Blogroll

loading...

Blogger templates

loading...

Makalah Industri Papan Partikel


BAB I
PENDAHULUAN
Produksi papan partikel dan kayu lapis menjadi suatu pilihan yang diambil oleh kebanyakan pengusaha kayu. Hal ini diambil karena larangan atas ekspor kayu gelondongan ke luar negeri. larangan tersebut tertulis dalam sebuah surat keputusan tiga menteri (Menteri Pertanian, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan dan Koperasi) pada tanggal 8 Mei 1980 tentang penjualan kayu bulat untuk ekspor maupun domestik. Surat keputusan tersebut diputuskan dengan pertimbangan penciptaan lapangan kerja baru, alih teknologi maupun alih pengelolaan serta peningkatan nilai tambah produk kayu.        
Menurut data dari Biro Pusat Statistik (2010), kayu lapis merupakan komoditi andalan penghasil devisa terbesar dari sektor industri setelah minyak dan gas bumi. Nilai ekspor kayu lapis pada tahun 1987 tsebesar 1759.30 juta USD, tahun 1988 mencapai 2073.7 juta USD dan pada tahun 1990 naik mencapai angka 3013.90 juta USD. Peningkatan ini memberikan suatu harapan cerah bahwa pada beberapa tahun mendatang, industri kayu lapis masih menjadi primadona penghasil devisa terbesar di sektor non migas. Dominasi industri kayu lapis yang mempunyai nilai tambah yang relatif rendah tersebut menunjukan bahwa secara nasional sebagian kayu bulat yang diproduksi diolah menjadi produk yang rendah nilai tambahnya.
Industri lanjutan yang mampu meningkatkan nilai tambah sekaligus meningkatkan rendemen penggunaan kayu atau industri yang dapat mensubstitusi penggunaan kayu untuk menghasilkan produk sejenis merupakan sesuatu yang diharapkan. Salah satu produk yang sekarang dikembangkan dalam memenuhi keinginan tersebut adalah industri papan partikel.
  1. Untuk mengetahui proses produksi papan partikel berbahan baku onggok singkong.
  1. Untuk mengetahui biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.

BAB II 
PROSES PRODUKSI



A. Latar Belakang
Papan partikel merupakan produk papan komposit atau panel kayu yang terbuat dari partikel – partikel kayu atau bahan – bahan yang berligniselulosa lain yang di ikat dengan perekat sintetik atau bahan pengikat lain serta dikempa dengan panas. Produk papan partikel yang dihasilkan biasanya memanfatkan limbah dari industri kayu hulu berupa serpihan, serbuk gergajian. Bahan baku untuk pembuatan papan partikel juga tidak menutup kemungkinan dari bahan non kayu. Tandan kosong kelapa sawit, pisang, onggok limbah tapioka ataupun pohon non kayu yang mengandung ligniselulosa memiliki kemungkinan bisa dijadikan bahan baku dapi papan partikel dengan kualitas yang bisa diatur. Hal yang menggembirakan adalah kemungkinan penggunaan limbah untuk dijadikan produk yang memiliki nilai tambah yang besar. Pemanfaatan limbah industri hulu ini akan sangat menguntungkan jika dikelola dengan baik baik dari segi ekonomi, ketenaga kerjaan maupun dari aspek lingkungan.
Beberapa negara tujuan ekspor Indonesia adalah Jepang, yang mengkonsumsi 83 persen dari total nilai import dunia, kemudian diikuti oleh Swedia, Negara Eropa serta Amerika Serikat.  Nilai impor yang tercatat sampai tahun 1993 menunjukan peningkatan dengan laju 35 persen. Potensi pasar terbesar yang diharapkan mampu menyerap papan partikel adalah Jepang, Eropa barat dan Amerika Serikat.
Perkembangan pemakai papan partikel di Indonesia semenjak tahun 1989 sampai 1993 tercatat mengalami peningkatan dalam tingkat yang tinggi, yaitu rata-rata 16.2 persen (CIC,1993). Untuk konsumsi papan partikel di  Indonesia sendiri menurut tim peneliti CIC (1993) akan mengalami kenaikan dalam bidang furniture dan perumahan dengan laju pertumbuhan 19.95 persen. Melalui pemanfaatan hasil samping samping industri tapioka dengan bahan perekat gipsum dan semen akan menghasilkan papan partikel yang tidak kalah kuatnya.

