Pengertian Permainan
Permainan menurut Kurniawati (2010) merupakan alat bagi anak untuk
menjalani dunianya dari yang tidak dikenali sampai pada yang diketahui, dari
yang tidak dapat diperbuatnya sampai mampu melakukannya. Bermain merupakan
proses alamiah dan naruliah yang berfungsi sebagai nutrisi dan gizi bagi
kesehatan fisik dan psikis anak dalam masa perkembangannya. Anak usia dini
sangat memerlukan kebebasan untuk bergerak dan beraktivitas lewat bermain.
Bermain merupakan dunia anak-anak, melalui bermain mereka dapat
mengekspresikan diri. Hughes mengatakan bahwa bermain merupakan hal yang
berbeda dengan belajar dan bekerja. Suatu kegiatan yang disebut bermain harus
ada lima unsur di dalamnya, yaitu: (a). mempunyai tujuan yaitu permainan itu
sendiri dilakukan untuk mendapat suatu kepuasan; (b). memilih dengan bebas dan
atas kehendak sendiri, tidak ada yang menyuruh ataupun memaksa; (c).
menyenangkan dan dapat menikmati; (d). mengkhayal untuk mengembangkan daya
imajinatif dan kreativitas; (e). melakukan secara aktif dan sadar.
Bermain dapat membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik
secara fisik, intelektual, sosial, emosional dan moral. Dari pendapat yang
telah dijabarkan diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa permainan
berbeda dengan bekerja, dalam permainan anak dapat belajar sesuatu hal yang
baru, dari yang tidak dikenali sampai pada yang diketahui, dari yang tidak
dapat diperbuatnya sampai mampu melakukannya serta melalui permainan dapat
membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik secara fisik, intelektual,
sosial, emosional dan moral.
Faktor yang Mempengaruhi Permainan
Hurlock (1978) berpendapat terdapat delapan faktor yang dapat
mempengaruhi permainan anak yaitu:
a.
Kesehatan
Semakin sehat anak, semakin banyak energinya untuk bermain aktif,
seperti permainan dan olahraga. Dengan demikian, anak yang kekurangan tenaga
akan lebih menyukai hiburan saja.
b. Perkembangan Motorik
Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik. Apa
saja yang akan dilakukan dan waktu bermainnya bergantung pada perkembangan
motor mereka. Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam
permainan aktif.
c. Intelegensi
Pada setiap usia, anak yang pandai lebih menunjukkan kecerdikan.
Dengan bertambahnya usia, anak lebih menunjukkan perhatian dalam permainan
kecerdasan, dramatis, konstruktif, dan membaca. Anak yang pandai menunjukkan
keseimbangan prhatian bermain yang lebih besar, termasuk upaya menyeimbangkan
faktor fisik dan intelektual yang nyata.
d. Jenis Kelamin
Anak laki-laki bermain lebih kasar ketimbang anak perempuan, dan lebih
menyukai permainan dan olahraga ketimbang berbagai jenis permainan lain. Pada
masa-masa awal, anak laki-laki menunjukkan perhatian pada berbagai jenis
permainan yang lebih banyak ketimbang anak perempuan. Tetapi sebaliknya, pada
anak perempuan terjadi pada akhir masa kanak-kanak.
e. Lingkungan
Anak dari lingkungan yang buruk kurang bermain ketimbang anak lainnya.
Hal ini disebabkan karena kesehatan yang buruk, kurang waktu, peralatan, dan
ruang yang memadai. Anak yang berasal dari lingkungan desa kurang bermain
ketimbang anak-anak yang berasal dari lingkungan kota. Hal ini karena kurangnya
teman bermain serta kurangnya peralatan dan waktu bebas.
f. Status Sosial Ekonomi
Anak dari kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi lebih menyukai
kegiatan yang mahal, seperti lomba atletik dan bermain sepatu roda. Sedangkan
mereka dari kalangan bawah terlihat dalam kegiatan yang tidak mahal, seperti
bermain bola dab renang. Kelas sosial mempengaruhi buku yang dibaca dan film
yang ditonton anak. Jenis kelompok rekreasi yang dimilikinya dan supervisi
terhadap anak-anak.
g. Jumlah Waktu Bebas
Jumlah waktu bermain terutama tergantung kepada status ekonomi
keluarga. Apabila tugas rumah tangga atau pekerjaan menghabiskan waktu luang,
anak terlalu lelah untuk melakukan kegiatan yang membutuhkan tenaga yang besar.
h. Peralatan Bermain
Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainannya,
misalnya dominasi boneka dan binatang buatan mendukung permainan pura-pura,
banyak permainan balok, kayu, cat air, dan lilin mendukung permainan yang
sifatnya konstruktif.
