Blogroll

loading...

Blogger templates

loading...

Metode Bermain Peran



1.       Pengertian Bermain Peran
Bermain peran merupakan suatu aktifitas anak yang alamiah karena sesuai dengan cara berpikir anak usia dini, yaitu berpikir simbolik. Tahap-tahap perkembangan bermain peran adalah; 1) awal pura-pura 2) pura-pura dengan dirinya 3) pura-pura dengan yang lain 4) pengganti 5) pura-pura dengan objek atau orang 6) agen aktif 7) urutan yang belum berbentuk cerita 8) urutan cerita 9) perencanaan.
Menurut Fein dan Smilansky , dalam bermain peran adalah anak menggunakan simbol, seperti kata-kata, gerakan dan mainan anak mewakili dunia yang sesungguhnya. Bermain peran sering digunakan untuk melatih keterampilan berbicara anak melalui dialog-dialog yang dibawakannya.
Untuk berdialog, sekurang- kurangnya anak harus dapat memahami apa yang dikatakan kepadanya dan berbicara dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh teman sebayanya. Dengan demikian dalam bermain peran harus mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 10 menyiapkan naskah,alat, media dan kostum yang akan digunakan dalam bermain peran; 2) menerangkan teknik bermain peran dengan cara sederhana; 3) memberi kebebasan pada anak untuk memilih peran yang disukainya;4) menetapkan peran pendengar(anak yang tidak ikut bermain); 5) menetapkan dengan jelas masalah dan peranan yang harus mereka mainkan;^0 menyarankan kalimat pertama yang baik diucapkan oleh pemain untuk memulai; 7) menghentikan permainan pada detik-detik situasi sedang memuncak dan kemudian membuka diskusi umum.
Kunci keberhasilan bermain peran dalam pengembangan bahasa di taman kanak-kanak adalah anak didik dapat mengekspresikan, berdialog dan berdiskusi diakhir kegiatan bermain peran yang telah dilaksanakan.
2.       Pengertian Metode Bermain Peran
Pengertian metode bermain peran menurut buku Metode Pengembangan Prilaku da Kemampuan Dasar AUD (Universitas Terbuka 2016:10.9) adalah memeranakan tokoh-tokoh atau benda-benda disekitar anak dengan tujuan untuk mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan pengembangan yang dilaksanakan. Tedjasaputra (1995 :43) bermain peran merupakan salah satu jenis bermain aktif, diartikan sebagai pemberian atribut tertentu terhadap benda, situasi dan anak memerankan tokoh yang ia pilih. Apa yang dilakukan anak melibatkan penggunaan bahasa yang dapat diamati tingkah laku nyata.
Metode bermain peran ini dikategorikan sebagai metode pengajaran yang berumpun pada metode perilaku yang diterapkan dalam pengajaran karakteristiknya adalah adanya kecenderungan memecahkan tugas belajar dalam sejumlah perilaku yang berurutan, konkrit dan dapat diamati. Secara eksplisit dapat dikatakan bahwa bermain peran dapat ditujukan untuk memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan antar manusia yang berkaitan dengan kehidupan anak didik.
Berdasarkan uraian diatas mengenai metode bermain peran dapat ditarik kesimpulan bahwa bermain peran merupakan permainan dimana anak memainkan peran dari tokoh yang dimainkannya untuk mengembangkan daya imajinasi anak serta keterampilan berbicara pada anak.
3.       Tujuan Metode Bermain Peran
Tujuan metode bermain peran adalah melatih keterampilan terutama keterampilan berbicara. Selain itu dengan bermain peran pembelajaran berlangsung secara aktif sehingga anak dapat belajar dengan suasana yang menyanangkan.
4.       Fungsi Metode Bermain Peran
a.       Kreatifitas
Dengan bermain peran kreativitas peserta didik dapat lebih terasah karena dalam dunia khayalan, anak bisa jadi apa saja dan melakukan apa saja sesuai dengan peran yang dimainkannya.
b.       Disiplin
Saat bermain peran, biasanya ia mengambil peraturan dan pola hidupnya sehari-hari. Misalnya saat ia bermain peran sebagai orangtua yang menidurkan anaknya, ia akan bersikap dan mengatakan seperti apa yang ia sering dilakukan dan dikatakan oleh orangtunya. Sehingga secara tak langsung, ia pun membangun kedisiplinan dan keteraturan pada dirinya sendiri.
c.       Keluwesan
Saat bermain peran, secara tidak langsung anak-anak mulai belajar untuk mengatasi rasa takut dan hal-hal yang sebelumnya berbeda bagi mereka dengan perumpamaan ini, diharapkan rasa takut atau trauma si kecil akan lebih berkurang.

Blog Archive