B.  TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk :



A.    Karakteristik Fisika
1. Dimensi Papan Partikel
Pada industri papan partikel berbahan baku onggok diproduksi berukuran panjang dan lebar 25x25 cm dan 25x50 cm. Tebal papan 2 cm dan mempunyai berat papan yang diproduksi sebesar 3,58 Kg. massa jenis produk ini sebesar 1,3 g/cm3    
2. Daya Tahan dan Kekerasan Papan Partikel
Daya tahan dari papan partikel yang disebut juga modulus patah yang  menunjukkan kekuatan papan tersebut dalam menahan beban yang dikenakan padanya. Dari beberapa hasil penelitian modulus patah yang dihasilkan rata-rata 5.65 kg/cm2. Kekerasan papan partikel disebut juga modulus elastis yang menunjukkan sifat kekakuan dan merupakan ukuran dari perubahan papan dalam menahan perubahan bentuk atau lenturan yang terjadi akibat adanya pembebanan sampai batas proporsi. Dari beberapa hasil penelitian modulus elastis yang dihasilkan rata-rata 103.97 kg/cm2.

B.    Bahan Baku Pembuatan Papan Partikel
1.     Gipsum
Gipsum adalah mineral lunak tidak berwarna bila murni, merupakan salah satu bahan baku yang dapat diolah menjadi kapur tulis. Dalam perdagangan biasanya gipsum mengandung 90% CaSO4.2H2O. Gipsum sebagai perekat mineral mempunyai sifat yang lebih baik dibandingkan dengan perekat organik karena tidak menimbulkan pencemaran udara, murah, tahan api dan tahan terhadap zat kimia.
2.     Boraks sebagai Bahan Penghambat.
3
 
Dalam pembuatan papan partikel dibutuhkan penghambat yang dapat memperlambat proses pengerasan gipsum tanpa  merusak sifat gipsum sebagai perekat.
3.               Onggok
Onggok merupakan limbah dari industri tepung tapioka yang tidak bermanfaat. Oleh pihak industri berusaha membantu pemanfaatan onggok yang banyak dari industri Tapioka
4.     Pasir Kuarsa.
Pasir kuarsa digunakan  untuk memberikan sifat kekakuan pada produk akhir yang dihasilkan
5.     Serat Kayu
Merupakan salah satu bahan baku yang digunakan dalam industri papan partikel, terutama papan yang ringan.
6.     Semen
Semen berguna sebagai perekat antara campuran bahan – bahan yang digunakan dalam memproduksi papan partikel berbahan baku onggok.

C.  Proses Produksi

Papan partikel gipsum atau papan partikel merupakan papan panel kayu yang mengandung bahan perekat mineral. Bahan perekat mineral lain adalah gipsum, semen dan magnesit, sehingga papan tiruan yang dibuat dengen perekat tersebut biasanya disebut papan mineral. 
Pada hakekatnya proses pembuatan panel kayu dengan menggunakan gipsum sebagai perekatnya menggunakan teknologi yang sama dengan membuat panel kayu yang menggunakan perekat semen. Agar komponen impor yang lebih murah maka komponen gipsum sebagian besar digantikan dengan onggok yang juga bersifat lengket. Perbedaan waktu mengeras untuk gipsum lebih pendek dan suhu tidak boleh melebihi 400C.
Neraca massa dalam perancangan proses industri bertujuan untuk mengetahui jumlah aliran input-output bahan dalam suatu rangkaian proses sehingga berguna untuk menetapkan dan mengawasi jumlah bahan-bahan yang diperlukan, kondisi proses yang optimal dan penanganan bahan-bahan yang dapat di daur ulang atau dibuang sebagai limbah.
Secara umum teknologi pengolahan papan partikel berbahan baku onggok adalah sebagai berikut:
1. Pengeringan
Pengeringan dilakukan agar bahan baku yang dipakai dalam produksi mempunyai kadar air yang rendah (15 %) sehingga onggok dapat disimpan hingga 20 jam jika tidak diproduksi pada hari itu. Kadar air yang tinggi dari onggok dapat membuat bahan ini mengalami pembusukan. Alat yang digunakan untuk pengeringan ini adalah fluidzed bed dryers. Cara kerja alat udara panas dihembuskan ke arah bahan dari arah samping dalam tekanan atsmosfir sehingga air yang tersimpan dalam bahan akan hilang bersamaan udara panas yang berhembus.
 





