BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan investasi yang ditanam pada masa kini
untuk memanen hasil dihari ini, hari esok, dan atau di masa mendatang.
Agar investasi itu dapat membuahkan profit, maka di perlukan acuan kurikulum
yang dapat menjamin derap peningkatan kemampuan peserta didik dalam berperan
sebagai pelaku kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Mutu pendidikan yang tinggi diperlukan untuk menciptakan
kehidupan yang cerdas, terbuka dan mampu bersaing, sehingga dapat meningkatkan
kecerdasan masyarakat. Kesejahteraan bukan lagi bersumber pada sumber daya alam
dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber pada modal intelektual, modal
sosial dan kredibilitas.
Melihat kenyataan yang begitu kompleks, maka kita sebagai
guru dituntut untuk memiliki kemampuan profesional dalam melaksanakan tugasnya.
Seorang guru untuk meningkatkan kualitas profesinya bisa melakukan berbagai
cara diantara dengan memperbanyak /memperdalam ilmu melalui peningkatan jenjang
pendidikan, mengikuti seminar - seminar ataupun memperbanyak referensi buku.
Dalam melaksanakan tugas sebagai guru kelas SD masih banyak
menemui berbagai masalah, diantaranya banyak pokok bahasan dari setiap mata
pelajaran yang belum sepenuhnya dikuasai siswa sesuai dengan standar kompetensi
yang diharapkan. Kendala yang dihadapi tidak hanya masalah mutu dan kualitas
siswa, tetapi menyangkut komponen secara umum sebagai salah satu lembaga
pendidikan, sarana dan prasarana sekolah yang sangat minim. Kurikulum pelajaran
yang selalu mengalami perubahan dan penyempurnaan, cukup menjadi suatu kendala
bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Buku pelajaran yang harus sesuai
dengan standar kompetensi, kurangnya minat siswa dalam belajar yang dipengaruhi
oleh kemajuan media elektronik yang canggih, membuat siswa lebih asyik bermain
dari pada belajar demi masa depannya.
Pola pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti selama ini,
hanya mengandalkan salah satu macam metode yang dianggap sesuai dengan kondisi
sekolah yaitu metode ceramah dan jarang mengunakan alat peraga sebagai media
belajar. Sehingga pembelajaran yang diharapkan belum tercapai dan hasil
prestasi belajar secara maksimal sulit untuk dicapai.
Latar belakang dari orang tua juga mempengaruhi, karena
secara umum orang tua menyekolahkan anaknya berarti menyerahkan sepenuhnya
pendidikan kepada sekolah artinya orang tua seolah telah merasa lepas tanggung
jawab untuk mengawasi putra putrinya dirumah dalam belajar. Kurang partisipasi
orang tua di rumah membuat siswa belajar kalau hanya ada PR.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan. Adapun permasalahan tersebut adalah :
1. Bagaimana cara meningkatkan minat
belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran, khususnya pembelajaran IPS tentang
Negara-negara ASEAN ?
2. Apakah penggunaan alat peraga
meningkatkan pemahaman siswa tentang materi yang disajikan dengan menggunakan
alat peraga ?
3. Bagaimana cara meningkatkan keberanian
siswa dalam bertanya ?
C. Cara Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan permasalahan sebagaimana dikemukakan
tersebut diatas, maka dalam penelitian ini akan digunakan model pembelajaran
interaktif STAD ( Student Team Achievement Division ). Model pembelajaran
interaktif STAD ( Student Team Achievement Division ) dapat digunakan sebagai
alternatif.
D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, , Prosedur
Pemecahan Masalah dan Sistematika Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN terdiri dari Makna STAD, Prestasi Belajar Siswa dan Materi ASEAN
dalam Pembelajaran IPS
BAB
III PENUTUP
BAB II
PEMBAHASAN
A. STAD ( Student Team Achievement
Division )
Model pembelajaran STAD adalah model pembelajaran dengan
mengkondisikan atau membagi peserta didik dalam suatu grup atau kelompok
hetrogen ( campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dll ) untuk
bekerjasama menyelesaikan tugas dengan salah satu anggota kelompok menjadi
tutor sejawat. Model pembelajaran ini pertama kali diperkenalkan oleh
Slavin pada tahun 1995.
Adapun langkah – langkah pembelajaran
model STAD menurut Slavin adalah sebagai berikut :
a.
Membentuk
kelompok siswa yang anggotanya 3 sampai dengan 5 anak secara hetrogen (
campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain ).
b. Guru menyajikan materi.
c.
Guru
memberikan tugas kepada anggota setiap kelompok yang menguasai materi untuk
menjadi tutor sejawat dengan tugas menjelaskan pada anggota lainnya sampai
semua anggota dalam kelompok itu mengerti / memahami.
d. Guru memberikan kuis / pertanyaan
kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis/pertanyaan guru siswa yang lain
tidak boleh membantu.
e.
