Blogroll

loading...

Blogger templates

loading...

MENYIMAK SEBAGAI SALAH SATU KETERAMPILAN BAHASA ANAK USIA DINI





A.    Pendahuluan
Perkembangan merupakan suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dengan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Ciri-ciri perktumbuhan dan perkembangan anak antara lain, menimbulkan perubahan, berkolerasi dengan pertumbuhan, memiliki tahap yang berurutan dan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan berbicara dan menulis merupakan suatu proses yang menggunakan bahasa ekspresif dalam membentuk arti. Perkembangan berbicara pada awal dari anak yaitu menggumam maupun membeo. Menurut pendapat Dyson bahwa perkembangan berbicara terkadang individu dapat menyesuaikan dengan keinginannya sendiri, hal ini tidak sama dengan menulis.
Seorang bayi dari hari ke hari akan mengalami perkembangan bahasa dan kemampuan bicara, namun tentunya tiap anak tidak sama persis pencapaiannya, ada yang cepat berbicara ada pula yang membutuhkan waktu agak lama. Untuk membantu perkembangannya ibu dapat membantu memberikan stimulasi yang disesuaikan dengan keunikan masing-masing anak.
Sejalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani terutama yang bertalian dengan proses bicara, komunikasi tersebut makin meningkat dan meluas, misalnya dengan orang di sekitarnya lingkungan dan berkembang dengan orang lain yang baru dikenal dan bersahabat dengannya.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengertian bahasa dan berbicara. Bahasa mencakup segala bentuk komunikasi, baik yang’diutarakan dalam bentuk lisan. tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak tubuh, ekspresi wajah pantomim atau seni. Sedangkan bicara adalah bahasa lisan yang merupakan bentuk yang paling efektif untuk berkomunikasi, dan paling penting serta paling banyak dipergunakan. Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia anak. Orang tua sebaiknya selalu memperhatikan perkembangan tersebtut, sebab pada masa ini, sangat menentukan proses belajar. Hal ini dapat. dilakukan dengan memberi contoh yang baik, memberikan motivasi pada anak untuk belajar dan sebagainya.

