BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah Dasar merupakan satu bentuk
satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar yang menyelenggarakan program
pendidikan enam tahun. Keberadaannya adalah sangat urgen bagi kepentingan
pengembangan sumber daya manusia, sebab mulai pendidikan di sekolah dasar
seseorang dikembangkan untuk menguasai berbagai kemampuan dasar sebagai bekal
dirinya bagi pendidikan selanjutnya.
Tujuan
dari proses pendidikan di sekolah dasar adalah agar para siswa mampu memahami
potensi diri, peluang dan tuntutan lingkungan serta merencanakan masa depan
melalui pengambilan serangkaian keputusan yang paling mungkin bagi dirinya.
Seperi tertuang dalam kurikulum nasional bahwa tujuan akhir pendidikan dasar
adalah diperolehnya pengembangan pribadi anak didik yang :
a.
membangun dirinya dan ikut serta bertanggung jawab
terhadap pembangunan bangsa;
b.
mampu melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih
tinggi
c.
mampu hidup di masyarakat dan mengembangkan diri
sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di
sekolah dasar tidak terlepas dari pengaruh budaya masyarakat setempat. Dalam
hal ini, pembelajaran IPS adalah suatu proses sosial budaya. Guru sebagai
pengajar menyadari bahwa dalam proses pembelajaran yang dilakukan ikut
dipengaruhi oleh kepercayaan, nilai-nilai dan strategi komunikasi dan kognisi
serta pola-pola bahasa dari budaya pendukungnya.
Walaupun
pembelajaran IPS dilakukan berdasarkan kurikulum secara nasional, dalam
praktiknya tidak lepas dari pengaruh-pengaruh budaya lokal sebagaimana
terkontruksi melalui pengalaman budaya para pendukungnya. Konteks sosial budaya
akan mempengaruhi para pengambil kebijakan, pendidik, orang tua siswa, dan
masyarakat serta siswa dalam mengembangkan, menerapkan serta membentuk
pemahaman mereka mengenai pengetahuan ilmiah tentang dunia sosialnya sebagai
diajarkan dalam pembelajaran IPS.
B. Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut
maka penulis membuat makalah dengan tema “Pengaruh Budaya Lokal dalam Proses
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar”. Dari tema tersebut
dapatlah difokuskan pada hubungan tiga permasalahan utama yaitu latar konteks
budaya lokal, konteks kebijakan dan implementasi pembelajaran IPS dan dampak
pembelajaran IPS dengan berbasis budaya lokal.
C. Prosedur Pemecahan Masalah
Untuk melihat sejauh mana
pengaruh budaya lokal dalam Proses Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di
Sekolah Dasar dapat mengacu pada nilai-nilai dari budaya lokal yang ada yang
mencakup nilai-nilai, norma, kepercayaan yang berkembang dan mengakar dalam
kehidupan masyarakat sekitar.
Setelah memahami nilai-nilai budaya
lokal yang berlaku di masyarakat sekitar kemudian direkonstruksikan dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah. Proses rekonstruksi dilakukan
selama proses pembelajaran berlangsung.
Setelah proses pembelajaran
berlangsung akan terlihat sejauh mana pengaruh budaya lokal dalam proses
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah dilakukan.
D. Sistematika Uraian
Dalam penulisan makalah ini, penulis
membagi dalam beberapa bagian dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Masalah
C.
Prosedur Pemecahan Masalah
A.
Sistematika Uraian
BAB II ISI
A.
Konsep Budaya Lokal
B.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
C.
Pengaruh Budaya Lokal dalam Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar
BAB III
KESIMPULAN
BAB II
ISI
A. Konsep Budaya Lokal
Kebudayaan
merupakan seluruh total dari pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang tidak
berakar kepada nalurinya, dan yang karena itu hanya bisa dicetuskan oleh
manusia sesudah suatu proses belajar.
Karena
demikian luasnya maka kebudayaan dibagi menjadi unsur-unsur yang disebut
unsur-unsur unversal artinya unsur-unsur ini dapat ditemukan di semua
kebudayaan dunia, baik yang hidup di dalam masyarakat pedesaan yang kecil
terpencil maupun dalam masyarakat perkotaan yang besar dan kompleks.
Unsur-unsur kebudayaan itu sebagai berikut :
1. Sistem
religi dan upacara keagamaan;
2. Sistem
dan organisasi kemasyarakatan;
3. Sistem
pengetahuan;
4. Bahasa;
5.
Kesenian;
6. Sistem
mata pencaharian hidup;
7. Sistem
teknologi dan peralatan.
Budaya lokal merupakan suatu sistem
nilai-nilai yang berlaku dan dipercaya serta berkembang di masyarakat setempat.
Sistem religi atau agama yang dianut masyarakat juga akan mempengaruhi nilai
budaya lokal.
Bahasa yang digunakan oleh sebagian
besar masyarakat sekitar juga akan mempengaruhi proses pembelajaran. Dalam
masyarakat Jawa Barat, bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda.
Dalam sistem mata pencaharian hidup
juga akan mempengaruhi pola pikir masyarakat. Masyarakat agraris lebih
cenderung senang belajar hal-hal yang berkaitan dengan pertanian dibandingkan
dengan hal lain.
B. Pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
di sekolah dasar sebagai salah satu program pendidikan sekolah yang diharapkan
memberdayakan siswa dari segi pengetahuan, nilai-nilai, sikap serta
keterampilan-keterampilan sosial kemasyarakatan juga tidak dapat lepas dari
konteks masyarakat yang melingkupinya. Berbagai konteks kemasyarakatan tersebut
memberikan pengalaman sosial budaya kepada seluruh sivitas sekolah.
