Taman
Kanak-Kanak (TK) memiliki tujuan-tujuan instrumental dan instrinsik. Secara instrumental,
TK merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang bertujuan membantu
perkembangan anak sebelum pendidikan dasar. Dalam Peraturan Pemerintah No.
27/1990 tentang Pendidikan Dasar Prasekolah (yang masih berlaku saat ini)
dinyatakan :
“Pendidikan prasekolah adalah pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkambangan jasmani dan rohasni anak didik di
luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar yang diselenggarakan di jalur pendidikan
prasekolah atau di jalur pendidikan luar sekolah. Bentuk satuan pendidikan prasekolah
meliputi Taman Kanak-kanak, Kelompok Bermain, Penitipan anak, dan bentuk lain
yang ditetapkan oleh menteri.Pendidikan prasekolah bertujuan untuk membantu
meletakan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan,dan daya cipta yang
diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dalam lingkungannya. Dan
untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya”.
Untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut disiapakan susunan program kegiatan anak dalam memasuki Sekolah Dasar
(SD), yang meliputi kesiapan belajar anak yang berisi kesiapan fisik,
intelektual, emosional dan sosial. Hal ini menempatkan TK sebagai jembatan
antara rumah atau keluarga dengan sekolah.
Hal
ini terjadi karena lingkungan keluarga dan sekolah adalah dunia yang berbeda.
Berbagai penyesuaian baru dituntut di SD, terutama ketika anak mulai mamasuki
pendidikan dasar. Jadi pengalaman anak-anak di TK berfungsi sebagai jembatan
antara rumah dan sekolah. TK mengemban misi untuk menciptakan kesinambungan
pengalaman antara dunia anak-anak dalam keluarga dengan kehidupan dan tuntutan
belajar di SD.
Dengan demikian pendidikan TK
menjadi instrumental bagi pendidikan di SD dan jenjang pendidikan selanjutnya.
Dasar-dasar pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diletakkan pada usia
pendidikan pra sekolah bukan hanya berpengaruh pada tingkat SD, melainkan
sepanjang hayat.
Pendidikan
TK juga mengandung tujuan instrinsik yakni membantu perkembangan anak sejak
usia dini agar tumbuh dan berkembang
secara wajar sebagai anak dalam aspek-aspek fisik, keterampilan, pengetahuan,
sikap dan perilaku sosial. Dimensi intrinsik itulah justru yang amat penting
dan lebih mendasar dalam pendidikan TK.
Filosofi
yang mendasari setiap proses pendidikan termasuk di TK bahwa anak adalah sentral
dari seluruh proses pendidikan. Nilai esensi dari segala proses pendidikan
tersebut adalah mengantarkan anak agar tumbuh dan berkembang menuju kematangan,
kemandirian dan kedewasaan.
Syarat utama agar pendidikan
sekolah berhasil ialah anak harus siap untuk belajar dan sekolahpun harus siap
pula untuk mendidik anak dengan baik. Kesiapan belajar anak meliputi kesiapan
fisik, intelektual atau mental, dan sosial. Dalam hal ini, anak harus memasuki
masa peka. Masa peka adalah masa prima untuk menguasai kepandaian tertentu yang
muncul dari diri anak dalam melatih suatu fungsi atau kesangguapan tertentu
pada dirinya. Misalnya masa untuk belajar berjalan, bicara, dan mengenal angka
serta huruf. Masa peka ditandai dengan adanya suatu hal yang penting agar diperhatikan
untuk memupuk kemampuan-kemampuan dan bakat pada anak.
Kemunculan masa peka pada setiap
anak berbeda-beda, karena pada masa perkembangan otak anak mengenal suatu
proses yang disebut “gunakan atau baikan”. Perkembangan otak anak tidak
berjalan secara linear, tetapi semua bagian dari otak dapat distimulasi pada
saat yang bersamaan. Dengan demikian, setiap otak dapat diperhitungkan
perkembangannya sehingga dapat ditemukan atau diperkirakan masa peka anak untuk
menguasai kepandaian tertentu. Masa-masa peka untuk mempelajari kecerdasan
tertentu ini disebut dengan jendela kesempatan atau window of opportunity
(Rilantono dalam buletin “Dadu”, 2002: 33).
Ciri-ciri masa peka ini dapat dilihat pada
hal-hal berikut ini,
1. Adanya perubahan perilaku (secara psikologi).
2. Timbul minat pada dirinya, misalnya senang
memperhatikan angka, dapat disimpulkan masa pekanya untuk mengenal angka sudah
tiba. Senang coret-coret maka dapat disimpulkan bahwa masa pekanya untuk
belajar menulis sudah tiba.
3. Tergantung/dipengaruhi oleh pembawaan dan
mileu tempat anak itu hidup serta pendidikan yang diberikan kepadanya.
