1.
Pengertian Strategi, Metode, dan Pendekatan Pembelajaran
J.R. David dalam Sanjaya (2006: 124) menjelaskan bahwa,
dalam dunia pendidikan strategi pembelajaran diartikan sebagai perencanaan yang berisi
tentang rangkaian kegiatan yang didisain
untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Ada dua hal yang perlu dicermati
dari pengertian strategi pembelajaran tersebut. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana
tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya
atau kekuatan dalam
pembelajaran. Ini berarti
penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses
penyusunan
rencana kerja
belum sampai pada
tindakan.
Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu.
Artinya, arah dari semua keputusan
penyusunan strategi
adalah
pencapaian tujuan.
Oleh sebab
itu,
sebelum
menentukan strategi perlu dirumuskan tujuan
yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan
adalah
rohnya dalam implementasi suatu strategi.
Adapun upaya pengimplementasian rencana yang
sudah disusun dalam kegiatan nyata agar
tujuan tercapai secara optimal disebut dengan metode.
Pengertian strategi berbeda dengan metode. Strategi
menunjuk pada sebuah perencanaan untuk
mencapai
sesuatu,
sedangkan
metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.
Istilah lain yang juga
memiliki kemiripan dengan strategi adalah pendekatan (approach). Sebenarnya pendekatan berbeda
baik
dengan strategi maupun metode. Pendekatan
dapat
diartikan
sebagai titik
tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang
digunakan dapat bersumber atau tergantung
dari pendekatan tersebut. Menurut Roy Killen dalam
Sanjaya (2000:122) ada dua pendekatan pembelajaran, yaitu pendekatan yang
berpusat pada guru (teacher-centred-approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred-approaches). Pendekatan yang berpusat pada
guru
menurunkan strategi
pembelajaran langsung,
pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori.
Sedangkan pendekatan
pembelajaran yang berpusat
pada
siswa
menurunkan
strategi
pembelajaran
discovery
dan inquiry
serta pembelajaran induktif (Sanjaya, 2006: 124-125).
2.
Hakekat Pendekatan dan Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan kontekstual adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang
menekankan pentingnya lingkungan
alamiah diciptakan dalam proses belajar, agar
kelas lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang
dipelajarinya. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang memungkinkan siswa
untuk menguatkan,
memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik dalam berbagai macam tatanan kehidupan, baik di sekolah maupun di luar sekolah (Nurhadi, 2002: 4).
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah
konsep belajar yang membantu
guru
mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka
sehari-hari,
dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran
efektif, yakni: kontruktivisme
(Contrucivism), bertanya (Questioning),
menemukan
(Inquiry), masyarakat belajar (Learning
Community), pemodelan
(Modeling), refleksi
(reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assesment) (Depdiknas, 2003: 3).
3.
Karakteristik
Pembelajaran Kontekstual
Menurut Nurhadi (2002: 20) ada beberapa karakter pembelajaran berbasis kontekstual, yaitu:
a.
Adanya kerjasama, sharing dengan teman dan saling menunjang;
b. siswa aktif dan kritis, belajar dengan bergairah, menyenangkan
dan tidak membosankan,
serta guru kreatif;
c.
pembelajaran terintegrasi,
menggunakan berbagai sumber;
d. dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa; dan
e.
laporan kepada orang tua
bukan sekedar rapor tetapi hasil karya siswa, laporan praktikum, dan karangan siswa.
4.
Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional
- CTL menempatkan siswa
sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktif
dalam setiap proses
pembelajaran
dengan
cara menemukan dan menggali sendiri materi pelajaran. Sedangkan
dalam pembelajaran
konvensional siswa ditempatkan sebagai objek belajar
yang berperan
sebagai penerima informasi secara pasif.
- Dalam
pembelajaran CTL, siswa belajar melalui kegiatan
kelompok seperti kerja kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi. Sedangkan dalam pembelajaran konvensional siswa
lebih banyak
belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan
menghafal
materi pelajaran.
- Dalam
CTL,
kemampuan
didasarkan atas pengalaman;
sedangkan
dalam pembelajaran konvensional
kemampuan diperoleh
melalui latihan-latihan.
- Tujuan
akhir dari proses pembelajaran
melalui CTL
adalah
kepuasan diri, misalnya individu tidak melakukan perilaku tertentu karena ia menyadari
bahwa perilaku itu merugikan dan tidak bermanfaat;
sedangkan dalam pembelajaran
konvensional,
tindakan atau perilaku
individu didasarkan oleh
faktor dari
luar dirinya, misalnya individu
tidak
melakukan sesuatu disebabkan
takut hukuman atau sekedar untuk memperoleh angka atau
nilai dari
guru.
- Dalam CTL, pengetahuan yang
dimiliki setiap individu
selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang
dialaminya,
oleh sebab
itu setiap siswa bisa terjadi perbedaan dalam memaknai hakekat pengetahuan
yang dimilikinya. Dalam pembelajaran konvensional hal
ini tidak mungkin
terjadi.
Kebenaran
yang
dimiliki
bersifat
absolut
dan final, oleh
karena pengetahuan dikonstruksi oleh orang
lain.
- Dalam pembelajaran
CTL, siswa
bertanggung jawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka
masing-masing; sedangkan dalam pembelajaran konvensional guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.
- Dalam pembelajaran
CTL, pembelajaran bisa terjadi
di mana
saja dalam konteks dan setting yang
berbeda sesuai dengan kebutuhan;
sedangkan dalam pembelajaran konvensional
pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas.
- Oleh karena
tujuan
yang
ingin
dicapai
adalah seluruh
aspek perkembangan siswa, maka dalam
CTL keberhasilan pembelajaran diukur
dengan berbagai cara,
misalnya dengan evaluasi proses, hasil
karya siswa, penampilan, rekaman, observasi, wawancara, dan lain sebagainya;
sedangkan dalam pembelajaran konvensional
keberhasilan pembelajaran biasanya hanya diukur dari
tes.
Beberapa perbedaan pokok diatas, menggambarkan bahwa CTL memang memiliki karakteristik tersendiri baik dilihat dari asumsi maupun proses pelaksanaan dan pengelolaannya (Sanjaya, 2006: 260).