Evaluasi.
f.
Penutup.
Dalam setiap pembelajaran model STAD guru sebagai
fasilisator harus memperhatikan catatan – catatan berikut, antara lain :
a. Untuk teknik Cooperatif Learning ini
( STAD ), setiap selesai pelajaran guru selalu memberikan kuis ( misalnya 3 X
pertemuan berturut-turut ).
b. Guru selalu membandingkan perolehan
nilai setiap siswa dari pertemuan 1, 2, dan 3 apakah ada kemajuan atau tidak.
c. Guru juga dapat membandingkan
perolehan / kemajuan setiap kelompok.
Menurut Moedjiono (1992) metode kerja kelompok adalah format
belajar mengajar yang menitik beratkan kepada interaksi antara anggota satu
dengan anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas
belajar secara bersama-sama.
Tujuan metode kerja kelompok menurut Moedjiono (1992 : 62)
adalah :
a.
Memupuk kemauan dan kemampuan kerjasama
diantara para peserta didik.
b. Meningkatkan keterlibatan
sosial-emosional dan intelektual para peserta didik dalam proses belajar
mengajar yang diselenggarakan.
c.
Meningkatkan
perhatian terhadap proses dan hasil dari proses belajar mengajar secara
seimbang.
B.
Prestasi Belajar Siswa
Dalam setiap usaha atau kejadian yang dilakukan, manusia
selalu mendambakan keberhasilan. Begitu juga di dalam proses belajar mengajar
di sekolah. Seorang siswa melakukan kegiatan belajar mengajar selalu
mendapatkan keberhasilan belajar. Dalam dunia pendidikan keberhasilan itu
disebut dengan prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan wujud dan
keberhasilan belajar yang menunjukkan kecakapan dalam penguasaan materi
pelajaran yang menuntut ketekunan dan kesungguhan dalam pelaksanaan belajar.
Menurut Poerwodarminto (1998 :700) prestasi adalah hasil
yang dicapai (dari yang telah dilakukan atau dikerjakan). Sedangkan prestasi
belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh
mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan
kepada guru.
Menurut Arifin (1990 : 2 – 4), kata
“prestasi” dari bahasa Belanda prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia
menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Selain itu ia
juga mengemukakan prestasi mempunyai beberapa fungsi utama antara lain :
a. Prestasi
belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah
dikuasai siswa.
b. Prestasi
belajar sebagai lambang hasrat ingin tahu.
c. Prestasi
belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Dengan asumsi bahwa
prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan
ilmu dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
d. Prestasi
belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.
Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan tingkat
produktifitas suatu institusi pendidikan. Indikator ekstern dalam arti bahwa
tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan
anak didik di masyrakat.
e. Prestasi
belajar sebagai indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik.
Belajar adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil
proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah
pengetahuannya, pemahamanya, sikap dan tingkah lakunya, ketrampilannya,
kecakapannya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya penerimaannya. Oleh karena
itu belajar adalah proses yang aktif, belajar proses mereaksi terhadap semua
situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang di arahkan
kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat,
mengamati, memahami sesuatu.
C. Pembelajaran
IPS tentang Negara-negara ASEAN
Di bawah ini beberapa definisi IPS (
Ilmu Pengetahuan Sosial ) yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya :
a. Menurut Nasution (1975) IPS adalah :
“ Suatu program pendidikan yang merupakan suatu
keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dan lingkungan sosial yang
bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial seperti Geografi, Sejarah, Ekonomi,
Antropologi, sosial, Ilmu Politik, dan Psikologi.”
b. Dalam GBPP SD
(1994) dijelaskan IPS adalah :
Mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang
didasarkan pada bahan kajian Ekonomi, Geogreafi, Sosiologi, Antropologi, Tata
Negara, dan Sejarah.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa :
Mata pelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang
bertujuan untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan berwawasan luas
sehingga dapat menciptakan tenaga kerja yang profesional. Oleh karena itu
pelajaran IPS harus selalu di upayakan peningkatan kualitas pengajarannya.
Tetapi sampai saat ini hasil pembelajaran IPS tingkat ketuntasannya masih jauh
dari memuaskan.
Menurut Hasan
(1991:107) tujuan Pendidikan IPS dapat dikelompokan kedalam 3 kategori yaitu :
1. Pengembangan kemampuan intelektual siswa,
2. Pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota
masyarakat dan bangsa serta
3. Pengembangan diri siswa sebagai pribadinya.
Tujuan pertama berorientasi pada pengembangan kemampuan
intelektual yang berhubungan dengan diri siswa dan kepentingan ilmu pengetahuan
khususnya ilmu–ilmu sosial. Tujuan kedua berorientasi pada pengembangan diri
siswa dan kepentingan masyarakat, sedangkan tujuan ketiga lebih berorientasi
pada pengembangan pribadi siswa baik untuk kepentingan dirinya, masyarakat
maupun ilmu.
