menentukan jawaban terhadap beberapa pertanyaan penting
seperti :
- Apakah cara pendekatan bersifat Pilot Project ?
- Atau apakah penerapan “MBO” sekaligus
diberlakukan bagi seluruh organisasi?
- Metoda apa yang sekarang berlaku untuk merumuskan
dan mencapai tujuan?
- Bagaimana struktur organisasi yang berlaku
sekarang ?
- Sistem informasi yang bagaimana terdapat sekarang
?
- Bagaimana sifat hubungan yang terdapat antara
orang-orang dalam organisasi ?
- Apakah sudah ada program pengembangan manajemen?
Jika “Ya” apa kekuatan dan kelemahan-kelemahannya? Jika “Tidak” mengapa ?
3.
Memilih dan melatih penasehat untuk membantu proses
penerapan “MBO”.
4.
Memberikan penjelasan secara tuntas kepada semua unsur
pimpinan dalam organisasi agar mereka memahami sepenuhnya maksud dan keuntungan
yang akan diperoleh dari pentahapan penerapan “MBO” dalam organisasi.
5.
Melakukan pengkajian yang mendalam tentang tujuan
organisasi, atau paling sedikit berbarengan dengan analisa masing-masing tugas.
6.
Mengusahakan keterlibatan semua pihak dalam proses
penerapan “MBO”
7.
Memulai usaha penggunaan “MBO” pada satuan – satuan
organisasi yang melaksanakan tugas pokok, baru kepada satuan-satuan organisasi
penunjang.
8.
Menangani masalah “MBO” dengan dua pendekatan
sekaligus, yaitu dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.
9.
Mengusahakan ketelitian dan kecermatan pelaksanaan
“MBO” dalam organisasi.
10. Melakukan
penilaian atas faktor-faktor yang mendorong dan menghalangi keberhasilan
penerapan “MBO” dalam organisasi.
Penentuan Sasaran
Telah
terlihat di muka langkah pertama yang harus diambil dalam penerapan “MBO” ialah
menciptakan kesatuan bahasa tentang sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi.
Salah satu hasil daripada studi
tentang organisasi yang dilakukan dalam rangka usaha memperkenalkan “MBO”
adalah penemuan tentang ada atau tidaknya kesatuan bahasa tersebut.
Seandainya kesatuan bahasa telah
ada, langkah berikutnya adalah menganalisa hasil-hasil yang dicapai, baik oleh
satuan-satuan organisasi maupun oleh masing-masing manajer dalam kaitannya
dengan sasaran yang telah ditentukan untuk dicapai oleh organisasi secara
keseluruhan.
Wahana yang dapat digunakan untuk
penganalisaan tersebut adalah dengan cara diskusi antara top manajemen dengan
para menajer eselon yang lebih rendah. Dalam diskusi terbuka demikian keinginan
dan interpretasi top manajemen dapat disinkrokan dengan pengalaman – pengalaman
manajer lainnya selaku pimpinan kegiatan-kegiatan operasional lainnya.
Apabila setelah diskusi itu keputusan
diambil langkah berikutnya adalah merumuskan langkah-langkah penyempurnaan yang
disusun bersama. Pentingnya usaha bersama dalam merumuskan tindakan-tindakan
perbaikan adalah bahwa dalam pelaksanaan, para manajer akan merasa bertanggung
jawab atas keberhasilan pelaksanaan tindakan perbaikan itu karena keterlibatan
mereka dalam memutuskan bahwa langkah-langkah perbaikan itu harus diambil.
Pada tingkat top manajemen, beberapa
pertanyaan yang harus diusahakan terjawab antara lain adalah :
1.
Untuk apa organisasi diciptakan ?
2.
Apa misi yang harus diembannya ?
3.
Apa tugas pokok dan fungsinya ?
4.
Apa dasar eksistensi organisasi ?
5.
Siapa “Langganan” utama organisasi ?
Cara termudah untuk menjawab pertanyaa-pertanyaan
ini adalah setiap anggota top manajemen membuat definisi tersendiri atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut, untuk kemudian didiskusikan untuk memperoleh
konsensus.
Tindak
lanjut konsensus yang dicapai adalah mengindentifikasikan bidang-bidang penting
yang perlu mendapat perhatian khusus seperti :
1.
Usaha terpadu
2.
Kesatuan gerak organisasi,
3.
Inovasi
4.
“Standing Organisasi”
5.
Produktivitas
6.
Sumber untuk digerakkan
7.
Prestasi dan pengembangan manajemen
8.
