-
Psikologi Perkembangan; mengkaji perilaku individu yang
berada dalam proses perkembangan mulai dari masa konsepsi sampai dengan akhir
hayat.
-
Psikologi Kepribadian; mengkaji perilaku individu khusus
dilihat dari aspek-aspek kepribadiannya.
-
Psikologi Klinis; mengkaji perilaku individu untuk
keperluan penyembuhan (klinis).
-
Psikologi Abnormal; mengkaji perilaku individu yang
tergolong abnormal.
-
Psikologi Industri; mengkaji perilaku individu dalam
kaitannya dengan dunia industri.
-
Psikologi Pendidikan; mengkaji perilaku individu dalam
situasi pendidikan.
Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu
karena didalamnya telah memiliki kriteria persyaratan suatu ilmu, yakni : Ontologis; obyek dari psikologi
pendidikan adalah perilaku-perilaku individu yang terlibat langsung maupun
tidak langsung dengan pendidikan, seperti peserta didik, pendidik,
administrator, orang tua peserta didik dan masyarakat pendidikan. Epistemologis; teori-teori,
konsep-konsep, prinsip-prinsip dan dalil-dalil psikologi pendidikan dihasilkan
berdasarkan upaya sistematis melalui berbagai studi longitudinal maupun studi
cross sectional, baik secara pendekatan kualitatif maupun pendekatan
kuantitatif. Aksiologis; manfaat dari psikologi pendidikan terutama sekali
berkenaan dengan pencapaian efisiensi dan efektivitas proses pendidikan.
Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa ”diantara
pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah
pengetahuan terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta
didik.”
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru
melalui pertimbangan-pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
- Merumuskan
tujuan pembelajaran secara tepat.
- Memilih
strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
- Memberikan
bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
- Memfasilitasi
dan memotivasi belajar peserta didik.
- Menciptakan
iklim belajar yang kondusif.
- Berinteraksi
secara tepat dengan siswanya.
- Menilai
hasil pembelajaran yang adil.
Kontribusi Psikologi terhadap Pendidikan
1.
Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan
Kurikulum
Dengan demikian dalam pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi, kajian psikologis terutama berkenaan dengan aspek-aspek: (1)
kemampuan siswa melakukan dalam berbagai konteks; (2) pengalaman dengan
aspek-aspek; (3) hasil belajar (learning
outcomes), dan (4) standarisasi kemampuan siswa.
2.
Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem
Pembelajaran
Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah
melahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran. Nasution
(Daeng Sudirwo, 2002) mengetengahkan tiga belas prinsip dalam belajar, yakni :
- Agar seorang
benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan.
- Tujuan itu
harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan bukan
karena dipaksakan oleh orang lain.
- Orang itu
harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan berusaha dengan
tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.
- Belajar itu
harus terbukti dari perubahan kelakuannya.
- Selain tujuan
pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil sambilan.
- Belajar lebih
berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.
- Seseorang
belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual namun termasuk
pula aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya.
- Seseorang
memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.
- Untuk belajar
diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar dipahami.
Belajar bukan sekedar menghafal fakta lepas secara verbalistis.
- Di samping
mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering mengejar
tujuan-tujuan lain.
- Belajar lebih
berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan.
- Ulangan dan
latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.
- Belajar hanya
mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar.
3.
Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Penilaian
Taksonomi Perilaku Individu
Dalam konteks pendidikan, Bloom
mengungkapkan tiga kawasan (domain) perilaku individu yakni : (1) kawasan
kognitif; (2) kawasan afektif; dan (3) kawasan psikomotor. Dengan merujuk ada
tulisan Gulo (2005) di bawah ini akan diuraikan ketiga kawasan tersebut beserta
sub kawasannya.
A. Kawasan Kognitif
Kawasan kognitif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek
intelektual atau berfikir/nalar terdiri dari :
1.
Pengetahuan (knowledge)
a.
Mengetahui sesuatu secara khusus
Mengetahui terminologi yaitu berhubungan dengan mengenal
atau mengingat kembali istilah atau konsep tertentu yang dinyatakan dalam
bentuk simbol, baik berbentuk verbal maupun non verbal.
b.