Proses pembelajaran IPS yang dilakukan
dengan menggunakan teknik dan metode yang disesuaikan dengan situasi dan
kondisi belajar, yang meliputi siswa, lingkungan sekolah, sarana prasarana dan
lingkungan masyarakat setempat.
Sesuai dengan perubahan paradigma
pendidikan di Indonesia yang berorientasi pada pendidikan berbasis masyarakat
luas, maka pembelajaran IPS juga harus mengikuti perubahan tersebut. Apalagi
materi pembelajaran IPS sangat berkaitan dan berhubungan erat dengan konsisi
sosial budaya masyarakat.
C. Pengaruh Budaya Lokal dalam Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar
Pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai proses enkulturasi, dan akulturasi budaya
menunjukkan adanya pengaruh konteks sosial, buaya dan ideologi masyarakatnya
yang tercermin dalam persepsi dan orientasi nlai para pendidik dan siswa. Visi
dan misi Pembelajaran IPS yang diwujudkan melalui berbagai kebijakan untuk
memfasilitasi siswa dapat secara partisipatif dalam pembelajaran terhadap
kehidupan sosial budaya masyarakat lokal, kehidupan berbangsa dan bernegara dan
kehidupan masyarakat global juga dipengaruhi oleh agen-agen perubahan sosial
budaya yang ada.
Agen-agen sosial tersebut antara lain
baik yang dijalankan oleh birokrasi pemerintahan, khususnya Departemen
Pendidkan Nasional beserta kepanjangan tangannya di daerah, maupun agen-agen
perubahan sosial yang ada di masyarakat. Dengan peranan unik yang diberikan
masing-masing agen sosial kepada sekolah dapat memberikan kesempatan kepada
siswa untuk belajar secara partisipatif tentang kehidupan sosial budaya
masyarakatnya secara utuh baik pada tingkat lokal, nasional, maupun global.
Seiring dengan perkembangan kebutuhan
masyarakat yang terakomodasi dalam pengembangan visi sekolah dalam pengembangan
SDM bermutu, beriman dan berbudaya, maka upaya memasukkan budaya lokal dalam
pembelajaran IPS perlu dilakukan di sekolah. Untuk ini perkembangan kepentingan
masyarakat lokal dalam mempertahankan budaya lokal, kepentingan nasional dan
kepentingan masyarakat global dicoba diakomodasi. Untuk ini pendekatan keselarasan
dan pendekatan konflik digunakan untuk menjelaskan pengembangan paradigma
pendidikan sosial yang berorientasi pada pengembangan kemampuan dan nilai-nilai
seperti adagium “think globally, act locally, commit nationality”.
Dengan kelemahan program pembelajaran
IPS secara kurikuler yang tampak hanya menjalankan misi sosio-pedagogisnya
secara terbatas, maka pengembangan program pembelajaran IPS juga diarahkan
kepada pemanfaatan seluruh sumber daya yang dimiliki sekolah dalam rangka
memberdayakan peserta belajar untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial pada umumnya.
Pemanfaatan
sumber-sumber daya yang dimaksud meliputi : penciptaan iklim lingkungan
pembelajaran IPS berbasis budaya lokal, pemanfaatan daya dukung keluarga dan
masyarakat sekitar sekolah dalam kerja sama sekolah dengan orang tua siswa dan
masyarakat, pemanfaatan secara optimal seluruh sumber daya fasilitas dan sumber
daya manusia yang dimiliki sekolah dalam kegiatan kurikuler, kokurikuler,
ekstrakurikuler, kegiatan bimbingan siswa, serta penciptaan iklim lingkungan
belajar yang kondusif.
Pemanfaatan
daya dukung kualitas kepemimpinan sekolah yang demokratis serta tidak kalah
pentingnya juga adalah upaya optimalisasi pemberdayaan kemandirian guru-guru
dan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan sekolah yang telah digariskan
sesuai dengan visi dan misi sekolah.
BAB III
KESIMPULAN
Proses pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah dasar yang tidak terlepas dari konsep
budaya lokal perlu dkembangkan lebih lanjut. Karena dengan adanya konsep budaya
lokal dalam proses pembelajaran akan memudahkan peserta didik dalam memahami
materi pelajaran yang diajarkan.
Misalnya dalam menyampaikan materi
pelajaran, guru dalam menyampaikan pelajaran kadang-kadang atau bahkan sering
kali menggunakan bahasa setempat seperti bahasa sunda. Hal ini dilakukan karena
para siswa umumnya lebih dapat mengerti apabila disampaikan dalam bahasa
setempat dibandingkan dengan bahasa Indonesia.
Sistem nilai religi juga dapat
diintegrasikan dalam proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Sistem
religi yang sebagian besar dianut oleh siswa akan memberi dampak yang cukup
signifikan dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Tujuan belajar IPS siswa yaitu untuk
mengembangkan kapabilitas atau kompetensi kecakapan hidup siswa yang mencakup
kompetensi personal, sosial, intelektual, akademis, dan vokasionalnya yang
dapat digunakan siswa untuk partisipasi sosialnya di masyarakat. Pendekatan
yang dilakukan tidaklah mungkin dengan pendekatan separated subject matter.
Praktik tradisi pembelajaran IPS sebagai pendidikan kewarganegaraan, pendidikan
ilmu-ilmu sosial, pendidikan dengan refection inquiri, pendekatan
pembelajaran terpadu, pendekatan sains teknologi dan masyarakat, dan praktik
belajar pengetahuan sosial dapat disinergikan untuk menghasilkan pembelajaran
IPS yang powerfull.