2.3.1.
Karakteristik Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia
dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan
perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam
rentang perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran sebagai bentuk
perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang
dimiliki setiap tahapan perkembangan anak (Sujiono, 2009: 6).
Anak usia dini atau anak usia prasekolah merupakan fase perkembangan
individu, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria
atau wanita, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet training), dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya
(mencelakakan dirinya) (Yusuf, 2005: 162).
Anak merupakan individu
yang unik dimana masing-masing memiliki bawaan, minat, kapabilitas, dan latar
belakang kehidupan yang berbeda satu sama lain. Di samping memiliki kesamaan,
anak juga memiliki keunikan tersendiri seperti dalam gaya belajar, minat, dan
latar belakang keluarga. Meskipun terdapat pola urutan umum dalam perkembangan
anak yang dapat diprediksi, namun pola perkembangan dan belajarnya tetap
memiliki perbedaan satu sama lain.
Pada saat memasuki usia 3 tahun, biasanya seorang anak akan semakin
mandiri dan mulai mendekatkan diri pada teman-teman sebayanya. Pada tahapan
usia anak mulai menyadari tentang apa yang dirasakan dan apa yang telah mampu
dilakukan dan yang belum mampu dilakukan. Selain itu, pola kegiatan bermainnya
pun telah berubah karena anak mulai memasuki tahapan bermain paralel di mana
seorang anak bermain dengan anak lain tanpa interaksi dan tidak mau memberikan
mainannya ketika ada yang ingin meminjam atau sebaliknya menolak mengembalikan
mainan yang dipinjamnya. Hal ini berdampak pada kegiatan bermain mereka yang
seringkali diwarnai dengan konflik atau pertikaian yang biasanya hanya bersifat
sementara saja (Sujiono dan Sujiono, 2010:23).
Pada hakikatnya anak usia
dini selalu termotivasi untuk bermain. Artinya bermain secara alamiah memberi
kepuasan pada anak. Melalui bermain bersama dalam kelompok atau sendiri tanpa
orang lain, anak mengalami kesenangan yang lalu memberikan kepuasan baginya
(Montolalu, 2009: 2).
Menurut Montessori (dalam
Putra dan Dwilestari, 2012:35) mengemukakan bahwa “Anak usia dini menyerap ilmu
pengetahuan secara langsung ke dalam alam psikisnya. Semata-mata dengan melanjutkan
hidup, anak belajar menuturkan bahasa ibu/aslinya dan menciptakan otot
mentalnya sendiri menggunakan semua hal yang dijumpainya disekelilingnya untuk
tujuan itu.”
Karakteristik anak usia dini berdasarkan ilmu jiwa
modern menurut Kartono (1990: 109) adalah :
1)
Bersifat
egosentif-naif mementingkan diri sendiri, sebab secara naif dia sangat terkait
pada dirinya sendiri sebagai dari awal perkembangan kehidupan jiwanya. Anak
berpendapat bahwa pribadi jiwanya adalah satu dan terpadu erat dengan lingkungannya.
2)
Mempunyai
relasi sosial dengan benda-benda dan manusia yang sifatnya sederhana dan
primitif. Anak berkeyakinan bahwa orang lain itu menghayati dan merasakan
setiap peristiwa seperti penghayatan sendiri (anak membangun dunianya sesuai
dengan khayalan dan keinginannya), kehidupan individual dan sosial masih belum
terpisahkan oleh anak.
3)
Ada kesatuan
jasmani dan rohani yang hampir-hampir tidak terpisahkan sebagai satu totalitas.
Dunia lahiriah dan batiniah anak masih belum terpisahkan, oleh karena itu
pribadi anak tampak polos, yang tampak polos dengan perilakunya.
4)
Sikap hidup
yang fisiognomis, anak secara langsung memberikan sifat lahiriah (sifat
konkrit, nyata, seperti sifatnya benda-benda) pada setiap penghayatannya.
Jadi anak usia dini merupakan masa dimana anak
sedang berada pada fase perkembangan yang perlu mendapatkan bimbingan dan
pengarahan yang tepat sehingga potensi yang dimilikinya akan berkembang dengan
baik.