B. PEMBAHASAN
1. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
         Kemampuan mengucapkan bahasa merupakan salah satu keterampilan yang berlaku cukup penting dalam keseluruhan kehidupan individu bukan hanya pada anak usia dini. Kemampuan berbahasa akan menjadi modal utama bagi anak dalam melakukan komunikasi dengan teman, guru dan juga orang dewasa lain yang ada di sekitarnya, minimalnya sebelum memasuki pendidikan formal anak sudah memiliki kemampuan berbahasa dalam satu bahasa “ibu” (Wahyudin dan Agustin, 2009:15).
         Menurut Yusuf (2005:170) perkembangan bahasa anak usia dini dapat diklasifikasikan ke dalam dua tahap (sebagai kelanjutan dari dua tahap sebelumnya) yaitu sebagai berikut.
  1. Masa ketiga (2,0-2,6) yang bercirikan:
1)     Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna.
2)     Anak sudah mampu memahami tentang perbandingan misalnya burung pipit lebih kecil dari burung perkutut, anjing lebih besar dari kucing.
3)     Anak banyak menanyakan nama dan tempat: apa, dimana, dan darimana.
4)     Anak sudah banyak menggunakan kata-kata yang berawalan dan yang berakhiran.
  1. Masa keempat (2,6-6,0) yang bercirikan:
1)     Anak sudah dapat menggunakan kalimat majemuk beserta kalimatnya.
2)     Tingkat berpikir anak sudah lebih maju, anak banyak menanyakan soal waktu, sebab akibat melalui pertanyaan-pertanyaan: kapan, kemana, mengapa, dan bagaimana.
Perkembangan bahasa anak merupakan proses biologis dan psikologis, karena melibatkan proses pertumbuhan alami dan perkembangan psikologis sebagai akibat interaksi anak dengan lingkungan. Kecepatan anak dalam berbicara (bahasa pertama) merupakan salah satu keajaiban alam  dan menjadi bukti kuat dari dasar biologis untuk pemerolehan bahasa.
Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan dan mimik muka (Yusuf, 2005:118).
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan anak. Di samping itu, bahasa juga merupakan alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain yang sekaligus berfungsi untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain (Wahyudin dan Agustin, 2009:15)..
Pada saat yang sama, perkembangan kompetensi berbahasa, yakni kemampuan untuk menggunakan seluruh  aturan  berbahasa baik untuk ekspresi (berbicara) maupun interpretasi (memberi makna), dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan anak. Selama tahun-tahun awal prasekolah, khususnya di kelompok bermain, interaksi dengan orang dewasa dan penutur lain yang lebih tua, memainkan peranan yang penting dalam mendukung perkembangan kemampuan berkomunikasi anak.
Ketika memasuki kelompok bermain, anak telah dapat memberikan sejumlah informasi dan menggunakan berbagai bentuk pertanyaan dengan menggunakan kata “apa”, “mengapa”, “kapan”, “di mana”, dan “siapa”. Mereka juga dapat berargumentasi dan dapat tertawa oleh penggunaan kata-kata yang keliru. Anak usia 4 tahun mempunyai selera humor yang relatif baik, senang terhadap rima (persajakan), teka-teki, lelucon sederhana, dan gurauan lisan. Mereka juga dapat menikmati cerita yang dibicarakan kepada mereka, khususnya ketika mereka dapat melihat ke ilustrasi gambar yang menyertai cerita tersebut.
Dalam berbahasa anak dituntut menuntaskan atau menguasai empat tugas pokok yang satu sama lain saling berkaitan. Apabila anak berhasil menuntaskan tugas yang satu, maka berarti juga ia dapat menuntaskan tugas-tugas yang lainnya. Keempat tugas itu adalah sebagai berikut.
a)     Pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain.
b)     Pengembangan perbendaharaan kata anak berkembang dimulai secara lambat pada usia dua tahun pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia prasekolah dan terus meningkat setelah anak masuk sekolah.
c)     Penyusunan kata-kata menjadi kalimat, kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat pada umumnya berkembang sebelum usia dua tahun. Bentuk kalimat pertama adalah kalimat tunggal (kalimat satu kata) dengan disertai gerakan untuk melengkapi cara berpikirnya. Contoh anak menyebut “bola” sambil menunjuk bola itu dengan jarinya. Seiring dengan meningkatnya usia anak dan keluasan pergaulannya, tipe kalimat yang diucapkannya pun semakin panjang dan kompleks.
d)     Ucapan, kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi (peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama orang tuanya). Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada usia sekitar tiga tahun. Hasil studi tentang suara dan kombinasi suara menunjukkan bahwa anak mengalami kemudahan dan kesulitan dalam huruf-huruf tertentu. Huruf-huruf yang mudah diucapkan yaitu huruf hidup (vokal) seperti i, a, e, dan u dan huruf mati (konsonan) seperti t, p, b, m dan n, sedangkan yang sulit diucapkan adalah huruf mati tunggal seperti z, w, s dan g dan huruf mati rangkap (diftong) seperti st, str, dan dr.   (Yusuf, 2005:119).         
            Ada dua tipe perkembangan bahasa anak, yaitu sebagai berikut.
1)     Egocentric speech, yaitu anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog).
2)     Socialized speech, yang terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya atau dengan lingkungannya. Perkembangan ini dibagi ke dalam lima bentuk: (a) adapted information, di sini terjadi saling tukar gagasan atau adanya tujuan bersama yang dicari, (b) critism, yang menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain, (c) command (perintah), request (permintaan), dan threat (ancaman), (d) questions (pertanyaan), dan (e) answer (jawaban)
Pada usia Taman Kanak-Kanak (4 – 6 tahun), perkembangan kemampuan berbahasa anak ditandai oleh berbagai kemampuan sebagai berikut :
  1. Mampu menggunakan kata ganti saya dalam berkomunikasi.
  2. Memiliki berbagai perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan, kata tanya dan kata sambung.
  3. Menunjukkan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu.
  4. Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan tindakan dengan menggunakan kalimat sederhana.
  5. Mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar
Perkembangan kemampuan tersebut muncul ditandai oleh berbagai gejala seperti senang bertanya dan memberikan informasi tentang berbagai hal, berbicara sendiri, dengan atau tanpa menggunakan alat seperti (boneka, mobil mainan, dan sebagainya). Mencoret-coret buku atau dinding dan menceritakan sesuatu yang fantastik. Gejala-gejala ini merupakan pertanda munculnya ke permukaan berbagai jenis potensi tersembunyi (hidden potency) menjadi potensi tampak (actual potency). Kondisi tersebut menunjukkan berfungsi dan berkembangnya sel-sel saraf pada otak. (Depdiknas, 2000:6)

2. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa
Kegiatan menyimak dapat dilakukan oleh seseorang dengan bunyi bahasa sebagai sumbernya, sedangkan mendengar dan mendengarkan bisa bunyi apa saja. Jadi, menyimak memiliki kandungan makna yang lebih spesifik bila dibandingkan dengan mendengar dan mendengarkan. Namun, sekali lagi dalam penggunaannya istilah mendengarkan dan menyimak sering digunakan secara bergantian atau disamakan artinya.
Menyimak menurut Anderson (dalam Tarigan, 2008:34) bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. Pendapat ini dipertegas oleh Tarigan (2008:31) bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalu ujaran atau bahasa lisan.
Adapun jenis-jenis menyimak yang dapat dikembangkan untuk anak Taman Kanak-Kanak adalah sebagai berikut :
1) Menyimak informatif
Menyimak atau mendengarkan informasi untuk mengidentifikasi dan mengingat fakta-fakta, ide-ide dan hubungan-hubungan. Ada beberapa kegiatan yang dapat direncanakan atau ditugaskan kepada anak untuk mengembangkan kemampuan menyimak informatif.
a)   Membiarkan/menyuruh anak menutup mata lalu menundukkan kepalanya di atas meja, kemudian suruh mereka membedakan bunyi (meraut pensil, mendorong buku, membuka pintu, mendorong kursi) lalu tanyakan kepada mereka untuk menebak suara apa yang muncul.
b)  Mengajarkan kepada anak-anak bagaimana menerima pesan telepon secara singkat.
c)   Mengajak anak-anak berjalan-jalan.
d)  Membacakan paragraf pendek tentang ilmu pengetahuan atau ilmu sosial. Kemudian ajukan pertanyaan-pertanyaan tentang apa, siapa, mengapa dan kapan. Jawabnya harus berupa pilihan dan anak harus menerangkan faktanya untuk dapat menjawab.
e)   Membaca sajak atau cerita. Kadang-kadang hilangkan sebuah kata atau kalimat pada akhir cerita, kemudian suruh anak melengkapi atau mengisi kata atau kalimat yang hilang tersebut.
f)   Ajak anak untuk menggambarkan dalam pikirannya tentang apa yang mereka dengar dari cerita yang anda bacakan. Diskusikan tentang bagaimana mereka menyusun gambaran visualnya.
g)  Menggambar sebuah objek di kertas grafik dengan garis yang lurus. Minta anak-anak untuk menandai arah utara, selatan, timur dan barat pada kertas grafik.