Tahapan perkembangan Permainan
Rubin, Fein & Vandenbuerg (1983) dan Smilansky (1968) dalam
(Sugianto, 1995: 21) mengungkapkan tahapan perkembangan permainan yaitu:
a. Permainan
fungsional (Functional play)
Permainan seperti ini biasanya tampak pada anak berusia 1-2 tahunan
berupa gerakan yang bersifat sederhana dan berulang-ulang. Kegiatan ini dapat
dilakukan dengan atau tanpa alat permainan. Misalnya berlari-lari sekeliling
ruang dan menarik mobil-mobilan.
b. Bangun
Membangun ( Constructive Play)
Permainan ini terlihat pada anak berusia 3-6 tahun.
Dalam kegiatan ini anak membentuk sesuatu, menciptakan bangunan tertentu dengan
alat permainan yang tersedia. Misalnya membuat rumah-rumahan dengan balok atau
potongan lego.
c. Permainan
pura-pura (Make believe play)
Dalam permainan ini anak berpura-pura menirukan kegiatan orang yang
pernah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
d. Permainan
dengan peraturan (Games with Rules)
Permainan ini dapat dilakukan anak usia 6-11 tahun. Dalam kegiatan
permainan ini, anak sudah memahami dan bersedia mematuhi aturan permainan.
Aturan permainan awalnya diikuti anak berdasarkan yang diajarkan orang lain.
Selanjutnya anak memahami bahwa aturan itu dapat dan boleh diubah sesuai
kesepakatan orang yang terlibat dalam permainan, asalkan tidak menyimpang jauh
dari aturan umumnya.
Jenis-Jenis Permainan
Jika ditinjau dari segi jenisnya, permainan terbagi atas empat
kerangka besar, yaitu berdasarkan subjek dan ruangan, struktur geografis,
bentuk dan keterampilan yang terdapat di dalamnya serta berdasarkan kerangka
manfaatnya (Tulia, 2010:15), yang meliputi :
a.
Berdasarkan Subyek dan Ruangnya
Sebagai subyek bermain, anak-anak merupakan instrumen penting yang
tidak bisa dipisahkan dari sistem permainan, mengingat dunia anak adalah dunia
bermain. Adapun macam-macamnya adalah :
1) Permainan Bayi
Permainan sederhana yang dimainkan dengan anggota keluarga atau anak
lebih besar akan menyenangkan bagi bayi sebelum mereka berusia 1 tahun.
Permainan tersebut bentuknya berupa permainan tradisional, seperti main petak
umpet atau kejar-kejaran.
2) Permainan Individual
Pada waktu anak berusia empat atau lima tahun, mereka bermain untuk
menguji kecakapan ketimbang hanya sebagai kesenangan. Bermain bersifat
perorangan dan bersaing dengan prestasinya di masa lampau. Permainan ini antara
lain : bermain egrang, bermain ingkling dan sebagainya.
3) Permainan Sosial (Tetangga)
Meskipun anak merasa tertarik dengan permainan perorangan, mereka juga
mengembangkan minat dalam permainan sosial, sejenis permainan kelompok yang
tidak terdefinisi, di mana setiap orang dapat bermain. Seperti bermain polisi
dan penjahat, petak umpet, gobak sodor dan lain-lain.
4) Permainan Tim
Permainan ini sangat terorganisir, mempunyai peraturan dan mengandung
suasana persaingan yang kuat. Pada mulanya hanya sedikit anak yang bermain,
namun lambat laun jumlah pemain bertambah meningkatnya kecakapan. Permainan
yang umum dari jenis ini adalah sepak bola, kasti, estafet.