Gambar 1   fluidzed bed dryers.
Udara panas yang digunakan mempunyai 15 % (RH) dan bersuhu 90 0C sedangkan onggok yang digunakan mempunyai  kelembaban 40 % (RH) dan mempunyai berat awal 40,266 kg/jam dan suhu 350C. Setelah pengeringan ini dihasilkan onggok yang bersuhu 500C dan mempunyai berat 30,3 kg/jam. Sehingga air yang hilang sebesar 10,066 kg/jam. Besar energi yang dibutuhkan sebesar 10,621 Kw. Perusahan mempunyai dua mesin dengan kapasitas sebesar 0,5 kg setiap 1,5 menit.
2. Penghancuran dan Penyaringan.
Penghancuran dilakukan agar bahan baku yang digunakan dalam produksi mempunyai tingkat kehalusan 100 mesh dari awalnya 60 mesh atau dari 42,33 mm menjadi 25,4 mm. Perhitungan tenaga mesin hammer mill yang digunakan sekitar 3,612 Hp untuk setiap tahap proses. Kapasitas mesin adalah 5 kg untuk tiap 6 menit. Besar tenaga ini didapatkan dari perbandingan penggunaan mesin ini pada tingkat energi dan kehalusan bahan.
Cara kerja mesin penghancur hammer mill memiliki rotor berkecepatan tinggi yang berputar di dalam rumahan berbentuk silinder dengan sumbu putar yang mendatar. Partikel padat yang masuk ke daerah pengilingan dipukul oleh palu-palu yang terdapat  pada piring-piring rotor, kemudian terbagi menjadi potongan-potongan yang terbang dan bertabrakan dengan plat stasioner pada dinding rumahan. Akibatnya potongan-potongan tersebut kembali pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan vibrating screen dengan ukuran 100 mesh dengan lama  6 menit setiap tahap dan berkapasitas 5 kg.
3. Pencampuran I (solid dengan solid).
Proses pencampuran padatan dengan padatan ini dilakukan agar proses penncampurannya dengan air dapat dengan mudah dilakukan. Jika diasumsikan kemampuan alat pengaduk membutuhkan waktu 3 menit (180 detik). Jika pada waktu 30s diambil sampel sebanyak 100 partikel dan didapatkan Standar deviasinya 0,093 serta besar ukuuran onggok halus dan pasir kuarsa adalah 30 mm (sama). Fraksinasi antara onggok 0,34 dan pasir kuarsa 0,61 maka setelah 180 s maka didapatkan standar deviasi sebesar 0,0044.
Waktu yang dibutuhkan tiap tahap proses sekitar 7,5 menit sehingga dibutuhkan 2 alat di tahap ini untuk 77,659 kg/jam yang berkapasitas sebesar 4,85 kg. Alat yang digunakan adalah mesin double blender. Spesifikasi motor yang digunakan adalah 220 volt, 3 fase dengan koefisien factor (cos q) 0,89 dan efisiensi 70 %. Jika alat ini dapat digunakan untuk 200 kg dan membutuhkan 8 A tiap fase yang akan meningkat menjadi 10 s untuk tiap 10A. Energi yang dibutuhkan untuk tiap Jam adalah 49,5 watt.
4. Pencampuran II (solid dengan air).
Pencampuran ini dilakukan dengan bahan hasil pencampuran antara pasir kuarsa dan onggok dengan air menggunakan mixer pasta. Tujuan pencampuran ini berguna untuk meningkatkan kekentalan dan daya rekat dari onggok, akan tetapi agar tidak terjadi pembusukan hasil campuran ini harus segera diolah. Waktu penggunaan alat ini sebesar 15 menit dengan kapasitasnya 11,5 kg sehingga membutuhkan 2 alat untuk berproduksi.
5. Pencampuran III ( solid dengan solid).
Proses pencampuran gipsum dengan serat kayu dapat langsung menjadi papan apabila terdapat kondisi air yang banyak, sehingga harus dijauhkan dan dijaga dari air. Jika diasumsikan kemampuan alat pengaduk membutuhkan waktu 9 menit (540 s). Jika pada waktu 300 s diambil sampel sebanyak 100 partikel dan didapatkan standar deviasinya 0,0335 serta besar ukuran gipsum dan serat kayu adalah 50 mm (sama). Fraksinasi antara gipsum 0,15 dan serat kayu 0,85  maka setelah 240 detik maka didapatkan standar deviasi sebesar 0,013.