2) Menyimak kritis
Menyimak kritis (critical listening) adalah sejenis kegiatan menyimak berupa pencarian kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara dengan alasan-alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat. Anak-anak kita perlu belajar mendengarkan dan menyimak secara kritis atas segala ucapan atau informasi lisan untuk memperoleh kebenaran (Dawson dalam Tarigan, 2008:46). 
Secara terperinci kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak kritis, yaitu:
a.    Memperhatikan kebiasaan-kebiasaan ujaran yang tepat, kata, pemakaian kata, dan unsur-unsur kalimatnya;
b.   Menentukan alasan “mengapa”;
c.    Memahami aneka makna petunjuk konteks;
d.   Membedakan fakta dari fantasi, yang relevan dari yang tidak relevan;
e.    Membuat keputusan-keputusan;
f.    Menarik kesimpulan-kesimpulan;
g.   Menemukan jawaban bagi masalah tertentu;
h.   Menentukan informasi baru atau informasi tambahan bagi suatu topik;
i.     Menafsirkan, menginterpretasikan ungkapan, idiom, dan bahasa yang belum umum atau belum lazim dipakai;
j.     Bertindak objektif dan evaluatif untuk menentukan keaslian, kebenaran, atau adanya prasangka atau kecerobohan, kekurangtelitian, serta kekeliruan (Tarigan, 2008:46-47).
Dalam kegiatan menyimak kritis ini, seyogianyalah para penyimak mempunyai konsep. Empat konsep penting dalam menyimak kritis, yaitu:
a.    Penyimak harus yakin bahwa sang pembicara telah mendukung serta mendokumentasikan masalah-masalah yang mereka kemukakan.
b.   Penyimak mengharap agar sang pembicara mengemukakan masalah-masalah khusus.
c.    Penyimak mengharap agar sang pembicara mendemonstrasikan keyakinannya pada suatu topik tertentu.
d.   Penyimak harus percaya dan menuntut dengan tegas agar sang pembicara bergerak dari hal-hal umum ke hal-hal yang khusus (Tarigan, 2008:48).
3) Menyimak apresiatif
Menyimak apresiatif adalah kemampuan untuk menikmati dan merasakan apa yang didengar penyimak dalam jenis menyimak ini larut dalam bahan yang disimaknya. Ada tiga media yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan menyimak ini yaitu musik, bahasa dan patung visual. Adapun beberapa kegiatan yang dapat diberikan untuk meningkatkan kemampuan menyimak apresiatif pada anak adalah sebagai berikut:
a.    Membacakan anak koleksi cerita, seperti cerita binatang atau cerita lain sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak untuk mengenalkan anak pada pengulangan kata dan nyanyian yang berulang.
b.   Membacakan semua tipe puisi pada anak dan membantu mereka merespon isi puisi dengan visualisasi dan perasaan.
c.    Berbagi buku puisi bergambar, atau buku bergambar.
d.   Mengundang seorang pencerita untuk mengunjungi kelas, sehingga anak dapat belajar untuk menikmati bentuk kesenian khusus.
4) Menyimak Konsentratif
   Menyimak konsentratif (concentrative listening) sering juga disebut a study-type listening atau menyimak sejenis telaah. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak konsentratif ini, yaitu:
a.    Mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan;
b.   Mencari dan merasakan hubungan-hubungan, seperti kelas, tempat, kualitas, waktu, urutan, serta sebab-akibat;
c.    Mendapatkan atau memperoleh butir-butir informasi tertentu;
d.   Memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam;
e.    Merasakan serta menghayati ide-ide sang pembicara, sasaran, ataupun pengorganisasiannya;
f.    Memahami urutan ide-ide sang pembicara;
g.   Mencari dan mencatat fakta-fakta penting (Anderson dalam Tarigan, 2008:49).
Berbagai strategi dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Cara-cara tersebut diantaranya adalah:
a.    Tetap diam. Artinya penyimak tidak menambahkan kata-kata sewaktu terjadi keragu-raguan ketika seorang pembicara sedang berhenti.
