Media
berasal dari kata medium yang artinya perantara atau pengantar. Media adalah
teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Media ada yang tinggal dimanfaatkan guru dalam kegiatan pembelajaran, artinya
media dibuat oleh pihak tertentu (produsen media) dan guru tinggal
menggunakannya secara langsung dalam kegiatan pembelajaran, begitu juga media
yang sifatnya alamiah yang tersedia di lingkungan sekolah juga termasuk yang
dapat langsung digunakan. Selain itu, kita juga dapat merancang dan membuat media
sendiri sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa.[1]
Media
merupakan alat yang harus ada apabila kita ingin memudahkan sesuatu dalam
pekerjaan. Setiap orang pasti ingin pekerjaan yang dilakukan dapat diselesaikan
dengan baik dan dengan hasil yang memuaskan. Media merupakan wahana penyalur
informasi belajar atau penyalur pesan.[2]
Media
pembelajaran meliputi segala sesuatu yang dapat membantu pengajar dalam
menyampaikan materi pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan motivasi, daya
pikir, dan pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran yang sedang
dibahas atau mempertahankan perhatian peserta terhadap materi yang sedang
dibahas.[3]
Pemanfaatan
media harus terencana dan sistemik sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kehadiran
media sangat membantu siswa untuk memahami suatu konsep tertentu yang sulit
dijelaskan dengan bahasa verbal (verbal simbol). Dengan demikian pemanfaatan
media sangat tergantung pada karakteristik media dan kemampuan guru maupun
siswa memahami cara kerja media tersebut, sehingga pada akhirnya media dapat
dipergunakan dan dikembangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Penggunaan media itu sendiri dimaksudkan agar siswa mampu
menciptakan sesuatu yang baru dan mampu memanfaatkan sesuatu yang telah ada
untuk dipergunakan dengan bentuk dan variasi lain yang berguna dalam kegiatan
belajarnya.[4]
Jaringan
internet telah menjadi pelopor terjadinya revolusi teknologi. Internet semakin
diminati oleh banyak kalangan baik perorangan maupun instansi–instansi
pemerintah ataupun swasta, termasuk diantaranya perpustakaan. Hal–hal yang menyebabkan
internet menjadi solusi praktis, sehingga diminati banyak kalangan.
Internet
memberikan banyak kemudahan dalam pemanfaatan setiap fasilitas yang disuguhkan
untuk di akses pengguna. Fasilitas yang terdapat di internet cukup banyak jenis
dan kegunaannya sehingga dapat memberikan dukungan bagi kegiatan akademik,
kalangan media massa, praktisi bisnis, keperluan pemerintahan, dan para peneliti.
Fasilitas tersebut seperti Telnet, Gopher, Wais, E-mail, Mailing list (milis), Newsgroup,
File Transfer Protocol (FTP), Internet Relay Chat, USEnet, Bulletin Board Service (BBS), Internet
Telephony, Internet Fax, Layanan Multimedia (WWW).
