Menurut
Ebel (1972), ada kaitan erat antara tujuan yang akan dicapai, metode pembelajaran,
dan evaluasi yang akan dilaksanakan. Oleh karena ada perbedaan titik berat
tujuan pembelajaran psikomotor dan kognitif maka strategi pembelajarannya juga
berbeda. Menurut Mills (1977), pembelajaran keterampilan akan efektif bila
dilakukan dengan menggunakan prinsip belajar sambil mengerjakan (learning by
doing). Leighbody (1968) menjelaskan bahwa keterampilan yang dilatih
melalui praktik secara berulang-ulang akan menjadi kebiasaan atau otomatis
dilakukan.
Sementara
itu Goetz (1981) dalam penelitiannya melaporkan bahwa latihan yang dilakukan
berulang-ulang akan memberikan pengaruh yang sangat besar pada pemahiran
keterampilan. Lebih lanjut dalam penelitian itu dilaporkan bahwa pengulangan
saja tidak cukup menghasilkan prestasi belajar yang tinggi, namun diperlukan
umpan balik yang relevan yang berfungsi untuk memantapkan kebiasaan. Sekali
berkembang maka kebiasaan itu tidak pernah mati atau hilang.
Sementara
itu, Gagne (1977) berpendapat bahwa kondisi yang dapat mengoptimalkan hasil
belajar keterampilan ada dua macam, yaitu kondisi internal dan eksternal. Untuk
kondisi internal dapat dilakukan dengan cara (a) mengingatkan kembali bagian
dari keterampilan yang sudah dipelajari, dan (b) mengingatkan prosedur atau
langkah-langkah gerakan yang telah dikuasai. Sementara itu untuk kondisi
eksternal dapat dilakukan dengan (a) instruksi verbal, (b) gambar, (c)
demonstrasi, (d) praktik, dan (e) umpan balik.
Dalam
melatihkan kemampuan psikomotor atau keterampilan gerak ada beberapa langkah
yang harus dilakukan agar pembelajaran mampu membuahkan hasil yang optimal.
Mills (1977) menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam mengajar praktik adalah
(a) menentukan tujuan dalam bentuk perbuatan, (b) menganalisis keterampilan
secara rinci dan berutan, (c) mendemonstrasikan keterampilan disertai dengan
penjelasan singkat dengan memberikan perhatian pada butir-butir kunci termasuk
kompetensi kunci yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dan
bagian-bagian yang sukar, (d) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mencoba melakukan praktik dengan pengawasan dan bimbingan, (e) memberikan
penilaian terhadap usaha peserta didik.
Edwardes
(1981) menjelaskan bahwa proses pembelajaran praktik mencakup tiga tahap, yaitu
(a) penyajian dari pendidik, (b) kegiatan praktik peserta didik, dan (c)
penilaian hasil kerja peserta didik. Guru harus menjelaskan kepada peserta didik
kompetensi kunci yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Kompetensi
kunci adalah kemampuan utama yang harus dimiliki seseorang agar tugas atau
pekerjaan dapat diselesaikan dengan cara benar dan hasilnya optimal.
Sebagai
contoh, dalam memukul bola, kompetensi kuncinya adalah kemampuan peserta didik
menempatkan bola pada titik ayun. Dengan cara ini, tenaga yang dikeluarkan
hanya sedikit namun hasilnya optimal. Contoh lain, dalam mengendorkan mur dari
bautnya, kompetensi kuncinya adalah kemampuan peserta didik memegang kunci pas
secara tepat yakni di ujung kunci. Dengan cara ini tenaga yang dikeluarkan
untuk mengendorkan mur jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan pengendoran
mur dengan cara memegang kunci pas yang tidak tepat.
Dalam
proses pembelajaran keterampilan, keselamatan kerja tidak boleh dikesampingkan,
baik bagi peserta didik, bahan, maupun alat. Leighbody (1968) menjelaskan bahwa
keselamatan kerja tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran psikomotor.
Guru harus menjelaskan keselamatan kerja kepada peserta didik dengan sejelas-jelasnya.
Oleh karena kompetensi kunci dan keselamatan kerja merupakan dua hal penting
dalam pembelajaran keterampilan, maka dalam penilaian kedua hal itu harus
mendapatkan porsi yang tinggi.