b.   Teori dan penelitian membuktikan bahwa anak akan belajar lebih banyak jika guru mendengarkan lebih banyak.
c.    Mempertahankan kontak mata
d.   Menggunakan bahasa nonverbal
e.    Menangkap pengertian
f.    Membagi kesan mental
g.   Mendorong berbicara
h.   Partisipasi kelompok
Secara lebih khusus metode-metode yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan menyimak pada anak Taman Kanak-kanak adalah sebagai berikut :
1) Simak – Ulang Ucap
Metode simak-ulang ucap biasanya digunakan dalam memperkenalkan bunyi-bunyi tertentu seperti bunyi kendaraan, suara binatang, bunyi pintu ditutup atau juga bunyi bahasa. Bunyi bahasa atau huruf biasanya diperkenalkan pada saat pertama anak belajar membaca atau mengenal bunyi-bunyi huruf.
2) Simak – Kerjakan
Model ucapan guru berisi kalimat perintah. Anak bereaksi atas perintah guru. Reaksi anak ini dalam bentuk perbuatan.
3) Simak – Terka
Guru menyiapkan benda-benda yang tidak diketahui atau tidak diperlihatkan kepada anak. Lalu menyebutkan ciri-ciri benda tersebut dan anak ditugaskan untuk menerka benda yang dimaksud.
4) Menjawab Pertanyaan
Guru menyiapkan bahan simakan berupa cerita, sangat diharapkan taraf kesukaran cerita baik dari segi isi maupun bahasanya disesuaikan dengan kemampuan anak. Cerita tersebut juga cerita yang aktual dan menarik bagi anak. Kemudian guru membacakannya. Lalu guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan cerita tersebut.
5) Parafrase
Guru mempersiapkan sebuah puisi yang cocok untuk anak. Guru membacakan puisi tersebut. Anak menyimak dan kemudian ditugaskan menceritakan kembali isi puisi tersebut dengan kata-kata sendiri.
6) Merangkum
Guru menyiapkan bahan simakan berupa cerita yang tidak terlalu panjang. Isi dan bahasanya juga disesuaikan dengan kemampuan anak. Setelah guru menceritakan anak ditugaskan untuk menceritakan isi cerita tersebut dengan kalimat sendiri.
7) Bisik Berantai
Metode ini juga dapat Anda gunakan di Taman Kanak-kanak. Guru membisikkan suatu pesan kepada seorang anak. Atau, yang dibisikkan juga bisa berupa tiga kata berurutan sesuai tema tertentu. Lalu anak yang pertama membisikkan pesan atau kata-kata tersebut pada anak kedua. Anak kedua membisikkan pada anak ketiga dan begitu seterusnya, anak terakhir menyebutkan isi pesan itu dengan suara keras di depan kelas.
C.    Kesimpulan
Menyimak adalah kegiatan mendengarkan secara aktif dan kreatif untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikan secara lisan. Kemampuan berbahasa tidak akan dimiliki oleh seseorang kalau tidak diawali dengan kegiatan mendengarkan. Seorang anak dapat mengucapkan kata mama, papa dan sebagainya setelah ia sering dan berulang-ulang menyimak pengucapan kata-kata tersebut dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Demikian pula halnya pada saat anak belajar bahasa asing. Kegiatan mungkin diawali dengan menyimak cara pengucapan fonem, kata dan kalimat sebelum dia bisa mengucapkan sebuah kata dan menggunakannya dalam kegiatan berbicara.


DAFTAR PUSTAKA                                                                                                  
Depdiknas. (2000). Kurikulum TK dan RA. Jakarta: Depdiknas.
Muniningrum, R. (2011). Strategi Pembelajaran Instruksi Audio Interaktif. Jakarta: Depdiknas.
Sujiono, Y. (2009). Konsep Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.
Tarigan, H.G. (2008). Menyimak, Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wahyudin, U. dan Agustin, M. (2011). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung: Refika Aditama
Yusuf, S. (2005). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung:Remaja Rosdakarya





Blog Archive