Blogroll

loading...

Blogger templates

loading...

Konsep Matematika Untuk Anak Usia Dini



Matematika untuk anak usia dini merupakan sarana yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, mendorong anak untuk mengembangkan berbagai potensi intelektual yang dimilikinya serta dapat dijadikan sebagai sarana untuk menumbuhkan berbagai sikap dan perilaku positif dalam rangka meletakkan dasar-dasar kepribadian sedini mungkin seperti sikap kritis, ulet, mandiri, ilmiah, rasional dan lain sebagainya. Matematika bagi anak usia dini merupakan salah satu cara bagi anak untuk memahami dunia dan pengalaman-pengalaman yang dilakukannya serta upaya untuk memecahkan berbagai permasalahan yang ditemuinya setiap hari (Sriningsih, 2009:23).
Salah satu kecerdasan anak yang harus digali adalah kecerdasan logika matematika dilihat dari keterampilan untuk menangani angka, bentuk, pola, dan kemahiran dalam memecahkan masalah yang ada. Pendapat tersebut juga didukung Noorlaila (2010: 95) yang menyatakan bahwa Kecerdasan logika matematika ditandai dengan kemampuan berfikir secara konseptual. Biasanya individu dengan kemampuan berfikir yang baik, suka mengeksplorasi pola, bentuk, kategori, dan hubungan. Kehidupan sehari-hari siswa selalu dihadapkan pada persoalan menggunakan logika untuk memecahankan suatu masalah. Namun, pada kenyataannya melaksanakan kegiatan pembelajaran bukanlah hal yang mudah karena masih banyak ditemukan anak yang masih belum menguasai kemahiran dalam mengolah bilangan atau mengeksplorasi pola sesuai konsep secara logis.
Kompetensi matematika yang dipadukan dalam pembelajaran matematika untuk anak usia dini adalah kompetensi matematika yang dipublikasikan dalam dokumen The National Council of Teacher of Mathematics pada tahun 2003 tentang Prinsip dan Standar untuk Matematika Sekolah. Kompetensi matematika yang direkomendasikan untuk anak usia dini terdiri dari kompetensi isi dan proses pembelajaran matematika.
Kompetensi isi antara lain: bilangan dan operasi bilangan, aljabar, geometri, pengukuran, analisis data dan probabilitas. Sedangkan kompetensi proses meliputi: problem solving, penalaran dan pembuktian, komunikasi, koneksi dan representasi. Standar pembelajaran matematika mengacu pada sepuluh standar yang ditetapkan oleh NTCM (2003) yaitu (1) bilangan dan operasi bilangan, (2) aljabar, (3) geometri, (4) pengukuran, (5) analisis data dan probabilitas, (6) pemecahan masalah, (7) penalaran dan pembuktian, (8) komunikasi, (9) koneksi, (10) representasi (Sriningsih, 2009:25).
Adapun ciri-ciri lain yang menandai bahwa anak sudah mulai menyenangi permainan matematika adalah sebagai berikut: (1) anak secara spontan menunjukkan ketertarikan pada aktivitas permainan (2) menyebut urutan bilangan tanpa pemahaman, (3) anak mulai menghitung benda-benda yang ada di sekitarnya secara spontan, (4) anak mulai membandingkan benda-benda dan peristiwa yang ada di sekitarnya, (5) anak mulai menjumlahkan atau mengurangi angka dan benda-benda yang ada di sekitarnya (Sriningsih, 2009: 81).
Menurut Sriningsih (2009:80) bermain dapat pula dijadikan sebagai sarana untuk menanamkan kecintaan anak terhadap matematika. Penanaman konsep matematika dapat dilakukan sedini mungkin melalui kegiatan permainan matematika yang menyenangkan bagi anak. Kegiatan permainan matematika selain dapat dijadikan sebagai sarana rekreasi yang menyenangkan, dapat juga dijadikan sebagai sarana untuk membangun kesiapan dalam belajar matematika pada tahapan selanjutnya.
Menurut Fromboluti dan Rinck (dalam Sriningsih, 2009:29) anak membangun konsep-konsep matematika melalui berbagai kegiatan sehari-hari yang ia lakukan. Konsep matematika dibentuk melalui pengalaman langsung yang dapat dilakukan anak pada berbagai percobaan atau penemuan. Konsep matematika dapat pula dikembangkan melalui berbagai kegiatan bermain misalnya bermain pasir, bermain air, bermain puzzle, bermain balok, bermain masak-masakan. Melalui berbagai kegiatan ini secara tidak langsung anak belajar tentang konsep ukuran, bilangan, warna, bentuk dan lain sebagainya. Anak membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membangun konsep matematika dalam dirinya, karena belajar matematika memerlukan kemampuan untuk berpikir abstrak.
6. Konsep Geometri Untuk Anak Usia Dini
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 pasal 28 ayat 3, menyebutkan bahwa  “Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal, atau bentuk lain yang sederajat”, sehingga Taman-Kanak-Kanak merupakan salah satu jenjang pendidikan yang dilalui oleh setiap warga negara dalam lingkup pendidikan formal.
