1. Pestalozzi
Ia lahir di Zurich tahun 1746, dan
hidup di kawasan pertanian. Usaha pertaniannya diubah menjadi “rumah perawatan
anak-anak terlantar”. Ia mengajarkan membaca, menulis dan berhitung. Ia
mengembangkan pendidikan dan persekolahan. Azas-azas dan syarat-syarat
pendidikan Pestalozzi adalah sebagai berikut :
- Menolong rakyat jelata dengan memberikan pendidikan
dan pengajaran
- Pendidikan sebagai satu bagian dari pemimpinan dan
perkembangan manusia
- Hakikat pendidikan dinamakan perkembangan manusia
- Perkembangan manusia dilakukan dari kealaman
melalui kemasyarakatan ke arah kesusilaan
- Pendidikan paling mudah dan baik di dalam keluarga
- Pendidikan sebagai penuntun dari keliaran ke arah
kesusilaan dilakukan dalam 3 lapangan :
1. pendidikan otak :
pengajaran
2. pendidikan hati :
pendidikan kesusilaan dan keagamaan
3. pendidikan tangan :
untuk mencapai ketangkasan tangan
- Unsur pengajaran : bentuk, bilangan dan perkataan
dan disampaikan secara nyata dan berkesinambungan
- Tugas pendidikan untuk mendidik manusia agar
mencintai sesama manusia supaya berbudi bahasa yang baik, manis dan halus
Hal yang penting dari Pestalozzi ialah ia telah
menciptakan metode-metode dalam pendidikan dan pengajaran, sebagai cara yang
sistematis. Metode ini yang kemudian disebut MENTOR. Ia juga yang menjadi
pelopor sistem mentor.
2. Friedrich
Frobel (1782-1852)
Pada tahun 1817 ia membuka sekolah di dekat Rudolstadt dan mempraktikan
pelajaran Pestalozzi. Pada tahun 1840 ia mendirikan sekolah untuk anak-anak
kecil di Blankenburg yang mengajarkan bermain, menyanyi dan pekerjaan tangan.
Sekolah itulah yang disebut KINDERGARTEN artinya Taman Kanak-Kanak.
Sekolah tersebut disebut Kindergarten
karena :
- Pemimpin-pemimpin atau guru diharuskan memelihara
anak-anak seperti memelihara tumbuhan yang dirawat dan dipelihara di suatu
taman.
- Sekolah itu mempunyai taman besar dan masing-masing
anak diberi sebidang tanah kecil untuk menanam tumbuhannya sendiri, untuk
mendidik dan mengembangkan rasa tanggung jawab.
Frobel merupakan orang pertama yang mendirikan Taman
Kanak-Kanak, oleh karena itu ia dianggap sebagai “Bapak Taman Kanak-Kanak”. Ia
bercita-cita “Mari, marilah kita hidup untuk kepentingan sang anak.”
3. Herbert
Spencer (1829-1905)
Ia mendasarkan ilmu pendidikannya
kepada filsafat yaitu aliran Naturalisme yang berakar dari Empirisme. Ia
berpendapat yang harus diajarkan adalah ilmu jiwa dan ilmu mendidik, sosiologi
dan sejarah, sedangkan ilmu pasti harus dipahami sebagai dasar dari semua
pengajaran, bahkan pengajaran kesenian.
Ia mengemukakan syarat-syarat yang dibutuhkan untuk mengatur dan menyusun
pengajaran sebagai berikut :
- Mulai dari yang gampang dan sederhana ke yang sukar
dan kompleks
- Dari yang tidak tentu dan tetap ke yang tentu dan
tetap
- Dari konkrit ke abstrak
- Perkembangan anak harus disejajarkan dengan
perkembangan umat manusia
- Dari pengalaman ke teori
- Harus memberikan kesempatan kepada murid untuk
mencari dan mendapatkan sendiri
- Segala pengajaran harus menarik perhatian dan
minat, menyenangkan dan menggiatkan murid.
4. Maria
Montessori (1870)
Ia seorang dokter wanita pertama di Italia dan
bekerja di sebuah rumah sakit jiwa bagian perawatan anak-anak lemah ingatan.
Menurutnya anak yang lemah ingatan bukan masalah kedokteran tetapi masalah
pendidikan. Ia mempelajari metode pendidikan untuk anak lemah ingatan dari
Seguin dan Itard.
Ia mempraktekkan teori-teorinya
dengan mendirikan “Casa del Bambini” (rumah kanak-kanak). Tempat ini berbeda
dengan sekolah biasa, seluruh peralatan dan perlengkapan disesuaikan dengan
kondisi anak-anak. Seperti kursi, meja, alat-alat dapur, lemari yang dapat
dipergunakan oleh anak-anak dan tidak membahayakan anak-anak. Disini diberikan
pendidikan jasmani di samping pendidikan rohani. Mereka diteliti dan dipimpin
perkembangan jasmaninya, diadakan latihan-latihan bercakap-cakap, pengembangan
panca indera dan pengembangan aspek-aspek kehidupan sehari-hari.
Pada tahun 1909 bukunya berjudul
“The Method of Scientific Pedagogy as Applied to Infant Eduation and The
Children’s House” yang menggambarkan metodenya untuk sekolah. Menurutnya setiap
anak memiliki potensi yang dibawa sejak lahir. Potensi ini akan berkembang jika
diberi stimulus dari luar yang diberikan dalam proses pendidikan.
Setiap anak dalam perkembangannya
memiliki kebutuhan-kebutuhan yang jika dipenuhi akan mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Pendidik yang mengetahui masa peka dimana anak membutuhkan untuk
memenuhi kebutuhannya akan mendorong si anak untuk memunculkan potensi yang
dimilikinya. Montessori membuat alat-alat dan situasi pengajaran yang
memungkinkan anak bebas memilih sesuai dengan minatnya.
Ada hal khusus yang menarik dari
ajaran Montessori, Anak bebas memilih kegiatannya dengan menggunakan alat yang
tersedia. Anak tidak diharuskan melakukan kegiatan yang sama pada waktu yang
bersamaan, seperti pengajaran klasikal. Anak yang satu bebas melakukan kegiatan
yang melatih indera pendengaran sedangkan yang lainnya melatih indera
penglihatan.
5. John Dewey
(1859)
Ia seorang Profesor Filsafat dan Pedagogik di
New York dan Columbia University dan menjadi Direktur University Elementary
School. Ia mendasarkan pedagogik pada psikologi dan sosiologi. Tujuan
pendidikannya membentuk warga negara yang baik. Ia berpendapat bahwa sekolah
haruslah berbuat (do-school) bukan sekolah-dengar atau sekolah-buku. Prinsip
belajarnya Learning by doing. Mata pelajarannya dikelompokkan pada
minat. Metodenya adalah metode proyek.
6. Jean
Piaget (1896)
Ia meneliti persoalan-persoalan
pokok dan cara mengembangkan metode Tanya jawab di klinik-klinik. Ia membagi
tahap perkembangan ke dalam 4 tahapan yaitu :
- sensorimotor (0-2 tahun)
- pra operasional (2-7 tahun)
- operasional konkrit (7-11 tahun)
- operasional formal (11-15 tahun)