Waktu yang dibutuhkan tiap tahap proses sekitar 15 menit sehingga dibutuhkan 2 alat di tahap ini untuk 83,698 kg/jam yang berkapasitas sebesar 10 kg. Alat yang digunakan adalah mesin double blender. Spesifikasi motor yang digunakan adalah 220 volt, 3 fase dengan koefisien factor (cos q) 0,89 dan efisiensi 70 %. Jika alat ini dapat digunakan untuk 200 kg dan membutuhkan 8 A tiap fase yang akan meningkat menjadi 10 s untuk tiap 10 A. Energi yang dibutuhkan untuk tiap Jam adalah 52 watt.
6. Clarifier (pemanasan/heater).
Pemanasan ini berguna untuk menambah kekentalan dari lumpur onggok yang ada sehingga kadar aiar berkurang sebesar 2 kg/ jam. Lumpur onggok akan berjalan melewati pipa yang diberi pemanas diluarnya. Lumpur onggok itu mempunyai kecepatan 0,33 m/menit dan panjang pipa sebesar 5 meter.
Diameter pipa sebesar 6,5 cm dan dilapisi oleh alumunian dan baja hingga mencapai 11, 5 cm. massa jenis lumpur onggok adalah 1,367 g/cm3 dan lama penetrasi panas selama 6 menit ( 2 meter dari pipa merupakan pemanas). Lumpur onggok tersebut akan melewati pipa tersebut selama 15 menit dengan kapasitas sebesar 1,53 kg sehingga ada 2 pipa yang membawa lumpur onggok ini. Suhu akhir lumpur onggok yang diinginkan sebesar 60oC.
7. Pencampuran IV (larutan dengan solid)
Proses pencampuran ini merupakan inti dri seluruh proses pengadukan. Semua  bahan akan bercampur dan perbedaan suhu yang digunakan menghasilkan terbentuknya suhu kumulatif dan mempercepat proses pengadukan.
Setiap fase dari proses ini membutuhkan waktu 6 menit dan mesin berkapasitas 9 kg sehingga membutuhkan 2 mesin untuk memenuhi produksi sebesar 178 kg/jam. Total energi yang diperlukan untuk setiap tahap (0,0712 j/s, 2 mesin) atau sebesar 2,567 kw/jam dengan besar 4, 95 A untuk tiap mesinnya.
8. Percetakan.
Proses ini dilakukan secara manual dengan mempergunakan cetakan atau loyang yang berukuran 2 x 50 x 27 cm dan dapat menampung berat hingga 3,526 kg. jika diketahui massa jenis lumpur gipsum sebesar 1,325 g/cm3 sehingga volume tiap bagian sebesar 2702,07 cm2  dengan waktu 6 menit tiap bagian (5 cetakan).
9. Mendiamkan  cetakan.
Cetakan kemudian didiamkan selama 10 menit agar lumpur onggok tersebut dapat mengeras secara alami. Sehingga dibutuhkan tempat yang cukup untuk kegiatan ini. Proses membawa cetakan ke tempat yang diinginkan menggunakan alat bantu dan dilakukan oleh 2 orang operator.
10. Pengkempaan
Proses ini dilakukan agar papan partikel berbahan baku onggok yang ada dapat lebih cepat mengering. Prosesnya menggunakan tekanan dan energi panas ke dalam campuran tersebut sebesar 1035 j/s , hingga mencapai suhu 50oC dan waktu kontak selama 2,5 menit. Air yang hilang untuk tiap jamnya mencapai 3 kg. prinsip kerja alat ini menggunakan sifat bahan yang melakukan konduksi panas.
11. Pemotongan
Lembaran papan partikel berbahan baku onggok hasil proses penggempaan kemudian harus dipotong dikarenakan ada ukurannya yang berbeda yaitu ukuran 2x 25 x 25. Peralatan pemotong yang digunakan, terdiri dari 2 cutting table. cutting table horisontal akan memotong papan dibagian samping hingga rata dan cutting table vertikalmembagi dua sama besar. Mekanisme kedua jenis peralatan pemotong terebut hampir sama, yaitu papan diletakan di atas permukaan belt comveyor kemudian dipotong dengan pisau pemotong secara tegak lurus dan horisontal.
12. Penghalusan
Lembaran papan partikel berbahan baku onggok hasil pemotongan mempunyai bagian yang tidak rata dan berbahaya jika terkena tangan. Proses penghalusan ini berguna untuk menghilangkan bahaya dan memperoleh produk yang seragam.
13. Pengemasan
Pengemasan dilakukan dengan cara membungkus papan partikel tersebut dengan kain dan kemudian di jahit dengan benang. Beberapa produk juga dikemas dengan plastik serta di alari dengan sket.
 



