5) Permainan Ruangan
Permainan dalam ruang kurang melelahkan ketimbang permainan luar dan
terutama dimainkan bila anak harus tinggal di rumah karena lelah, sakit, atau
cuaca buruk. Contoh dari permainan ini adalah mainan kartu, permainan tebakan
dan teka-teki.
b. Berdasarkan
Struktur Geografisnya
Berdasarkan struktur geografisnya, jenis permainan anak terbagi
menjadi permainan anak kota dan permainan anak desa.
1) Permainan Anak Kota
Jenis permainan ini secara tidak langsung bisa mematikan kreativitas
anak karena rata-rata permainan anak-anak golongan di pusat kota jarang sekali
diperbolehkan mainan di luar rumah oleh orang tuanya dengan alasan
membahayakan. Oleh karena mainan yang serba mewah jadi teman mereka sehari-hari
dan bisa dipastikan perkemabangan sosial mereka akan terhambat karena kurangnya
sosialisasi dengan teman sebayanya atau orang lain. Contoh dari permainan ini
adalah bermain komputer, robot-robotan, dan lain-lain.
2) Permainan Anak Desa
Lain halnya dengan permainan anak kota, jenis permainan anak desa lebih
menyenangkan bagi anak karena mereka bebas untuk bermain-main dengan teman
sebayanya. Dan dalam permainan ini anak bisa mengembangkan kreativitas dan daya
imajinasi mereka juga semakin berkembang karena anak akan berupaya membuat
mainan sendiri seperti apa yang diinginkan dengan barang atau bahan yang
seadanya. Semisal membuat mobil-mobilan dari kulit jeruk Bali, membuat gasing
dari kayu dan lain-lain.
c.
Berdasarkan Bentuk dan Keterampilan yang Terdapat di Dalamnya
1) Permainan Tradisional
Permainan tradisional merupakan jenis permainan yang mengandung
nilai-nilai budaya pada hakikatnya merupakan warisan leluhur yang harus
dilestarikan keberadaannya. Adapun contoh dari permainan ini adalah petak
umpet, lompat tali, dakon, pasaran dan lain-lain.
2) Permainan Modern
Permainan modern biasanya ditandai dengan sistem produksi yang
menggunakan teknologi canggih dan bersifat marginal. Serta lebih bersifat
atraktif dan elektrik. Oleh karenanya permainan modern terkadang dianalogikan
sebagai permainan elektronik. Misalnya mainan yang menggunakan radio control
yaitu play station, game watch, robot dan lain-lain.
d.
Berdasarkan Kerangka Manfaat
Dari berbagai macam bentuk permainan tentunya banyak sekali manfaat
yang bisa diambil dalam kegiatan tersebut, jika ditinjau dari kerangka manfaat
yang di dapat penggunanya. Terdapat dua jenis mainan, yaitu :
1) Mainan Umum
Pada dasarnya setiap kegiatan bermain tidak selalu membutuhkan alat
yang menghasilkan pengertiam atau informasi, kesenangan, maupun mengembangkan
imajinasi anak. Sebab pada dasarnya bermain merupakan suatu aktivitas yang
membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial,
moral dan emosional. Seperti bermain peran (sandiwara) dalam suatu profesi
tertentu (dokter-dokteran, polisi-polisian dan lain-lain).
2) Mainan Edukatif
Sebagian besar semua jenis dan bentuk mainan anak memiliki muatan
pendidikan atau bersifat edukatif. Karena secara tidak sadar dalam melaksanakan
aktivitas bermain mereka belajar segala hal. Semisal bermain fisik, (berlari
melompat, memanjat, dan lain-lain), bermain kreatif (menyusun balok, bermain
dengan pasir atau lilin) dan lain-lain
Berdasarkan uraian permainan di atas, maka permainan yang digunakan
dalam penelitian adalah jenis permainan individual, dengan jenis kegiatan bermain
egrang. Kegiatan dalam permainan ini memerlukan keseimbangan, kekuatan
dan kelincahan merupakan kegiatan permainan yang memiliki unsur-unsur dalam kecerdasan
kinestetik anak.