Prestasi, sikap, perilaku, loyalitas dan disiplin
karyawan
9.
Tanggapan publik
10. Sistem
umpan balik
Yang kesemuanya diarahkan secara terkoordinasi
kepada pencapaian tujuan organisasi.
Perhatian
terus menerus terhadap bidang-bidang tersebut akan memungkinkan terjadinya :
1.
Perumusan rencana strategis bagi organisasi
2.
Penyusunan rencana taktis untuk dilaksanakan
3.
Analisa tentang hasil yang dicapai
4.
Usaha-usaha penyempurnaan dan perbaikan yang perlu
dilakukan
5.
Peninjauan secara berkala kebijaksanaan yang telah
ditetapkan
6.
Proses pengambilan keputusan yang lebih tepat
7.
Cara pengawasan baik preventif maupun resesif yang
lebih efektif.
Analisa Yang Dicapai
Adalah sangat penting bagi suatu
organisasi untuk memiliki suatu rencana stategis dan rencana pelaksanaan akan
tetapi rencana strategis dan rencana operasional itu hanya mempunyai arti
apabila setiap manajer sepakat dengan atasannya, hasil karya apa yang
diharapkan, dan bagaimana hasil karya itu mendukung tercapainya tujuan
organisasi sebagai keseluruhan.
Penganalisaan hasil yang dicapai
dimaksudkan untuk mengetahui hal-hal sebgai berikut ini ;
1.
Kesepakatan dikalangan manajer tentang pentingnya
hasil-hasil yang dicapai dikaitkan dengan misi dan tugas pokok organisasi
2.
Kesepakatan tentang rencana perbaikan dan peningkatan
hasil-hasil yang telah dicapai
3.
Memperjelas apa yang diharapakan dari setiap manajer,
baik selaku individu maupun selaku pimpinan satuan organisasi,
4.
Identifikasi tugas-tugas yang peranannya penting dalam
pencapaian tujuan
5.
Kesepakatan tentang standar dan ukuran hasil pekerjaan
yang dilakukan oleh setiap manajer dan setiap bawahannya,
6.
Kesepakatan tentang uraian tugas :
- Satuan organisasi,
- Setiap manajer,
- Setiap orang di dalam organisasi
7.
Tingkat dan sifat keterlibatan manajer dalam proses :
- Analisa kebijaksanaan,
- Perumusan kebijaksanaan
- Pengambilan keputusan
- Pendelegasian wewenang
- Sistem umpan balik
8.
Sifat dari tindakan-tindakan disiplin, agar apabila
diperlukan dapat diambil secara obkjektif
9.
Kriteria – kriteria dan jenis sifat sistem perangsang
bagi mereka yang berhasil.
10. Ketegasan
tentang “Peraturan Permainan” yang harus ditaati oleh setiap orang dalam
organisasi.
Tinjauan Prestasi dan Potensi Manajer
Agar “MBO”
berfungsi sebagaimana mestinya, suatu hal yang perlu pula dilaksanakan adalah
tinjauan secara berkala tentang prestasi para manajer untuk melaksanakan tugas
yang dibebankan kepadanya sekarang untuk dikaitkan dengan potensinya untuk
berkembang untuk menjadi pimpinan yang lebih tinggi di masa depan.
Untuk melakukan tinjauan tersebut
seorang pejabat pimpinan atasan menganalisa sampai sejauh mana hasil-hasil
penting dicapai oleh seorang manajer bawahan dan sampai sejauh mana rencana
perbaikan yang harus dilaksanakannya sudah menjadi kenyataan.
Meskipun secara teoritis setiap
atasan melakukan tinjauan tersebut secara terus menerus sebagai bagian integral
dari kegiatan manejerialnya, tinjauan secara formal perlu pula dilakukan.
Tinjauan demikian harus bersifat edukatif dan membina dus bersifat positif,
bukan untuk mencari kesalahan dan funitif, dus bukan bersifat negatif.
Malahan alangkah baiknya tinjauan
dilakukan atas permintaan dan prakarsa dari manajer yang prestasinya ditinjau.
Tinjauan
Potensi
Atas dasar hasil tinjuan atas
prestasi yang telah diadakan tinjauan
mengenai potensi seorang manajer. Empat pertanyaan yang harus terjawab adalah :
1.
Apakah manajer yang ditinjau potensinya sudah matang
untuk dipromosikan ?
2.
Apakah terdapat petunjuk kuat bahwa kepadanya perlu
diberikan kesempatan yang dipercepat ?
3.
Bimbingan dan pelatihan apa yang masih diperlukan
olehnya agar siap untuk promosi ?