Contoh Papan Partikel

BAB III
 ASPEK BIAYA PRODUKSI

                                      

Biaya-biaya yang dibutuhkan dalam proses produksi ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Yang termasuk ke dalam biaya tetap adalah :
a)       Biaya tenaga kerja tidak langsung
Biaya tenaga kerja tidak langsung terdiri dari :
(1)    Direktur
(2)    Manajer
(3)    Staf
(4)    Office Boy
(5)    Satpam
(6)    Sopir
b)       Biaya penyusutan
Biaya penyusutan terdiri dari :
(1)  Biaya Penyusutan Bangunan
(2)  Biaya Penyusutan Fasilitas
(3)  Biaya Penyusutan Mesin dan Peralatan
(4)  Biaya Penyusutan Kendaraan
c)       Biaya perbaikan dan pemeliharaan
Biaya perbaikan dan pemeliharaan terdiri dari :
(1)  Biaya perbaikan dan pemeliharaan Bangunan
(2)  Biaya perbaikan dan pemeliharaan Fasilitas
(3)  Biaya perbaikan dan pemeliharaan Mesin dan Peralatan
(4)  Biaya perbaikan dan pemeliharaan Kendaraan
d)       Biaya Administrasi
Biaya Administrasi terdiri dari :
(1)  Biaya asuransi mesin dan peralatan
(2)  Biaya Asuransi Kendaraan
(3)  Biaya Asuransi Bangunan
(4) 
10
 
Biaya Alat-alat Administrasi
(5)  Biaya Pemasaran
(6)  Biaya Pajak Bumi dan Bangunan
Sedangkan yang termasuk biaya variabel terdiri dari :
a) Biaya bahan baku, pengemasan,utilitas,
Biaya bahan baku terdiri dari :
(1)  Onggok
(2)  Gypsum
(3)  Serat Kayu
(4)  Pasir Kuarsa
(5)  Boraks
(6)  Semen
(7)  Air
Biaya pengemasan terdiri dari biaya karung dan plastik
Biaya Utilitas terdiri dari :
(1)  Biaya listrik
(2)  Biaya Bensin
(3)  Biaya Solar
b) Biaya tenaga kerja langsung,
Biaya tenaga kerja langsung terdiri dari :
(1)  Biaya tenaga kerja bagian Produksi
(2)  Biaya tenaga kerja bagian Quality Control
(3)  Biaya tenaga kerja bagian Gudang


                 



BAB IV
PENUTUP


A. Kesimpulan
Teknologi industri papan partikel bukan lagi sebuah industri yang dalam tahap percobaan, namun telah digunakan dan berhasil dengan baik pada industri-industri yang sejenis. Dari analisa alternatif lokasi pendirian industri dengan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan, lokasi yang terbaik adalah di Lampung.
Perhitungan biaya produksi yang dilakukan dalam proses produksi mencakup biaya tetap dan biaya variabel.  Perhitungan biaya produksi akan menentukan terhadap harga jual produk kepada konsumen. Biaya variabel yang paling dominan menentukan harga adalah biaya bahan baku.      

B. Saran
Dalam pembuatan papan partikel ini komponen onggok yang digunakan masih terlalu kecil dibanding dengan komponen lainnya sehingga perlu adanya kajian yang lebih mendalam terhadap komposisi papan partikel yang akan dibuat. Untuk lebih memasyarakatkan produk ini perlu dilakukan promosi secara intensif karena produk dengan spesifikasi ini tergolong masih baru sehingga belum dikenal oleh masyarakat.

12
 

DAFTAR PUSTAKA

 
 


Biro Pusat Statistik, 2010. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik, Jakarta.
CIC, 1993. Papan Panel Indonesia Tahun 1993. Capricornus Indo Consult,           Jakarta.
Kotler, P. 2010. Manajemen Pemasaran. Erlangga, Jakarta.





                                                                         






13
 
 













Blog Archive