Tujuan Taman Kanak-Kanak sebagaimana tertuang dalam kurikulum 2004 adalah “membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik atau motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar” (Depdiknas, 2000).
Menurut Piaget (Yusuf, 2005:5) perkembangan kognitif anak TK berada pada tahap pra operasional. Pada tahap ini anak mampu berpikir kongkrit (nyata). Dengan demikian guru dalam kegiatan mengajarnya perlu secara kontinyu menggunakan media pembelajaran dengan pertimbangan bahwa salah satu nilai yang dikandungnya yaitu mengkongkritkan sesuatu yang abstrak. Selain itu apabila menggunakan media dalam kegiatan pembelajaran banyak keuntungan yang diperoleh, diantaranya anak akan merasa lebih tertarik, merasa tenang, termotivasi belajar dan menumbuhkan rasa ingin tahu anak.
Matematika merupakan disiplin ilmu logika menguasai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi ke dalam tiga bidang pokok, yakni aljabar, analisis, geometri. Geometri mempunyai arti harfiah yaitu pengukuran bumi; geometri merupakan perhitungan kalender, geometri akan dipelajari secara informal dan intuisi.
Pengenalan geometri di TK berupa diantaranya pengenalan bentuk lingkaran, segitiga, dan segiempat. Pembelajarannya dilakukan secara terpadu dengan tema dan bidang pengembangan lainnya melalui aktivitas belajar yang dapat menstimulasi dan mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan anak. Pembelajaran dirancang sedemikian rupa sesuai tingkat perkembangan agar anak mampu memahami berbagai konsep dengan mudah dan menyenangkan serta melibatkan berbagai pengalaman yang sudah diketahuinya.
Pembelajaran geometri di TK dilakukan dengan mengenalkan bentuk-bentuk yang berhubungan dengan benda-benda kongkrit di lingkungan sekitar anak, seperti bentuk buku, papan tulis, meja, bendera dan lain sebagainya. Pembelajaran perlu dirancang agar anak lebih banyak melakukan kegiatan eksplorasi berbagai bentuk yang sering mereka temui dalam kehidupan sehari-harinya.
a. Pengertian konsep geometri
Geometri adalah bagian dari matematika yang membahas mengenai titik, garis, bidang, dan ruang. Ruang adalah himpunan titik-titik yang dapat membentuk bangun-bangun geometri, garis adalah himpunan bagian dari ruang yang merupakan himpunan titik-titik yang mempunyai sifat khusus. Bidang adalah himpunan-himpunan titik-titik yang terletak pada permukaan datar. (Negoro, 2003 : 18).
Geometri sebagai salah satu sistem matematika, di dalamnya memiliki banyak konsep pangkal, mulai dari unsur primitif atau unsur tak terdefinisi, antara lain: titik, garis, kurva, ataupun bidang. Juga terdapat relasi-relasi pangkal yang tidak didefinisikan, misalnya: ‘melalui’, ‘terletak pada’, ‘memotong’, dan ‘antara’. (Adjie dan Maulana, 2006 : 310)
Anak usia TK adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan geometri, karena usia TK sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan. Rasa ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapat stimulasi/ rangsangan/ motivasi yang sesuai dengan tugas perkembangannya. Kegiatan pengenalan geometri diberikan melalui berbagai macam permainan tentunya akan lebih efektif karena permainan merupakan wahana belajar dan bekerja bagi anak.
Anak akan lebih berhasil mempelajari sesuatu apabila yang anak pelajari sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya. Menurut Juwita, dkk (2000: 266) Geometri adalah studi hubungan ruang. Pembelajaran anak usia dini termasuk pendalaman benda-benda serta hubungan-hubungannya, sekaligus pengakuan bentuk dan pola. Anak mampu mengenali, mengelompokkan, dan menyebutkan nama-nama bentuk bangun, baik bangun datar ataupun bangun ruang yang bermacam-macam ukuran dan bentuknya.
Geometri adalah membangun konsep dimulai dengan mengidentifikasi bentuk-bentuk dan menyelidiki bangunan dan memisahkan gambar-gambar seperti segi empat, lingkaran, segitiga pernyataan tersebut didukung Clements dkk (dalam Carol Sefeldt dan Barbara A. Wasik, 2008: 398). Belajar konsep-konsep maupun belajar bahasa untuk mengungkapkan letak seperti di bawah, di atas, kiri, dan kanan meletakkan dasar awal memahami geometri.
Ismayani (2010:27) menyatakan bahwa geometri adalah
“Pemahaman konsep berbagai bentuk geometri bangun datar dan bangun ruang. Mengenal nama dan ciri-ciri berbagai bentuk geometri itu serta mencari bentuk-bentuk yang sama dengan masing-masing bentuk tersebut dalam dunia nyata. Pembelajaran secara kongkrit benda-benda yang dikenalkannya memudahkan untuk anak lebih cepat memahami dari perbedaan bentuk, ciri-ciri dan sifat dari suatu benda.”

Dari pendapat beberapa pakar di atas dapat di simpulkan bahwa, geometri adalah mengenali bentuk benda-benda, membandingkan, membedakan, dan juga membedakan kesamaan dan perbedaan bentuk suatu benda yang ada disekitar.
Dari definisi – definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pelajaran geometri di Taman Kanak-Kanak dimungkinkan untuk diajarkan walaupun harus dengan cara yang lebih kreatif dan realistik. Geometri dianggap mempunyai banyak aplikasi dalam matematika dan kehidupan nyata, yang juga banyak mengandung unsur problem solving-nya.
b. Tahap-Tahap Pembelajaran Geometri
Tahap pertama anak belajar geometri adalah topologi. Mereka belum mengenal jarak, kelurusan, dan lainnya. Karena itu mulai belajar geometri supaya mulai dengan lurus-lurus, lengkungan, lengkungan tertutup, lengkungan terbuka, daerah dalam lengkungan, lengkungan sederhana dan lainnya.
Anak dapat memahami konsep melalui pengalaman bermain dan guru membantu dalam mengenalkan konsep geometri. Membangun konsep geometri anak usia dini dimulai dengan mengidentifikasi bentuk-bentuk, menyelidiki bangunan dan memisahkan gambar-gambar. Anak dalam usia dini mulai berusaha untuk mengenal dan memahami bentuk dasar (bentuk-bentuk geometri) yang memiliki nama-nama tertentu seperti lingkaran, persegi, segitiga, persegi panjang, dan lain sebagainya menurut Wahyudi (2005: 115) yaitu:
1) Pengenalan bentuk dasar: lingkaran, persegi, segitiga
2) Membedakan bentuk
3) Memberi nama: menghubungkan bentuk dengan namanya
4) Menggolongkan bentuk dalam suatu kelompok sesuai dengan bentukknya
5) Mengenali bentuk-bentuk benda yang ada di lingkungannya sendiri.

Hiele dalam Ruseffendi (2006 : 161-163) berpendapat bahwa ada lima tahapan anak belajar geometri, yaitu :
1)       Tahap Pengenalan
       Pada tahap ini, siswa sudah mengenal bentuk-bentuk geometri seperti segitiga, kubus, bola, lingkungan, dan lain-lain. Tetapi ia belum memahami sifat-sifatnya.
2)       Tahap Analisis
       Pada tahap ini, siswa sudah dapat memahami sifat-sifat konsep atau bentuk geometri. Misalnya: siswa mengetahui dan mengenal bahwa sisi persegi panjang yang berhadapan itu sama panjang, bahwa panjang kedua diagonalnya sama panjang dan memotong satu sama lain sama panjang dan lain-lain.
3)       Tahap Pengurutan
       Pada tahap ini, selain siswa sudah mengenal bentuk-bentuk geometri dan memahami   sifat-sifatnya,  ia  sudah  dapat   mengurutkan   bentuk - bentuk
       geometri yang satu dengan yang lain berhubungan.
4)       Tahap deduksi
       Pada tahap ini, berfikir deduktifnya sudah mulai tumbuh tetapi belum berkembang dengan baik. Matematika adalah ilmu deduktif, karena pengambilan kesimpulan, pengambilan dalil harus dilakukan secara deduktif. Pada tahap ini, siswa sudah dapat memahami pentingnya pengambilan kesimpulan secara deduktif itu. Misalnya ia dapat melihat bahwa kesimpulan yang diambil secara induktif itu mungkin bisa keliru.
5)       Tahap keakuratan
       Pada tahap ini, siswa sudah dapat memahami bahwa adanya ketepatan dari yang mendasar itu penting.     


Pembelajaran pengenalan geometri anak diajarkan untuk mengenal beberapa bentuk seperti lingkaran, bujur sangkar, segitiga, segi lima, belah ketupat dan trapesium merupakan awal dari pengenalan bentuk geometri pada saat anak menerapkan kegiatan mengelompokkan benda.
Kegiatan mengenal bentuk geometri dapat dilakukan dengan mengamati lingkungan sekitar dan mencari bentuk-bentuk yang akan diperkenalkan pada saat belajar mengenal bentuk dan diperkenalkanlah pada anak bentuk bujur sangkar, segitiga, lingkaran dan aneka bentuk lainnya, kemudian beri kesempatan anak untuk belajar mengamati bentuk geometri melalui kegiatan mengelompokkan benda berdasarkan bentuk geometri yang sama.
c. Tujuan Pengenalan Geometri
1) Tujuan Umum
Tujuan pengenalan geometri secara umum menurut Depdiknas (2010: 312) yaitu anak diharapkan mengenal dan menyebutkan berbagai macam benda berdasarkan bentuk geometri dengan cara mengamati benda-benda yang ada disekitar anak misalkan lingkaran, segitiga, belah ketupat, trapesium, segi empat, segi lima, segi enam, setengah lingkaran, oval.
2) Tujuan Khusus
Menurut Clements dkk (dalam Carol Seefeldt dan Barbara A. Wasik, 2008: 399) pengenalan geometri secara khusus memiliki tujuan yaitu:
“Memberikan kepada anak pengalaman-pengalaman dalam lingkungan langsung mereka yang memungkinkan mereka mengidentfikasi bentuk-bentuk dan sosok-sosok, membuat anak sadar akan bentuk-bentuk geometri di dalam lingkungan alami memungkinkan mereka untuk membuat asosisi antara benda-benda biasa dan kata-kata tidak biasa, memberikan kepada anak kesempatan-kesempatan untuk membangun bentuk-bentuk geometri dan belajar nama-nama yang sesuai untuk bentuk-bentuk itu.”

d. Manfaat Pengenalan Geometri
Pengenalan merupakan aspek yang sangat penting, karena salah satu tujuan kegiatan pembelajaran adalah anak mengenal apa yang telah anak pelajari. Pengenalan yang dimaksud berupa konsep-konsep, teori dan hokum yang ada. Pada saat guru menjelaskan tentang bentuk-bentuk geometri, sebaiknya guru menggunakan media yang ril dan dekat dengan anak, sehingga anak dapat melihat dan memanipulasi benda-benda yang mempunyai bentuk geometri tersebut. Perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan. Tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meninggkat, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, pada tahap selanjutnya. Menurut Wahyudi (2005: 109) bahwa pengenalan geometri memberikan manfaat pada anak yaitu:
a.       Anak akan mengenali bentuk-bentuk dasar seperti lingkaran, segitiga, persegi dan persegi panjang
b.       Anak akan membedakan bentuk-bentuk
c.       Anak akan mampu menggolongkan benda sesuai dengan ukuran dan bentuknya
d.       Akan akan memberi pengertian tentang ruang, bentuk, dan ukuran.
7. Hakikat Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri
Kemampuan mengenal Bentuk Geometri adalah suatu kemampuan yang yang dimiliki anak untuk menggambar dan mengklasifikasikan serta mengkomunikasikan benda benda yang mereka temui dilingkungan sekitar. Anak juga memiliki kemampuan mengenal benda dengan berbagai bentuk dan ukuran (Rohmitawati. 2008. Matematikaku. (http://limas.p4tmatematikaku.com).
Menurut Warner (1994;45) mengemukakan bahwa ‘bentuk bangun datar merupakan sebuah bidang berbentuk datar yang dibatasi oleh beberapa ruas garis”. Jumlah dan model ruas garis yang membatasi bangun tersebut menentukan nama dan bentuk bangun datar tersebut. Bangun datar merupakan bangun dua dimensi yang hanya memiliki panjang dan lebar, yang dibatasi oleh garis lurus atau lengkung.
Menurut Sutan (2003:61) bahwa bangun datar merupakan bentuk geometri berdimensi dua terletak pada bidang datar dan memiliki dua unsur yaitu panjang dan lebar. Berdasarkan pendapat tersebut maka disimpulkan bahwa bangun datar merupakan bangun dua dimensi yang hanya memiliki panjang dan lebar yang dibatasi oleh garis lurus atau lengkung.

8. Pengembangan Bentuk Geometri
Menurut Van Hiele (dalam Dirjen Dikdasmen, 2004:25) mengemukakan bahwa
     “Siswa belajar geometri itu melalui 5 tahap yaitu (1) Pengenalan (2) Analisis (3) Pengurutan (4) Deduksi (5) Keakuratan. Pada tahap pengenalan ini siswa hanya baru mengenal bangun-bangun geometri seperti bola, kubus, segitiga, persegi dan bangun-bangun geometri lainnya. Seandainya kita hadapkan dengan sejumlah bangun-bangun geornetri, anak dapat memilih dan menunjukkan bentuk segitiga.”


Pada tahap pengenalan anak belum dapat menyebutkan sifat-sifat dari bangun-bangun geometri yang dikenalnya. Guru harus memahami betul karakter anak pada tahap pengenalan agar anak belajar bentuk geometri dengan mengerti, mereka harus memahami tahap-tahap yang lebih rendah dahulu. Tanpa memahami tahap-tahap yang lebih rendah mereka belajar bentuk geometri melalui hafalan.
Pada tingkat analisis ini sering disebut juga deskriptif. Pada tingkat ini siswa sudah mengenal bangun-bangun geometri berdasarkan ciri-ciri dari masing-masing bangun. Dengan kata lain pada tingkat ini siswa sudah bisa menganalisis bagian-bagian yang ada pada suatu bangun dan mengamati sifat-sifat yang dimiliki oleh unsur-unsur tersebut.
Pada tingkat pengurutan atau tingkat rasional, siswa sudah bisa memahami hubungan antara ciri yang satu dan ciri yang lain pada sesuatu bangun. Sebagai contoh siswa sudah bisa mengatakan bahwa jika pada suatu segi empat sisi-sisi yang berhadapan sejajar, maka sisi-sisi yang berhadapan itu juga sama panjang. Siswa juga sudah bisa memahami hubungan antara bangun yang satu dengan bangun yang lain. Misalnya pada tingkat ini siswa sudah dapat bisa memahami bahwa setiap persegi adalah juga persegi panjang karena persegi juga memiliki ciri-ciri persegi panjang.
Pada tingkat deduksi siswa sudah memahami peranan pengertian-pengertian pangkat, definisi-definisi, aksioma-aksioma dan teorema-teorema pada geometri. Pada tingkat ini siswa sudah mulai mampu menyusun bukti-bukti secara formal. Ini berarti bahwa pada tingkat ini siswa sudah memahami proses berfikir yang bersifat deduktif-aksiomatis dan mampu menggunakan proses berfikir tersebut. 
Pada tingkat keakuratan sama dengan tingkat matematis. Pada tingkat ini siswa mampu melakukan penalaran secara formal tentang sistem-sistem matematika (termasuk sistem-sistem geometri), tanpa membutuhkan model-model yang konkret sebagai acuan. Pada tingkat ini siswa memahami bahwa dimungkinkan adanya lebih dari satu geometri. Semua anak mempelajari geometri dengan melalui tingkat-tingkat tersebut, dengan urutan yang sama dan tidak dimungkinkan adanya tingkat yang diloncati. Akan tetapi, kapan siswa mulai memasuki sesuatu tingkat yang baru tidak selalu sama antara siswa yang satu dengan siswa yang lain.
Pengenalan bentuk geometri pada anak TK adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki anak setelah menyelesaikan pengalaman belajar bentuk geometrinya yaitu:
a.       Anak sudah dapat menyebutkan bentuk geometri.
b.       Dapat menggambar suatu bentuk geometri secara lisan/tulisan.
c.       Dapat membuat bentuk yang berupa produk seperti membentuk dari tanah liat atau plastisin.
d.       Mengelompokkan benda 3 dimensi (benda-benda sebenarnya) yang berbentuk geometri (lingkaran, segitiga, segiempat).
e.       Memasangkan bentuk geometri dengan benda tiga dimensi yang bentuknya ama (lingkaran-simpai,segitiga-caping, segiempat-papan tulis)
Menurut Sujiono, dkk (2004:213) mengemukakan bahwa kemampuan ini  berhubungan dengan konsep bentuk dan ukuran. Adapun kemampuan yang akan dikembangkan pada anak adalah sebagai berikut:
a.       Memiliki benda menurut warna, bentuk dan ukuran.
b.       Mencocokkan benda menurut warna, bentuk dan ukurannya.
c.       Menciptakan bentuk dari kepingan geometri (segitiga, segiempat, lingkaran)
d.       Menyebutkan benda-benda yang ada dikelas sesuai dengan bentuk geometri.
e.       Mencontoh bentuk-bentuk geometri (segitiga, segiempat, lingkaran)
f.        Menyebutkan, menunjukkan dan mengelompokkan bentuk (segitiga, segiempat, lingkaran)

9. Bentuk-Bentuk Geometri
Mengidentifikasi dengan penggolongan bentuk suatu benda dapat menciptakan pengetahuan jenis-jenis bentuk dari suatu benda. Anak mulai melihat atribut-atribut yang sama dan berbeda pada gambar dan benda-benda yang berada di lingkungan sekitar anak. Jenis-jenis geometri secara umum yaitu geometri 2 dimensi biasa disebut juga bangun datar dan geometri 3 dimensi yang biasa disebut bangun ruang.
Menurut Surya (2009: 113) geometri 3 dimensi (bangun ruang) adalah bangun yang memiliki sisi, rusuk dan titik sudut. Sisi bangun ruang adalah bidang (permukaan) yang membatasi bangun ruang tersebut, rusuk adalah garis (lurus/lengkung) yang merupakan perpotongan dua sisi, dan titik sudut adalah titik yang merupakan perpotongan beberapa rusuk.
Menurut Sutan (2003:61-72) bahwa ”bentuk/bangun datar merupakan bentuk-bentuk geometri berdimensi dua terletak pada bidang datar yang memiliki dua unsur yaitu panjang dan lebar”. Menurutnya terdapat sembilan macam bentuk/bangun datar, tetapi yang dapat dikembangkan pada anak TK adalah sebagai berikut:
a) Segi empat
Segi empat yaitu bangun datar yang memiliki empat sudut dan empat sisi.  
Bangun-bangun datar dibawah ini di golongkan dalam segi empat:


b) Segitiga
Segitiga yaitu bidang datar yang berisi tiga sisi yang dibentuk dengan cara menghubungkan segitiga buah titik yang tidak segaris (sebagai titik sudutnya dengan ruas-ruas garis). segitiga yaitu segitiga sama kaki dan segitiga sama sisi.
  
Menurut Budhayanti, dkk (2009:3.2) mengemukakan segitiga merupakan model bangun datar yang dibatasi oleh tiga ruas garis. Segitiga dapat diberi nama dengan menggunakan huruf kapital berurutan bisa searah putaran jarum jam atau sebaliknya. Selanjutnya segitiga bisa dikelompokkan menurut tiga hal yaitu menurut panjang sisinya, besar sudutnya dan besar sudut beserta panjang sisinya.
c) Lingkaran
Lingkaran secara umum adalah garis melengkung yang kedua ujungnya bertemu pada jarak yang sama dari titik pusat. Anak dapat mengenal lingkaran dengan cara permainan yang membuat anak mengelilingi sesuatu, mencari bentuk dan bangun berbentuk lingkaran disekitar rumah atau sekolah seperti Pada jam dinding, piring, kepingan CD, uang logam, tutup ember/dandang, bola dan lain-lain.

Blog Archive