Hasil
belajar peserta didik dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain
secara eksplisit. Apapun mata pelajarannya selalu mengandung tiga ranah itu,
namun penekanannya berbeda. Mata pelajaran yang menuntut kemampuan praktik
lebih menitik beratkan pada ranah psikomotor sedangkan mata pelajaran yang
menuntut kemampuan teori lebih menitik beratkan pada ranah kognitif, dan
keduanya selalu mengandung ranah afektif.
Ranah
kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan
menghafal, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi.
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi,
dan nilai. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas
fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.
Berkaitan
dengan psikomotor, Bloom (1979) berpendapat bahwa ranah psikomotor berhubungan
dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang
melibatkan otot dan kekuatan fisik. Singer (1972) menambahkan bahwa mata
pelajaran yang berkaitan dengan psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih
beorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi–reaksi fisik dan keterampilan
tangan. Keterampilan itu sendiri menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam
suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu.
Menurut
Mardapi (2003), keterampilan psikomotor ada enam tahap, yaitu: gerakan refleks,
gerakan dasar, kemampuan perseptual, gerakan fisik, gerakan terampil, dan
komunikasi nondiskursif. Gerakan refleks adalah respons motorik atau gerak
tanpa sadar yang muncul ketika bayi lahir. Gerakan dasar adalah gerakan yang
mengarah pada keterampilan komplek yang khusus. Kemampuan perseptual adalah
kombinasi kemampuan kognitif dan motorik atau gerak. Kemampuan fisik adalah
kemampuan untuk mengembangkan gerakan terampil. Gerakan terampil adalah gerakan
yang memerlukan belajar, seperti keterampilan dalam olah raga. Komunikasi
nondiskursif adalah kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan gerakan.
Buttler
(1972) membagi hasil belajar psikomotor menjadi tiga, yaitu: specific responding,
motor chaining, rule using. Pada tingkat specific responding peserta
didik mampu merespons hal-hal yang sifatnya fisik, (yang dapat didengar,
dilihat, atau diraba), atau melakukan keterampilan yang sifatnya tunggal,
misalnya memegang raket, memegang bed untuk tenis meja. Pada motor chaining peserta
didik sudah mampu menggabungkan lebih dari dua keterampilan dasar menjadi satu
keterampilan gabungan, misalnya memukul bola, menggergaji, menggunakan jangka
sorong, dll.
Pada
tingkat rule using peserta didik sudah dapat menggunakan pengalamannya
untuk melakukan keterampilan yang komplek, misalnya bagaimana memukul bola
secara tepat agar dengan tenaga yang sama hasilnya lebih baik. Dave (1967)
dalam penjelasannya mengatakan bahwa hasil belajar psikomotor dapat dibedakan
menjadi lima tahap, yaitu: imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan
naturalisasi. Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana
dan sama persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Contohnya,
seorang peserta didik dapat memukul bola dengan tepat karena pernah melihat atau
memperhatikan hal yang sama sebelumnya.
Manipulasi
adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah dilihat tetapi
berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja. Sebagai contoh, seorang peserta
didik dapat memukul bola dengan tepat hanya berdasarkan pada petunjuk guru atau
teori yang dibacanya. Kemampuan tingkat presisi adalah kemampuan melakukan
kegiatan-kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang
tepat. Contoh, peserta didik dapat mengarahkan bola yang dipukulnya sesuai
dengan target yang diinginkan.
Kemampuan
pada tingkat artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang komplek dan
tepat sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh. Sebagai contoh,
peserta didik dapat mengejar bola kemudian memukulnya dengan cermat sehingga
arah bola sesuai dengan target yang diinginkan. Dalam hal ini, peserta didik
sudah dapat melakukan tiga kegiatan yang tepat, yaitu lari dengan arah dan
kecepatan tepat serta memukul bola dengan arah yang tepat pula. Kemampuan pada
tingkat naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni
kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi. Sebagai
contoh tanpa berpikir panjang peserta didik dapat mengejar bola kemudian
memukulnya dengan cermat sehingga arah bola sesuai dengan target yang
diinginkan.
Untuk
jenjang Pendidikan SMP, mata pelajaran yang banyak berhubungan dengan ranah
psikomotor adalah pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, seni
budaya, IPA, dan keterampilan.
Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah
psikomotor adalah praktik di aula/lapangan dan praktikum di laboratorium. Dalam
kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada ranah kognitif dan afektifnya, namun
hanya sedikit bila dibandingkan dengan ranah psikomotor.