Lyman Porter dan
Robert Miles (James A. F. Stoner 1986 : 87) mengatakan bahwa motivasi merupakan
suatu sistem yang terdiri atas tiga variabel yaitu karakteristik individu,
karakteristik pekerjaan, dan karakteristik situasi kerja.
Sedangkan menurut
Faustino Cardoso Gomes (1995 : 91), analisis tentang kinerja pegawai senantiasa
berkaitan erat dengan dua faktor utama yaitu kesediaan atau motivasi pegawai
untuk bekerja yang menimbulkan usaha pegawai dan kemampuan pegawai untuk
melakukan pekerjaan. Dengan kata lain kinerja pegawai adalah fungsi interaksi
antara motivasi kerja dengan kemampuan atau p = f (m x a), dimana p = performance, m = motivasi, dan a =
ability.
Senada dengan pendapat di atas menurut Stephen
P. Robbins (2001 : 187), perlu ditambahkan aspek kesempatan (Opportunity ) ke dalam
persamaan tersebut, sehingga persamaan kinerja pegawai = f (m x a x o).
Meskipun seorang individu mungkin bersedia dan mampu, mungkin ada rintangan
yang menghambat kinerja pegawai untuk itu jika kita menilai mengapa seorang
pegawai mungkin tidak menunjukkan kinerja pegawai pada level yang kita yakini
mampu. Seyogyanya kita periksa lingkungan kerjanya untuk melihat apakah
mendukung atau tidak jika kinerja pegawai.
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi secara langsung
dapat meningkatkan kinerja pegawai. Motivasi sangat berpengaruh terhadap
peningkatan kinerja pegawai. Motivasi yang dipaksakan akan berakibat tidak baik
bagi perkembangan moril pegawai, rasa tertekan dalam melaksanakan pekerjaan
menimbulkan rasa tidak nyaman dalam bekerja. Sedangkan dengan memberikan
motivasi yang baik atau disesuaikan dengan orang dan tempat akan membantu
meningkatkan semangat kerja pegawai yang nantinya akan membuat kinerja pegawai
semakin meningkat.