Puisi
Berpuisi berkaitan dengan kegiatan yang ada sangkut pautnya
dengan puisi, yaitu mendengar atau membaca puisi dengan penghayatan yang
sungguh-sungguh, menulis puisi, mendeklamasikan puisi, dan menulis resensi
puisi. Kegiatan ini menyebabkan seseorang memahami puisi secara mendalam
(dengan penuh penghayatan) merasakan apa yang ditulis penyair, mampu menyerap
nilai-nilai yang terkandung di dalam puisi, dan menghargai puisi sebagai karya
seni dengan keindahan atau kelemahannya (Waluyo, 2005: 44)
Berdasarkan bentuk dan
isi, kata-kata dalam puisi dapat dibedakan antara:
a.
Lambang,
yakni bila kata-kata itu mengandung makna seperti makna dalam kamus (makna
leksikal) sehingga acuan maknanya tidak menunjuk pada berbagai macam
kemungkinan lain (makna denotatif).
b.
Utterance dan indice, yakni kata-kata yang mengandung
makna sesuai dengan keberadaan dalam konteks pemakaian.
c.
Simbol,
yakni bila kata-kata itu mengandung makna ganda (makna konotatif) sehingga
untuk memahaminya seseorang harus menafsirkannya (interpretative) dengan melihat bagaimana hubungan makna kata
tersebut dengan makna kata lainnya (analisis kontekstual), sekaligus berusaha
menemukan fitur semantisnya lewat kaidah proyeksi, mengembalikan kata
ataupun bentuk larik (kalimat) ke dalam bentuk yang lebih sederhana lewat pendekatan parafrastis (Aminuddin, 2011:
140).
Ciri-ciri kebahasaan puisi adalah sebagai berikut:
a.
Aspek Lahiriah Puisi
1) Pemadatan Bahasa
Bahasa dipadatkan agar berkekuatan gaib. Jika dibaca
kata-kata membentuk larik dan bait. Kata dan frasa memiliki makna yang lebih
kuat daripada kalimat biasa.
Contoh:
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut
namamu
Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh
seluruh
Cayamu panas suci
Tinggal kerdip lilin di kelam
sunyi
2) Pemilihan Kata Khas
Kata-kata yang
dipilih penyair dipertimbangkan betul dari berbagai aspek dan efek
pengucapannya. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan kata (diksi)
dalam puisi adalah sebagai berikut:
a)
Makna
Kias
b) Lambang
c)
Persamaan
bunyi atau rima
Contoh:
Cemara menderai sampai jauh
Terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan ditingkap merapuh
dipukul
angin yang terpendam
3) Kata Konkret
Penyair ingin menggambarkan sesuatu secara konkret. Oleh karena itu,
kata-kata diperkonkret. Bagi penyair mungkin dirasa lebih jelas, namun bagi
pembaca kadang sulit ditafsirkan maknanya.
Contoh:
Sawah tersusun
di lereng gunung,
Berpagar dengan
bukit barisan,
Sayup-sayup
ujung ke ujung,
Padi mudanya
hijau berdandan
Di dangau perawan duduk
menyulam,
Memandang padi huma,
Sekali-kali ia bermalam,
Dipetik dari hati
mudanya.
Kalau turun
pipit berkawan,
Merayap hinggap
di mayang padi,
Terdengar teriak
suara perawan,
Menyuruh
pipit menjauhkan diri.
4) Pengimajian
Penyair juga menciptakan pengimajian atau pencitraan dalam puisinya.
Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dianggap dapat memperjelas
atau memperkonkret apa yang dinyatakan penyair. Melalui pengimajian, apa yang
digambarkan seolah-olah dapat dilihat (imaji visual), didengar
(imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).
Effendi (dalam
Aminuddin, 2011:141) mengemukakan adanya istilah pengimajian, yakni penataan kata yang menyebabkan makna-makna
abstrak menjadi kongkret dan cermat. Adanya kekongkretan dan kecermatan makna
kata-kata dalam puisi membuat pembaca lebih mampu mengembangkan daya
imajinasinya sekaligus mengembangkan daya kritisnya dalam upaya memahami totalitas
makna suatu puisi.
Contoh:
Dengan ketam
kupanen terus kesabaran hatimu
Cangkulku iman dan sajadahku lumpur yang kental
Langit yang menguji ibadahku meneteskan cahaya redup
........................................................................................
Mendekatlah padaku dan dengarkan kasidah ikan-ikan
Kini hatiku kolam
yang menyimpan kemurnianMu
5) Irama (ritme)
Irama atau ritme berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, atau frasa,
dan kalimat. Dalam puisi lama irama berupa pengulangan yang teratur suatu baris
puisi yang menimbulkan gelombang yang menciptakan keindahan.
Irama juga berarti pergantian keras-lembut,
tinggi-rendah, atau panjang–pendek kata secara berulang-ulang dengan tujuan
menciptakan gelombang yang memperindah puisi.
Menurut Salam (2009:25)
kegiatan menulis puisi dapat dilakukan dengan mengikuti tahap-tahap sebagai
berikut :
- Tahap
preparasi, yaitu berupa kegiatan pengumpulan data atau informasi yang akan
dijadikan bahan penulisan.
- Tahap
inkubasi dilakukan dalam usaha mengendapkan atau mematangkan ide-ide yang
telah dimunculkan pada tahap sebelumnya.
- Tahap
aluminasi merupakan tahap pelahiran ide, gagasan, atau pengalaman ke dalam
bentuk puisi.
- Tahap
verifikasi yaitu kegiatan menilai puisi hasil karya sendiri.
Contoh:
Pagiku hilang/ sudah melayang
Hari mudaku/telah
pergi
Kini petang/datang
membayang
Batang usiaku/sudah tinggi