1. Dalam menciptakan keluarga yang kondusif para orang
tua hendaknya memperhatikan suasana harmonis dan kondusif dalam keluarga
sehingga memungkinkan pertumbuhan anak secara normal yang diantaranya meliputi:
a.
Sikap orang tua
yang authoritative dengan memberikan
kebebasan kepada anak untuk berpendapat melalui pemberian pengarahan-pengarahan
yang tidak hanya bersifat satu arah, sediakan waktu untuk diskusi, hargai pendapat
mereka sekalipun mungkin salah.
b. Pertanyaan-pertanyaan anak yang tidak diperhatikan
akan mematikan rasa ingin tahu, yang berdampak pada anak menjadi masa bodoh dan
bersikap tidak peduli dan akan menjadikannya sulit berkembang, baik kecerdasan
maupun kreativitasnya.
c.
Bermain, baik
dalam arti metode belajar (learning by
playing) maupun bermain bersama anak (aktivitas fisik) gerakan-gerakan
seperti berguling, melompat-lompat, berayun-ayun, sangat mempengaruhi
syaraf-syaraf kecerdasan anak.Helicopter
spin salah satu metode yang dapat digunakan, melalui bermain dapat
dimaksimalkan saluran indrawi.
d. Berikan keteladanan, bagi anak menirukan pekerjaan
yang dilakukan orang tua lebih mudah dibandingkan dengan melakukan apa yang
diucapkan, tunjukkan sikap, ucapan maupun perilaku baik yang dapat dicontoh
oleh anak.
e.
Hindari hukuman
fisik, hukuman fisik lebih banyak menimbulkan dampak negatif, jika emosi orang
tua sudah tinggi, hukuman fisik seringkali merupakan pelampiasan yang tidak
terkendali.
f.
Berikan
perhatian pada kebutuhan anak khususnya yang berkaitan dengan emosi dan
intelektual mereka, harus disadari bahwa kebutuhan seorang anak tidak hanya
fisik semata.
2. Kondisikan dengan suasana membaca
Para orang tua dapat
memperkenalkan buku cerita kepada anak sedini mungkin dan saat yang paling
mudah menanamkan kebiasaan membaca adalah: saat anak belum bisa protes. Yaitu:
waktu bayi. Bahkan sejak dalam kandungan.Jika kita membacakan cerita kepada bayi
setiap malam secara rutin, maka acara tersebut menjadi suatu ritual yang
dinantikan anak, membaca cerita kepada bayi juga mengembangkan keingintahuan
serta kecerdasan anak.Ketika bayi semakin besar, sudah bisa duduk di pangkuan,
mulai meraba buku dan merasakan kehangatan orang tua pada saat membacakan
cerita dan itu suatu perasaan yang sangat menyenangkan anak. Perasaan itu akan
terus terbawa sampai dewasa, inilah yang disebut dengan neuro association.Dengan demikian bagi anak, buku menjadi suatu
yang menyenangkan saat besar.
3. Pemberian sugesti positif dan tidak membandingkan
dengan anak lain.
Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar waktu dari perjalanan hidup manusia lebih
banyak mendapatkan sugesti yang negative dibandingkan yang positif. Untuk
itulah disarankan agar memberi dorongan pada apa yang harus dilakukan bukan
yang dilarang, karena dorongan akan membuat anak berani mencoba sementara
larangan membuat anak menjadi takut untuk mencoba.
Sedangkan anak diserahkan
membandingkan dengan anak lain karena secara umum manusia tidak akan berkenaan
jika dibandingkan dengan orang lain demikian pula pada anak. Hal ini akan
berdampak rendahnya rasa percaya diri yang disebabkan eksistensi diri yang
tidak dihargai.
4. Perkenalkan bahasa kedua.
Memperkenalkan bahwa kedua
(Arab, Inggris, Jepang, Jerman, Perancis) kepada anak sejak awal adalah saat
yang paling tepat. Kemampuan belajar suatu bahasa asing paling tinggi sejak
kelahiran hingga usia enam tahun. Dan sesudah itu menurun secara tetap dan tak
terpulihkan. Lonjakan terbesar perkembangan otak mulai berakhir pada usia
sekitar 10 tahun. Oleh karena itu bahasa asing sebaiknya diajarkan sedini
mungkin.