Mengetahui tentang cara untuk memproses atau melakukan
sesuatu
-
Mengetahui kebiasaan atau cara mengetengahkan ide atau
pengalaman
-
Mengetahui urutan dan kecenderungan yaitu proses, arah
dan gerakan suatu gejala atau fenomena pada waktu yang berkaitan.
-
Mengetahui penggolongan atau pengkategorisasian.
Mengetahui kelas, kelompok, perangkat, atau susunan yang digunakan di dalam
bidang tertentu, atau memproses sesuatu.
-
Mengetahui kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi
fakta, prinsip, pendapat atau perlakuan.
-
Mengetahui metodologi, yaitu perangkat cara yang
digunakan untuk mencari, menemukan atau menyelesaikan masalah.
-
Mengetahui hal-hal yang universal dan abstrak dalam
bidang tertentu,yaitu ide, bagan dan pola yang digunakan untuk mengorganisasi
suatu fenomena atau pikiran.
-
Mengetahui prinsip dan generalisasi.
-
Mengetahui teori dan struktur.
2.
Pemahaman (comprehension)
Temuan-temuan ini diakomodasikan dan kemudian
berasimilasi dengan struktur kognitif yang ada, sehingga membentuk struktur
kognitif baru. Tingkatan dalam pemahaman ini meliputi :
-
Translasi, yaitu mengubah simbol tertentu menjadi simbol
lain tanpa perubahan makna. Misalkan simbol dalam bentuk kata-kata diubah
menjadi gambar, bagan atau grafik.
-
Interpretasi, yaitu menjelaskan makna yang terdapat dalam
simbol, baik dalam bentuk simbol verbal maupun non verbal. Seseorang dapat
dikatakan telah dapat menginterpretasikan tentang suatu konsep atau prinsip
tertentu jika dia telah mampu membedakan, memperbandingkan atau
mempertentangkannya dengan sesuatu yang lain. Contoh seseorang dapat dikatakan
telah mengerti konsep tentang ”motivasi kerja” dan dia telah dapat
membedakannya dengan konsep tentang ”motivasi belajar”; dan
-
Ekstrapolasi; yaitu melihat kecenderuangan, arah, atau
kelanjutan dari suatu temuan. Misalnya, kepada siswa dihadapkan rangkaian
bilangan 2, 3, 5, 7, 11, dengan kemampuan ekstrapolasinya tentu dia akan
mengatakan bilangan ke-6 adalah 13 dan ke-7 adalah 19. untuk bisa seperti itu,
terlebih dahulu dicari prinsip apa yang bekerja diantara kelima bilangan itu.
Jika ditemukan bahwa kelima bilangan tersebut adalah urutan bilangan prima,
maka kelanjutannya dapat dinyatakan berdasarkan prinsip tersebut.
3.
Penerapan (application)
4.
Penguraian (analysis)
Secara rinsi Bloom mengemukakan tiga jenis kemampuan
analisis yaitu :
a.
Menganalisis unsur
b.
Menganalisis hubungan
c.
Menganalisis prinsip-prinsip organisasi
5.
Memadukan (synthesis)
6.
Penilaian (evaluation)
B. Kawasan Afektif
Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek
emosional seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan
sebagainya terdiri dari :
1.
Penerimaan (receiving/attending)
2.
Sambutan (responding)
3.
Penilaian (valuing)
4.
Pengorganisasian (organization)
5.
Karakterisasi (characterization)
C. Kawasan Psikomotor
Kawasan psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan
aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi
psikis. Kawasan ini terdiri dari : (a) kesiapan (set); (b) peniruan (imitation); (c) membiasakan (habitual); (d) menyesuaikan (adaptation) dan (e) menciptakan (origination).
Sementara itu, Abin Syamsudin Makmun (2003) memerinci sub
kawasan ini dengan tahapan yang berbeda yaitu :
-
Gerakan refleks (reflex movements)
-
Gerakan dasar biasa (Basic fundamental movements)
-
Gerakan persepsi (Perceptual abilities)
-
Gerakan fisik (Pshysical Abilities)
-
Gerakan terampil (Skilled movements)
-
Gerakan indah
dan kreatif (Non-discurve communications)