Berdasarkan
pendapat di atas ada 3 aspek yang harus dicapai dalam pengembangan Pendidikan
IPS yaitu aspek intelektual, kehidupan sosial dan kehidupan individual.
Pengembangan kemampuan intelektual lebih didasarkan pada pengembangan disiplin
ilmu itu sendiri serta pengembangan akademik dan thingking
skill.
Tujuan intelektual berupaya untuk mengembangkan siswa
dalam memahami disiplin ilmu sosial, kemampuan berpikir kemampuan prosedural
dalam mencari informasi dalam mengkomunikasikan hasil pengembangan kemampuan
intelektual ini akan selalu berhubungan dengan aspek pengembangan individual.
Pengembangan kehidupan sosial berkaitan dengan
pengembangan kemampuan dan tanggung jawab siswa, masyarakat oleh karena itu
tujuan ini mengembangkan kemampuan berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan
terutama pemahaman dan sikap positif siswa terhadap nilai, norma yang berlaku
dalam masyarakat.
Karakteristik dalam Pendidikan IPS adalah upaya untuk
mengembangkan kompetensi sebagai warga Negara yang baik, yang dapat menjaga
keharmonisan hubungan antara masyarakat sehingga terjalin persatuan dan
kesatuan bangsa. Hal ini dapat dibangun apabila dalam diri setiap orang
terbentuk perasaan yang menghargai segala perbuatan, baik pendapat, etnik,
agama, kelompok budaya, bersikap terbuka dan senantiasa memberi kesempatan yang
sama bagi setiap orang atau kelompok untuk dapat mengembangkan dirinya.
ASEAN ( Association of South East
Asia Nation ) didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 berdasarkan Deklarasi
Bangkok dan ditanda tangani oleh 5 menteri luar negeri dari negara – negara di
kawasan Asia Tenggara yang selanjutnya disebut sebagai negara pendiri ASEAN,
yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina.
ASEAN adalah kerjasama negara - negara
di kawasan Asia Tenggara dibidang politik dan keamanan, sosial, ekonomi, dan
budaya. Adapun anggota ASEAN sekarang adalah
:
a.
Indonesia
f. Brunei Darusalam
b. Singapura
g. Vietnam
c.
Malaysia
h. Laos
d. Thailand
i. Myanmar
e.
Filipina
j. Kamboja
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pembelajaran IPS dengan
memberdayakan fast learners dalam
suatu kompetisi model KOMBAV telah meningkatkan hasil belajar IPS di kelas.
2. Kompetisi model KOMBAV telah mampu
memacu prestasi belajar peserta didik cepat belajar (fast learners). Hal itu
terbukti dari hasil kompetisi, permainan, maupun pelaksanaan evaluasi belajar
dimana mereka menunjukkan hasil yang maksimal dan konsisten. Dari segi mental
kompetisi, fast learners memiliki
semangat juang, kecepatan dan ketepatan menjawab yang merupakan modal penting
saat mereka berkompetisi dalam tingkat yang lebih tinggi.
B.
Saran
Untuk dapat menerapkan metode ini hendaknya guru
memperhatikan kondisi siswa sehingga materi yang akan disampaikan dapat
dipahami oleh siswa. Selain itu juga perlu memperhatikan berbagai sarana dan
prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 1990. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.
Bobbi DePorter. 2002. Quantum
Teaching. Boston: Allyn Bacon.
Depdiknas. 2001. Buku
1 Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta:
Depdiknas.
.... 2002. Petunjuk
Pelaksanaan Penilaian Kelas di SD, SDLB, SLB Tingkat Dasar, dan MI.
Jakarta: Depdiknas.
.............2006. Standar
Kompetensi Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta : Puskur Balitbang Depdiknas.
Indra Jati Sidi. 2004. Pelayanan
Profesional, Kegiatan Belajar-Mengajar yang Efektif. Jakarta: Puskur
Balitbang Depdiknas.
Nana Sudjana. 2002. Penilaian
Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Purwadi Suhandini. 2000. Penelitian
Tindakan Kelas. Semarang: Lemlit UNNES.
Poerwodarminto. 1998. Proses
Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Puskur Balitbang Depdiknas. 2003. Model-model Pembelajaran Efektif.
(www.puskur_balitbang_depdiknas.com).upadate 28 Agustus 2007.
Supardi, Suharsimi Arikunto, Suhardjono. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Yakarta: Bumi
Aksara.
Tim MKDK IKIP Semarang. 1990. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Semarang Press.
Tintin Heryatin. 2004. Pengembangan
Model Pembelajaran Quantum dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris dalam Rangka
Pengembangan Kurikulum Berbasis Sekolah. Hasil Penelitian.
(http://pps.upi.edu/org/ abstrakthesis/abstrakpk/abstrakpk04.html). update 28
Agustus 2007.