Di antara fasilitas
yang ada di internet tersebut ada lima aplikasi standar internet yang dapat
dipergunakan untuk keperluan pendidikan, yaitu: World Wide Web (www), FTP (File
Transfer Protocol), E-Mail, Mailing
List, News Group.[5]
Kegiatan pembelajaran
dengan media internet termasuk dalam model pembelajaran yang masih relatif
baru. Karakteristik pembelajaran berbasis internet pun sangat bervariasi tergantung
pada implementasinya dalam dunia pendidikan. Implementasi dari pembelajaran
berbasis internet setidaknya ada dua, yaitu: pertama, pembelajaran berbasis
internet yang diselenggarakan secara sederhana, sekedar kumpulan bahan
pembelajaran yang dimuat dalam web server
dengan tambahan forum komunikasi lewat e-mail atau milist. Kedua, terpadu melalui portal e-learning yang berisi berbagai obyek pembelajaran yang diperkaya dengan
multimedia serta dipadukan dengan sistem informasi akademik, evaluasi, komunikasi,
diskusi dan berbagai education tools
lainnya. Implementasi pembelajaran berbasis internet bisa masuk ke dalam kategori
tersebut, yakni bisa terletak diantara keduanya, atau bahkan bisa merupakan gabungan
beberapa komponen dari dua sisi tersebut.[6]
E-learning termasuk model pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik. Dengan ini, peserta didik dituntut mandiri dan bertanggung jawab
terhadap proses pembelajarannya, sebab ia dapat belajar di mana saja, kapan saja,
yang penting tersedia alatnya. Melalui e-learning,
peserta didik dapat mencari dan mengambil informasi atau materi pembelajaran
berdasarkan silabus atau kriteria yang telah ditetapkan pengajar atau pengelola
pendidikan. Peserta didik akan memiliki kekayaan informasi, sebab ia dapat
mengakses informasi dari mana saja yang berhubungan dengan materi
pembelajarannya. Peserta didik juga dapat berdiskusi secara online dengan pakar-pakar pada bidangnya,
melalui e-mail atau chatting. Dengan demikian, jelas bahwa keaktifan
peserta didik dalam e-learning sangat
menentukan hasil belajar yang mereka peroleh. Semakin ia aktif, semakin banyak
pengetahuan atau kecakapan yang akan diperoleh.[7]
E-learning merupakan sebuah media pembelajaran buatan
manusia yang pastinya mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Soekartawi (2002),
Mulvihil (1997), Utarini (1997) kelebihan e-learning
antara lain: (1) Tersedianya fasilitas e-moderating
di mana guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas
internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan
dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu. (2) Guru dan siswa dapat
menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadual
melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh
bahan ajar dipelajari. (3) Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan
mengingat bahan ajar tersimpan di komputer. (4) Bila siswa memerlukan tambahan
informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan
akses di internet secara lebih mudah. (5) Baik guru maupun siswa dapat
melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta
yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
(6) Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif dan lebih
mandiri. (7) Relatif lebih efisien, misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari
sekolah atau perguruan tinggi.[8]
Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk
pembelajaran atau e-learning juga
tidak terlepas dari kekurangan, antara lain (1) Kurangnya interaksi antara guru
dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bias
memperlambat terbentuknya values
dalam proses pembelajaran, (2) Kecenderungan mengabaikan aspek psikomotorik
atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek komersial, (3)
Proses pembelajarannya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan, (4)
Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran
konvensional, kini dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang berbasis pada
ICT, (5) Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung
gagal, (6) tidak semua tempat tersedia fasilitas internet atau jaringan, (7)
Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan mengoperasikan
internet, (8) Kurangnya personil dalam hal penguasaan bahasa pemrograman
komputer
[1] Munir, Kurikulum Berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Bandung : Alfabeta, 2010), hlm. 138
[2] Rusman, Belajar dan
Pembelajaran Berbasis Komputer, (Bandung : Alfabeta, 2012), hlm. 159
[3] Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Bandung :
Alfabeta, 2010), hlm. 138
[4] Rusman, Belajar dan
Pembelajaran Berbasis Komputer, (Bandung : Alfabeta, 2012), hlm. 160-161
[5] Hardjito, “Internet untuk
Pembelajaran” dalam Jurnal Teknodik, 6 (10), (2002). hlm. 1
[6] Surjono, Dwi, Herman, Pengantar
Elearning dan Penyiapan Materi, Makalah diklat dosen FT
UNY,http:herman//.elearning-jogja.org, 2008 (diakses 28 Maret 2015).
[7] Mawar Ramadhani, Efektivitas
Penggunaan Media Pembelajaran E-Learning Berbasis Web Pada Pelajaran Teknologi
Informasi Dan Komunikasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1
Kalasan, (Skripsi : Universitas Negeri Yogyakarta,2012), hlm. 19
[8] Rusman, Belajar dan
Pembelajaran Berbasis Komputer, (Bandung : Alfabeta, 2012), hlm. 321-322