4.
Apakah ia akan lebih berhasil apabila ia
dialihtugaskan ke bidang yang lain ?
Kiranya jelas bahwa agar tinjauan itu benar-benar
mencapai sasarannya, di samping prestasi yang telah ditunjukkannya, tinjauan
potensi ini perlu mempertimbangkan banyak faktor agar subjektivitas dapat
dibatasi seminimum mungkin bahkan
apabila mungkin dihilangkan sama sekali.
Faktor-faktor
tersebut antara lain adalah :
1.
Perkiraan keadaan masa depan yang akan berpengaruh
terhadap organisasi,
2.
Relevansi dari pada keadaaan demikian dengan rencana
strategi organisasi yang apabila perlu ditinjau kembali,
3.
Perencanaan tenaga kerja secara menyeluruh termasuk
tenaga kerja manajerialnya
4.
Perkembangan teknologi
5.
Jenis dan komposisi stakeholders yang akan dihadapi di masa depan
6.
Manajerial skill dan knowhow yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas di masa depan,
7.
Potensi berkembang dari berbagai tipe manajer yang
terdapat di dalam organisasi
Agar tinjauan potensi ini benar-benar mencapai sasaran sangat
penting pula untuk menegaskan promotional
and succesion policies dari pimpinan
organisasi. Hal ini penting agar setiap orang di dalam organisasi mengetahui
tangga-tangga karir apa yang dapat dilaluinya sepanjang ia mampu membuktikan
kemampuan kerjanya.
Di dalam pelaksanaannya, tinjauan tersebut dilakukan atas
dasar asas-asas sebagai berikut :
1.
Yang ditinjau adalah hasil karya seseorang, bukan
orangnya an sich,
2.
Pusat perhatian hendaknya ditujukan untuk cara – cara
perbaikan yang dapat ditempuh : dus, berorientasi ke masa depan bukan masa lalu
3.
Mengusahakan partisipasi dari manajer yang
bersangkutan bahkan usahakan agar dia yang memprakarsai peninjauan.
4.
Mengusahakan agar peninjauan dilakukan terus menerus
oleh setiap manajer terhadap bawahannya langsung.
5.
Perlu adanya pembedaan dalam tinjauan prestasi
sekarang dengan potensi berkembang di masa depan
6.
Tinajauan prestasi dikaitkan dengan sistem penggajian
dan perangsang yang diberikan
7.
Apabila diperlukan berikan kesempatan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan manajer yang ditinjau melalui kegiatan pendidikan
dan pelatihan.
Usaha Latihan Bagi Manajer
Yang dimaksud dengan latihan adalah
usaha yang sistematis untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
seorang manajer melalui pengajaran, demontrasi, praktek di lapangan dan
pengalaman yang berencana untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan masa depan
organisasi.
Pelaksanaan pelatihan harus
dilaksanakan agar efisien, efektif terarah dan merupakan bagian yang integral
dari usaha-usaha pengembangan manajemen. Agar usaha latihan memenuhi sasarannya
hal-hal dibawh ini perlu mendapat perhatian yaitu :
1.
Perlu adanya suatu analisa tentang kebutuhan akan
latihan
2.
Sorotan perhatian ditujukan kepada latihan jabatan,
karena pengetahuan keterampilan dan sikap yang meningkat dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan pelaksanaan tugas
3.
Perlu mengetahui kebutuhan seorang yang hendak dilatih
yang dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti rotasi penugasan, bacaan
terpimpin, perbantuan sementara waktu selaku pendamping seorang top manajer,
penugasan untuk melakukan suatu proyek khusus, keanggotaan dalam panitia,
pengiriman ke konferensi, lokakarya, simposium dan sejenisnya serta dorongan
kuat untuk menjadi anggota organisasi-organisasi profesi.
4.
Penggunaan teknik mengajar seperti :
a.
Kuliah
b.
Ceramah
c.
Pengajaran keterampilan
d.
Diskusi
e.
Role
Playing
f.
Studi Kasus
g.
Praktek pemecahan masalah
h.
Proyek latihan
i.
Teknik In-basket
j.
Management
Games
k.
Stimulasi
l.
Teknik Group
dynamics
5. Pelaksanaan
latihan di tempat tugas (on-the-job-training)
di samping latihan jabatan yang dilakukan di luar tempat pekerjaan (off-the-job-training)
6.
Pengiriman manajer ke lembaga – lembaga pendidikan dan
latihan secara selektif tergantung atas kebutuhan manajer dan jenis latihan
yang tersedia pada lembaga-lembaga tersebut.