Di bawah ini adalah beberapa fungsi
dan tujuan diselenggarakannya pendidikan di Taman Kanak-Kanak:
1. Fungsi Pendidikan di Taman Kanak-Kanak
Menurut kurikulum TK adapun
fungsi pendidikan di Taman Kanak-Kanak adalah sebagai berikut:
a. Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin
kepada anak.
b. Mengenalkan anak dengan dunia sekitar.
c. Menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik.
d. Mengembangakan kemampuan berkomunikasi dan
bersosialisasi.
e. Mengembangkan keterampilan, kreativitas dan
kemampuan yang dimiliki oleh anak.
f. Menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan
dasar.
2.
Tujuan Pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK)
Menurut kurikulum TK adapun
tujuan pendidikan di Taman Kanak-Kanak adalah untuk membantuanak didik
mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan
nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik atau motorik,
kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar.
C. Pendekatan
dan Prinsip Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak
1.
Pendekatan Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak (TK)
Pendekatan pembelajaran pada
Pendidikan Taman Kanak-Kanak dilakukan dengan berpedoman pada suatu program
kegiatan yang telah disusun sehingga seluruh perilaku dan kemampuan dasar yang
ada pada anak dapat dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Pendekatan pembelajaran
pada anak TK hendaknya memperhatikan pada prinsip-prinsip pembelajaran.
2.
Prinsip Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak (TK)
Adapun prinsip-prinsip
pembelajaran di Taman Kanak-Kanak sebagai berikut:
a. Pembelajaran berorientasi pada prinsip
perkembangan anak.
Pembelajaran berorientasi pada
prinsip perkembangan anak yaitu:
1) Anak belajar dengan baik apabila kebutuhan
fisiknya terpenuhi serta merasakan aman dan tentram secara psikologis.
2) Siklus belajar anak selalu berulang.
3) Anak belajar melalui interaksi sosial
dengan orang dewasa dan anak–anak lainnya.
4) Minat dan keingintahuan anak akan
memotivasi belajarnya.
5) Perkembangan dan belajar anak memperhatikan
perbedaan individu.
b. Berorientasi pada kebutuhan anak.
Anak usia dini adalah anak
yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi
semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis (intelektual,
bahasa, motorik dan sosio emosional). Dengan demikian berbagai jenis kegiatan
pemebelajaran hendaknya dilakukan melalui analisis kebutuhan yang disesuaikan
dengan berbagai aspek-aspek perkembangan dan kemampuan pada masing-masing anak.
c. Bermain sambil belajar atau belajar sambil
bermain.
Melalui bermain anak diajak
bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak,
sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak. Bermain bagi anak merupakan
proses kreatif untuk bereksplorasi dapat mempelajari keterampilan yang baru dan
dapat menggunakan simbol untuk menggambarkan dunianya. Ketika bermain mereka
membangun pengertian yang berkaitan dengan pengalamannya. Pendidik mempunyai
peran yang sangat penting dalam pengembangan bermain anak.
d. Menggunakan pendekatan tematik.
Kegiatan pembelajaran
hendaknya dirancang dengan menggunkan pendekatan tematik dan beranjak dari tema
yang menarik minat anak. Tema sebagai alat atau sarana atau wadah untuk
mengenalkan berbagai konsep pada anak. Jika pembelajaran dilakukan dengan
memanfaatkan tema, maka pemilihan tema dalam kegiatan pembelajaran hendaknya
dikembangkan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak, ederhana serta menarik
minata anak. Penggunaan tema dimaksudkan agara anak mampu mengenal berbagai
konsep secara mudah dan jelas.
e. Kreatif dan inovatif.
Proses pembelajaran yang
kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan
yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk
berfikir kritis dan menemukan hal-hal baru. Selain itu dala pengelolaan
pembelajaran hendaknya dilakukan secara dinamis. Artinya anak tidak hanya
ebagai objek tetapi juga sebagai subjek dalam proses pembelajaran.
f. Lingkungan kondusif.
Lingkungan pembelajaran harus
diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan sehingga anak selalu nyaman
dalam lingkungan sekolah baik di dalam maupun di luar ruangan. Lingkungan fisik
hendaknya mempehatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain. Penataan
ruang harus disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain sehingga dalam
interaksi baik pendidika maupun dengan temannya dapat dilakukan secara
demokratis. Selain itu, dalam pembelajaran hendaknya memberdayakan lingkungan
sebagai sumber belajar dengan memberi kesempatan kepada anak untuk
mengekspresikan kemampuan interpersonalnya sehingga anak merasa senang walaupun
antar mereka berbeda (perbedaan individu). Lingkungan hendaknya tidak
memaksaan anak dari nilai-nilai
budayanya yaitu dengan tidak membedakan
nilai-nilai yang dipelajari di rumah dan di sekolah ataupun di lingkungan
sekitar. Penduduk harus peka terhadap karakteristik budaya masing-masing anak.
g. Mengembangkan kecakapan hidup.
Proses pembelajaran harus
diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup. Pengembangan konsep kecakapan
hidup didasarkan ata pembiasaan-pembiasaan yang memiliki tujuan untuk
mengembangkan kemampuan untuk menolong dirinya sendiri, disiplin dan
sosialisasi serta memperoleh keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan
hidupnya