Pada suatu hari yang panas, si kancil menyusuri hutan untuk
jalan-jalan. Karena merasa haus, si kancil berjalan menuju sungai untu minum.
Setelah sampai, si kancilpun minum dengan lahapnya. Dia
meminum sebanyak-banyaknya untuk menghilangkan rasa dahaganya. Setelah di rasa
puas, si kancilpun kemudian berteduh di bawah sebuah pohon yang cukup rindang.
Suasana yang sejuk dan angin sepoi-sepoi yang berhembus, membuat mata si kancil
menjadi terasa berat dan mengantuk.
Tapi ketika si kancil tengah asik menuju alam mimpi,
lamat-lamat dia mendengar suara merintih dan minta tolong. Si kancilpun segera
bangun dan mencari dari arah mana suara itu berasal. Betapa kagetnya si kancil,
ketika dia melihat dari balik semak-semak. Dia melihat pak kerbau yang tengah
mengerang kesakitan karena kakinya di gigit oleh seekor buaya. Si kancilpun
mendekat untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.
“Hai pak kerbau.. apa kabarmu hari ini? Kau dan pak buaya
sedang main apa? Bolehkah aku ikut?”. Kata si kancil berlagak bodoh.
“Aduh kancil.. kabar ku hari ini sangat sial..”. kata pak
kerbau.
“Tapi kabar ku hari ini sangat baik dan sangat
beruntung..hahaha”. kata buaya menyahut.
“Lho.. kok bisa begitu? Memangnya kalian ini kenapa? Ada apa
sebenarnya?”. Tanya si kancil.
“Begini cil..”. kata pak kerbau. “Tadi.. waktu aku sedang
minum, aku mendengar ada suara meminta tolong. Setelah aku cari, ternyata aku
melihat buaya ini sedang mengerang kesakitan karena tertimpa oleh pohon. Dia memelas
dan meminta tolong pada ku, agar aku mau menolongnya”. Kata pak kerbau.
“Lha terus masalahnya bagaimana kok bisa jadi begini?”.
Tanya si kancil lagi.
“Nah.. biar aku yang lanjutkan cil..”. kata buaya. “Tadi dia
memang menolong ku. Melepaskan aku dari tindihan pohon besar yang menimpa tubuh
ku sehingga aku tak bisa bergerak. Tapi tadi aku juga sudah bertanya padanya,
apakah diamau menolong ku dengan tulus? Lalu dia jawab, iya. Nah, janji adalah
hutang bukan?”. Tanya si buaya.
“Iya.. memang benar demikian, lalu..?” Tanya si kancil lagi.
“Aku terjebak di bawah pohon sudah tiga hari lamanya.
Kehujanan, kepanasan, dan juga kelaparan. Waktu pak kerbau menolong ku, aku
sangat lapar cil. Jadi ku tagih juga janjinya yang katanya mau menolongku
dengan tulus, agar dia juga bersedia ku santap untuk menolong ku menghilangkan
rasa lapar ku. Jadi, aku tak salah kan cil? Hahaha..”. kata si buaya.
“Apakah benar demikian pak kerbau cerita yang sebenarnya?”.
Tanya si kancil memastikan.
“Memang benar cil. Tapi aku hanya bermaksut menolongnya dari
tindihan pohon tadi agar dia bisa bebas. Tak ku sangka ternyata dia juga mau
memakan aku untuk menolong menghilangkan rasa laparnya. Nasib ku memang
benar-benar malang cil..”. kata pak kerbau pasrah dengan sedihnya.
“Tunggu-tunggu.. kalau memang benar begitu ceritanya,
berarti pak buaya benar dan pak kerbau yang bersalah. Jadi pak kerbau memang
harus bersedia di makan oleh pak buaya..”. mendengar perkataan si kancil ini,
buaya menjadi sangat senang dan si kerbau menjadi sangat bersedih. Dia hanya
bisa merintih dalam kepasrahanya.
“Tapi untuk lebih jelasnya, bagaimana kalau kita lakukan
reka ulang adegan yang sebenarnya…?”. Kata si kancil lagi.
“Reka ulang adegan? Maksudnya apa cil?”. Tanya pak buaya.
“Maksudnya, kita akan melakukan sandiwara tentang kejadian
sebelum hal ini terjadi. Agar semua dapat kita simpulkan dengan jelas siapa
yang benar dan siapa yang salah”. Kata si kancil.
“Buat apa cil? Kan tadi sudah kau bilang bahwa aku yang
benar.”. kata buaya sedikit protes.
“Memang pak buaya.. tapi masalahnya, pak kerbau merasa belum
jelas dan dia merasa dirinya juga benar. Nah, agar dia juga sama-sama mengerti
bahwa dia yang salah, maka kita harus melakukan reka adegan ini. Tentunya pak
buaya yang sangat cerdas tak mau jika di bilang memakan kerbau yang tak
bersalah bukan?”. Tanya si kancil.
Mendengar dirinya di puji, si buaya menjadi besar kepala..
“Wah.. tentu saja tidak cil. Kau memang benar. Buaya cerdas seperti ku tak
mungkin mau jika di sebut penipu. Hahaha.. baiklah, mari kita lakukan reka
ulang adeganya, aku yakin bahwa walau di ulang berapa kalipun.. tetap aku yang
benar”. Kata buaya dengan yakinya.
Ahirnya, buaya melepas gigitanya dari kaki pak kerbau. Dan
merekapun melakukan reka adegan. Si buaya kembali ke tempat asal dia tertimpa
batang pohon. Dan pak kerbau kembali mendorong pohon menimpa pak buaya dengan
ke dua tanduknya. Setelah di rasa si buaya tak sanggup lagi bergerak dan
benar-benar terjebak, si kancil mengajak pak kerbau segera lari meninggalkan
tempat itu.
“Rasakan itu buaya jahat..!! ahirnya kamu berhasil juga aku
tipu. Kamu memang tak tahu terimakasih. Sudah di tolong malah tak mau membalas
budi. Sekarang rasakan sendiri akibat dari perbuatan jahat mu. Kau akan
terjebak di situ tanpa ada stupun hewan yang mau menolong mu. Hahaha..”. kata
si kancil sambil berlari meninggalkan tempat itu. Sementara si buaya yang
merasa di tipu oleh si kancil, sangat sakit hati dan menyimpan dendam. “Suatu
hari nanti, aku pasti akan membalas mu kancil..!!”. teriak buaya. Dan mulai saat
itulah di mulai perseteruan antara buaya dan kancil. Pada cerita dan kisah yang
lain..