7.
Pergunakan latihan untuk membina manajer agar semakin
mampu dan bukan sebagai alat untuk menunjukkan kelemahannya
8.
Latihan seyogyanya berorientasi ke masa depan tanpa
melupakan kemampuan untuk masa kini.
9.
Perlunya memonitor disiplin manajer yang sedang
mengikuti latihan seperti kehadiran, penyelesaian pekerjaan rumah, dan
sejenisnya.
10. Evaluasi
hasil latihan untuk melihat relevansinya dengan kebutuhan manajer yang dilatih
dalam kaitannya dengan pengembangan manajemen.
Sistem dan Kebijaksanaan Penggajian
Salah
satu sistem insentif yang merupakan daya
tarik bagi orang untuk datang dan
“tinggal” dalam suatu organisasi adalah gaji yang menarik. Artinya sistem
penggajian dan kebijaksanaan pelaksanaannya perlu dikembangkan sedemikian rupa
agar :
1.
Gaji mendapat sistem perangsang yang adil
2.
Gaji merupakan imbalan atas jasa yang diberikan oleh
seseorang pada organisasi
3.
Gaji merupakan perangsang untuk berbuat lebih banyak
dan lebih baik, bukan sekedar “upah” atas pekerjaan yang dilakukan
4.
Gaji mempunyai kaitan langsung dengan biaya hidup
5.
Gaji seimbang dengan apa yang diberikan oleh
organisasi lain dalam wilayah geografis yang sama untuk tingkat yang serupa
6.
Gaji dibuat fleksibel dalam arti tidak terlalu sukar
disesuaikan dengan perkembangan keadaan seperti perkembangan harga, fasilitas
hidup dan sebagainya.
7.
Gaji dilengkapi dengan perangsang lainnya seperti
jaminan sosial, jaminan hari tua, libur atas biaya organisasi, fasilitas
kendaraan, fasilitas rumah dan sejenisnya.
Kesemuanya itu dikembangkan dan
dilaksanakan sesuai dengan kemampuan organisasi artinya keinginan pimpinan
organisasi memberikan perangsang yang menarik bagi para manajer dan karyawannya
perlu disertai oleh kebijaksanaan yang realitas yang dapat dipikul oleh
organisasi.
Pengembangan Organisasi
Hal-hal
yang telah dibahas dari bagian terdahulu dari makalah ini dimaksudkan untuk
menunjukkan betapa pentingnya menerapkan prinsip-prinsip “MBO” dalam organisasi
modern agar organisasi melalui penggunaan dan penerapan orang dalam organisasi
semakin mampu untuk melakukan kegiatannya dengan lebih efisien, efektif
ekonomis, produktif, cepat dan cermat.
Artinya betapapun pentingnya peranan
orang yang akhirnya harus terlihat akibat penerapan “MBO” adalah ketangguhan
organisasi bukan saja mempertahankan eksistensinya, akan tetapi yang lebih
penting lagi meningkatkan potensinya di masa depan yang akan lebih menjamin
kelangsungan hidup organisasi yang bersangkutan.
Jelasnya usaha penerapan “MBO”
adalah sebagian dari pada usaha institution
building. Karenanya pengembangan organisasi menjadi sangat penting dalam
usaha organisasi, pertanyaan-pertanyaan berikut ini perlu mendapat perhatian :
1.
Apakah struktur organisasi sudah tepat dalam arti
dapat menampung semua tugas dan fungsi yang harus dilakukan secara melembaga ?
2.
Apakah organisasi telah memperhitungkan secara tepat
penggunaan manusia dalam organisasi ?
3.
Bagaimana tentang pembagian tugas : Apakah sudah jelas
dan dimengerti oleh semua anggota organisasi ?
4.
Apakah wewenang dan tanggung jawab telah terbagi
dengan tepat serta dipahami dan diterima oleh orang-orang di dalam organisasi ?
5.
Apakah dieliminasi tugas pokok dan tugas penunjang
telah dibuat ?
6.
Sampai sejauh mana garis komando dipahami dan diikuti
oleh para pelaksana tugas pokok organisasi ?
7.
Apakah hierarki pengawasan telah ditaati ?
8.
Apakah organisasi disusun sedemikian rupa sehingga
mudah melakukan perubahan apabila dituntut oleh perkembangan keadaan di kemudian hari ?
9.
Apakah pelaksanaan tugas-tugas penting tetapi tidak
perlu diperhitungkan ?
10. Apakah
sudah ada wahana untuk mencegah usaha empire
building oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi ?