1. Karakteristik Anak Usia Dini
Karakteristik anak usia dini dapat
dilihat dari perkembangan yang terjadi pada anak tersebut. Salah satu aspek
perkembangan yang cukup signifikan dalam kehidupan anak usia dini adalah
perkembangan fisik. Hurlock (dalam Wahyudin dan Agustin, 2009:7) menjelaskan
bahwa secara umum perkembangan fisik anak usia TK mencakup empat aspek (1)
sistem syaraf, yang sangat berkaitan erat dengan perkembangan kecerdasan dan
emosi; (2) otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dna kemampuan
motorik; (3) kelenjar endokrin yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah
laku baru dan (4) struktur fisik/tubuh yang meliputi tinggi, berat dan proporsi
tubuh.
Setiap anak berkembang melalui tahapan
perkembangan yang umum tetapi pada saat yang sama setiap anak juga adalah
makhluk individu yang unik. Pembelajaran yang sesuai adalah pembelajaran yang
sesuai dengan minat, tingkat perkembangan kognitif serta kematangan sosial dan
emosional (Sujiono dan Sujiono, 2010:21).
Aspek yang tidak kalah penting dalam
keseluruhan perkembangan anak usia dini adalah Perkembangan Intelektual.
Kognisi merupakan bagian intelek yang merujuk pada penerimaan, penafsiran,
pemikiran, pengingatan, pengkhayalan, pengambilan keputusan dan penalaran.
Dengan kemampuan kognisi inilah individu mampu memberikan respon terhadap
kejadian yang terjadi secara interal dan eksternal (Cavanagh dalam Wahyudin dan
Agustin, 2009:12).
Anak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Ia
memiliki dunia dan karakteristik sendiri yang jauh berbeda dari dunia dan
karakteristik orang dewasa. Ia sangat aktif, dinamis, antusias, dan hampir
selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarkannya, serta
seolah-olah tak pernah berhenti belajar.
Banyak teori perkembangan yang
dihasilkan oleh para ahli; suatu teori mempunyai perbedaan dan persamaan dengan
teori lainnya serta terjadinya perubahan dari waktu ke waktu. Oleh karena
itu, Solehuddin (2002) mengidentifikasikan sejumlah karakteristik anak usia
prasekolah sebagai berikut.
1) Anak bersifat unik. Anak sebagai seorang
individu berbeda dengan individu lainnya. Perbedaan ini dapat dilihat dari
aspek bawaan, minat, motivasi dan pengalaman yang diperoleh dari kehidupannya
masing-masing. Ini berarti bahwa walaupun ada acuan pola perkembangan
anak secara umum, dan kenyataan anak sebagai individu berkembang
dengan potensi yang berbeda-beda.
2) Anak mengekspresikan prilakunya secara
relatif spontan. Ekspresi perilaku secara spontan oleh anak akan menampakan
bahwa perilaku yang dimunculkan anak bersifat asli atau tidak ditutup-tutupi.
Dengan kata lain tidak ada penghalang yang dapat membatasi ekspresi yang
dirasakan oleh anak. Anak akan membantah atau menentang kalau ia merasa tidak
suka. Begitu pula halnya dengan sikap marah, senang, sedih, dan menangis kalau
ia dirangsang oleh situasi yang sesuai dengan ekspresi tersebut.
3) Anak bersifat aktif dan energik. Bergerak
secara aktif bagi anak usia prasekolah merupakan suatu kesenangan yang
kadang kala terlihat seakan-akan tidak ada hentinya. Sikap aktif dan energik
ini akan tampak lebih intens jika ia menghadapi suatu kegiatan yang baru dan
menyenangkan.
4) Anak itu egosentris. Sifat egosentris yang
dimiliki anak menyebabkan ia cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut
pandang dan kepentingan sendiri.
5) Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat
dan antusias terhadap banyak hal. Anak pada usia ini juga mempunyai sifat
banyak memperhatikan, membicarakan den mempertanyakan berbagai hal yang dilihat
dan didengarnya terutama berkenaan dengan hal-hal yang baru.
6) Anak bersifat eksploratif dan petualang.
Ada dorongan rasa ingin tahu yang sangat kuat terhadap segala sesuatu, sehingga
anak lebih senang untuk mencoba, menjelajah, dan ingin mempelajari hal-hal yang
baru. Sifat seperti ini misalnya, terlihat pada saat anak ingin
membongkar pasang alat-alat mainan yang ada.
7) Anak umumnya kaya dengan fantasi. Anak
menyenangi hal yang bersifat imajinatif. Oleh karena itu, mereka mampu untuk
bercerita melebihi pengalamannya. Sifat ini memberikan implikasi terhadap
pembelajaran bahwa bercerita dapat dipakai sebagai salah satu metode
belajar.
8) Anak masih mudah frustrasi. Sifat
frustrasi ditunjukkan dengan marah atau menangis apabila suatu kejadian tidak
sesuai dengan apa yang diinginkannya. Sifat ini juga terkait dengan sifat
lainnya seperti spontanitas dan egosentris.
9) Anak masih kurang pertimbangan dalam
melakukan sesuatu. Apakah suatu aktivitas dapat berbahaya atau tidak terhadap
dirinya, seorang anak bahaya belum memiliki pertimbangan yang matang untuk
itu. Oleh karena itu lingkungan anak terutama untuk kepentingan pembelajaran
perlu terhindar dari hal atau keadaan yang membahayakan.
10) Anak memiliki daya perhatian yang pendek.
Anak umumnya memiliki daya perhatian yang pendek kecuali untuk hal-hal yang
sangat disenanginya.
11) Anak merupakan usia belajar yang paling
potensial Dengan mempelajari sejumlah ciri dan potensi yang ada pada anak,
misalnya rasa ingin tahu, aktif, bersifat eksploratif dan mempunyai daya ingat
lebih kuat, maka dapat dikatakan bahwa pada usia anak-anak terdapat kesempatan
belajar yang sangat potensial. Dikatakan potensial karena pada usia ini
anak secara cepat dapat mengalami perubahan yang merupakan hakikat
dari proses belajar. Oleh karena itu, lingkungan pembelajaran untuk anak
perlu dikembangkan sesuai potensi yang dimilikinya.
12) Anak semakin menunjukkan minat terhadap
teman. Anak mempunyai keinginan yang tinggi untuk berteman. Anak memiliki
kemampuan untuk bergaul dan bekerjasama dengan teman lainnya.
(http://www.scribd.com/doc/43291483/Karakteristik-Anak-TK)
Menurut Aulia (2011:62) hal penting mengenai karakteristik anak usia dini
adalah:
a. Anak
di bawah usia 5 tahun bisa dengan mudah menyerap informasi dalam jumlah yang
luar biasa banyaknya. Pada anak yang berusia kurang dari 4 tahun akan lebih
mudah dan lebih efektif. Di bawah 3 tahun bahkan jauh lebih mudah lagi dan jauh
lebih efektif. Dan di bawah 2 tahun merupakan usia yang paling mudah menyerap
dan paling efektif untuk menyerap informasi.
b. Anak
di bawah usia 5 tahun bisa menangkap informasi dengan kecepatan yang luar
biasa.
c. Semakin
banyak informasi yang diserap seorang anak di bawah usia 5 tahun, makin banyak
pula yang diingatnya.
d. Anak
di bawah usia 5 tahun mempunyai energi yang sangat besar.
e. Anak
di bawah usia 5 tahun mempunyai keinginan belajar yang sangat besar.
f. Anak di bawah usia 5 tahun dapat belajar
membaca dan ingin belajar membaca.
g. Anak
di bawah usia 5 tahun bisa mempelajari suatu bahasa secara utuh dan dapat
belajar bahasa apapun yang diperkenalkan kepadanya. Dia bisa diajari membaca
satu atau beberapa bahasa sama mudahnya dengan kemampuannya untuk mengerti
bahasa lisan.
2. Tahapan
Perkembangan Kognitif
Piaget menjabat sebagai
profesor psikologi di Universitas Geneva dari 1929 hingga 1975 dan ia paling
terkenal karena menyusun kembali teori perkembangan kognitif ke dalam
serangkaian tahap, memperluas karya sebelumnya dari James Mark Baldwin, menjadi
empat tahap perkembangan yang lebih kurang sama dengan masa infancy, pra-sekolah, anak-anak, dan
remaja. Masing-masing tahap ini dicirikan oleh struktur kognitif umum yang
mempengaruhi semua pemikiran si anak (suatu pandangan strukturalis yang dipengaruhi
oleh filsuf Immanuel Kant).
Masing-masing tahap mewakili
pemahaman sang anak tentang realitas pada masa itu, dan masing-masing kecuali
yang terakhir adalah suatu perkiraan (approximation)
tentang realitas yang tidak memadai. Jadi, perkembangan dari satu tahap ke
tahap yang lainnya disebabkan oleh akumulasi kesalahan di dalam pemahaman sang
anak tentang lingkungannya, akumulasi ini pada akhirnya menyebabkan suatu
tingkat ketidakseimbangan kognitif yang perlu ditata ulang oleh struktur
pemikiran (http://id.wikipedia.org/wiki/Jean_Piaget)
Keempat
tahap perkembangan itu digambarkan dalam teori Piaget sebagai berikut :
1. Tahap sensorimotor: dari lahir hingga 2
tahun (anak mengalami dunianya melalui
gerak dan inderanya serta mempelajari permanensi obyek)
2. Tahap pra-operasional: dari 2 hingga 7
tahun (mulai memiliki kecakapan
motorik)
3. Tahap operasional konkrit: dari 7 hingga
11 tahun (anak mulai berpikir
secara logis tentang kejadian-kejadian konkrit)
4. Tahap operasional formal: setelah usia 11
tahun (perkembangan penalaran abstrak). (http://id.wikipedia.org/wiki/Jean_Piaget).
Secara
kualitatif perkembangan dari masing-masing tahapan kognitif yang dikemukakan
oleh Piaget untuk usia anak-anak, maksudnya adalah :
a. Tahap Sensori-Motor (0-2)
Pada tahap
ini inteligensi sensori-motor dipandang sebagai inteligensi praktis (practical
intelligence), yang berfaedah untuk belajar berbuat terhadap lingkungannya
sebelum mampu berfikir mengenai apa yang sedang ia perbuat. Inteligensi
individu pada tahap ini masih bersifat primitif, namun merupakan inteligensi
dasar yang amat berarti untuk menjadi pondasi tipe-tipe inteligensi tertentu
yang akan dimiliki anak kelak.
Sebelum usia
18 bulan, anak belum mengenal object permanence (benda tetap). Artinya, benda apapun yang tidak ia lihat, tidak
ia sentuh, atau tidak ia dengar dianggap tidak ada meskipun sesungguhnya benda
itu ada. Dalam rentang 18 - 24 bulan barulah kemampuan object permanence anak tersebut muncul secara bertahap dan
sistematis. Pada tahap ini menggambarkan seseorang berfikir melalui
gerak tubuh, maksudnya kemampuan untuk belajar dan meningkatkan kemampuan
intelektual berkembang sebagai suatu hasil dari perilaku gerak dan
konsekuensinya.
b. Tahap Pra Operasional (2–7)
Pada tahap ini anak sudah
memiliki penguasaan sempurna tentang object
permanence. Artinya, anak tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap
eksisnya suatu benda yang harus ada atau biasa ada, walaupun benda tersebut
sudah ia tinggalkan atau sudah tak dilihat, didengar atau disentuh lagi. Jadi,
pandangan terhadap eksistensi benda tersebut berbeda dengan pandangan pada
periode sensori motor, yakni tidak bergantung lagi pada pengamatannya belaka.
Periode ini ditandai oleh
adanya egosentris serta pada periode ini memungkinkan anak untuk mengembangkan diferred-imitation, insight learning dan kemampuan berbahasa, dengan menggunakan
kata-kata yang benar serta mampu mengekspresikan kalimat-kalimat pendek tetapi
efektif. Pada tahap ini anak masih belum memiliki kemampuan untuk
berpikir logis atau operasional. Anak mulai menggunakan simbol-simbol untuk
mempresentasikan lingkungan secara kognitif. Piaget membaginya menjadi dua sub
bagian, yaitu: prakonseptual (2-4 tahun) dan intuitif (4-7 tahun).
c.
Tahap Operasional Konkrit (8-11
tahun).
Karakteristik umum dari tahapan ini
adalah bertambahnya kemampuan dari variabel dalam situasi memecahkan masalah (problem
solving). Pada masa ini anak sudah memasuki masa kanak-kanak dan memasuki
dunia Sekolah Dasar.
d.
Tahap Operasional Formal (11 tahun ke
atas)
Pada tahap ini ditandai dengan kemampuan individu untuk berpikir secara
hipotesis dan berbeda dengan fakta, memahami konsep abstrak dan
mempertimbangkan kemungkinan cakupan yang luas dari perkara yang sempit. (Yusuf, 2005:5).
Menurut Piaget tahapan-tahapan di atas selalu dialami oleh anak, dan
tidak akan pernah ada yang dilewatinya meskipun tingkat kemampuan anak
berbeda-beda. Tahapan-tahapan ini akan meningkat lebih kompleks dari pada masa
awal dan kemampuan kognitif anak pun akan bertambah.
Melihat tahapan perkembangan di atas maka anak usia dini berada pada
tahapan praoperasional-intuitif. Anak sudah mengenal kegiatan mengelompokkan,
mengukur, dan menghubungkan objek-objek, namun mereka belum sadar mengenai
prinsip-prinsip yang melandasinya. Karakteristik anak pada tahap ini yaitu
pemusatan perhatian pada satu dimensi dan mengesampingkan dimensi lainnya.
Perkembangan fisik anak pun sudah mulai melakukan berbagai bentuk gerak dasar
yang dibutuhkannya seperti berjalan, berlari, melempar, dan menendang. Hal
tersebut harus diperhatikan oleh guru TK agar memberikan pembelajaran yang
dapat memfasilitasi perkembangan kognitif anak secara optimal.
3.
Karakteristik Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
Menurut Yudha dan Rudyanto
(2004:11), perkembangan kognitif pada setiap tahapannya memiliki karakteristik
tersendiri yang membedakan dengan tahapan yang lainnya. Adapun cara berfikir
anak usia dini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
- Transductive reasoning,
artinya anak berfikir yang bukan induktir atau deduktif tetapi tidak
logis.
- Ketidakjelasan hubungan
sebab akibat, artinya anak mengenal hubungan sebab akibat secara tidak
logis.
- Animism, artinya
anak menganggap bahwa semua benda itu hidup seperti dirinya.
- Artificial, artinya
anak mempercayai bahwa segala sesuatu di lingkungan itu mempunyai jiwa
seperti manusia.
- Perceptually bound,
artinya anak menilai sesuatu berdasarkan apa yang dilihatnya atau yang
didengarnya.
- Mental experiments,
artinya anak mencoba melakukan sesuatu untuk menemukan jawaban dari
persoalan yang dihadapinya.
- Centration, artinya
anak memusatkan perhatiannya kepada sesuatu ciri yang paling menarik dan
mengabaikan ciri yang lainnya.
- Egocentrisme,
artinya anak melihat dunia di lingkungannya menurut kehendak dirinya
sendiri.
Melihat karakteristik cara
berfikir anak pada tahapan ini dapat disimpulkan bahwa anak dalam tahap
praoperasional telah menunjukkan aktivitas kognitif dalam menghadapi berbagai
hal di luar dirinya. Aktivitas berfikirnya belum mempunyai sistem yang
terorganisasi tetapi anak sudah dapat memahami realitas di lingkungannya dengan
menggunakan benda-benda dan simbol. Cara berfikirnya masih bersifat tidak
sistematis, tidak konsisten dan tidak logis.
4. Implikasi Perkembangan Kognitif bagi
Pembelajaran
Setelah mengetahui
definisi dari perkembangan kognitif, tahap-tahap perkembangan kognitif dan
karakteristik perkembangan kognitif anak usia dua sampai tujuh tahun (tahap
praoperasional), diharapkan guru TK dapat menyajikan pembelajaran bagi anak
didiknya sesuai dengan tahapan perkembangan dan karakteristik perkembangan anak
usia dini. Tujuannya yaitu agar perkembangan anak dapat terfasilitasi dengan
baik sehingga tugas-tugas perkembangannya dapat tercapai secara optimal dan anak
pun merasa senang dalam mengikuti pembelajaran karena guru menyajikannya sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan anak. Sehingga tidak akan ada pembelajaran yang
dipaksakan serta pembelajaran yang berpusat pada guru.
Implikasi perkembangan
kognitif bagi pembelajaran sangat berpengaruh besar untuk keberhasilan
pembelajaran di setiap tahap perkembangan. Khususnya untuk pembelajaran di
tingkat pendidikan anak usia dini dapat diimplikasikan pada setiap komponen
pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai optimal.
Komponen tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dalam setiap pembelajaran harus disesuaikan
dengan tingkat perkembangan anak usia dini. Hal tersebut dapat dilihat dalam
rumusan tingkat pencapaian perkembangan yang telah ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak
Usia Dini yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.1
Tingkat
Pencapaian Perkembangan Kognitif Kelompok Usia 4 - < 6 tahun
Lingkup Perkembangan
|
Tingkat Pencapaian Perkembangan
|
|
4 - < 5 tahun
|
5 - < 6 tahun
|
|
III. Kognitif
A. Pengetahuan umum dan sains
|
1. Mengenal benda berdasarkan fungsi (pisau
untuk memotong pensil untuk menulis)
2. Menggunakan benda-benda sebagai
permainan simbolik (kursi sebagai mobil)
3. Mengenal gejala sebab-akibat yang terkait
dengan dirinya
4. Mengenal konsep sederhana dalam
kehidupan sehari-hari (gerimis, hujan, gelap, terang, temaram dan sebagainya)
5. Mengekspresikan sesuatu sesuai dengan
idenya sendiri
|
1. Mengklasifikasikan benda berdasarkan
fungsi
2. Menunjukkan aktivitas yang bersifat
eksploratif dan menyelidik (seperti apa yang terjadi ketika air ditumpahkan)
3. Menyusun perencanaan kegiatan yang akan
dilakukan
4. Mengenal sebab-akibat tentang
lingkungannya (angin bertiup menyebabkan daun bergerak, air dapat menyebabkan
sesuatu menjadi basah)
5. Menunjukkan inisiatif dalam memilih tema
permainan (seperti: ayo kita bermain pura-pura seperti burung)
6. Memecahkan masalah sederhana dalam
kehidupan sehari-hari
|
B. Konsep bentuk, warna, ukuran dan pola
|
1. Mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk
atau warna atau ukuran
2. Mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok
yang sama atau kelompok yang sejenis atau kelompok yang berpasangan dengan 2
variasi
3. Mengenal pola AB-AB dan ABC-ABC
4. Mengurutkan benda berdasarkan 5 variasi ukuran atau warna
|
1. Mengenal perbedaan berdasarkan ukuran
”lebih dari”, ”kurang dari”, dan ”paling /ter”
2. Mengklasifikasikan benda berdasarkan
warna, bentuk, dan ukuran (3 variasi)
3. Mengklasifikasikan benda yang lebih
banyak ke dalam kelompok yang sejenis, atau kelompok berpasangan yang lebih
dari 2 variasi
4. Mengenal pola ABCD-ABCD
5. Mengurutkan benda berdasarkan ukuran
dari paling kecil ke paling besar atau sebaliknya
|
C. Konsep bilangan, lambang bilangan,
dan huruf
|
1. Mengetahui konsep banyak dan sedikit
2. Membilang banyak benda satu sampai
sepuluh
3. Mengenal konsep bilangan
4. Mengenal lambang huruf
|
1. Menyebutkan lambang bilangan 1-10
2. Mencocokkan bilangan dengan lambang
bilangan
3. Mengenal berbagai macam lambang huruf
vokal dan konsonan
|