Pengertian
pendekatan adalah : suatu strategi, metode, teknik, taktik, dan model
pembelajar. Pendekatan dapat juga diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran. ( KBBI )
Pendidikan Agama Kristen ( PAK ) merupakan pendidikan
yang berporos pada pribadi Tuhan Yesus dan Alkitab ( Firman Allah ) sebagai
dasar – dasar atau sumber acuannya. Menurut Martim Luther, PAK adalah pendidikan yang melibatkan warga jemaat untuk
belajarteratur dan tertib agar semakin menyadari dosa mereka serta sukacita di
dalam Firman Yesus Kristus yang memerdekakan.
Dalam buku
Strategi Pendidikan Agama Kristen Pdt.J.M.Nainggolan S.Th.,M.Th mengatakan
Tujuan utama Pak “Pendidikan Agama Kristen “ialah membawa peserta didik
mengalami perjumpaan dengan Kristus, mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh,
hidup dalam ketaatan , serta mampu mempraktekkan Imannya dalam kehidupan
sehari-hari.Istilah yang baku di Indonesia ini adalah Pendidikan Agama Kristen
(PAK).
Sudut pandangan Etimologi (asal-usul
kata) Education (Inggris) Ducure (latin) membimbing. Jadi arti dasar pendidikan
adalah membimbing keluar.Pendidikan mengandung beberapa penekanan dan perhatian
:
a. Masa lampau : memelihara warisan pendidikan dalam Gereja
, masyarakat dan keluarga
b. Masa
kini :
Pendidikan yang berfokus pada masa kini
c. Masa depan : Pendidikan yang berfokus pada pengembangan.
Dalam buku Pendidikan Agama Kristen,
Dr. E.G. Homrighausen, D.r. Enklaar mengemukakan bahwa, ‘hakekat PAK adalah
berhubungan dengan dua aspek; yaitu aspek pengajaran dan aspek pengalaman
agama.
Dalam Undang – undang Sistem
Pendidikan Nasional yang ditetapkan oleh pemerintah, Pendidikan Agama mendapat
tempat penting dalam setiap jenjang pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga
perguruan tinggi. Diberi waktu 2 jam pelajaran perminggu untuk menyelenggarakan
pendidikan agama. Kesempatan ini merupakan peluang berharga yang harus
dimanfaatkan sebagai pembinaan mental spiritual peserta didik.
Saat ini sudah
tersusun kurikulum Pendidikan Agama Kristen mulai tingkat dasar hingga
perguruan tinggi, meskipun masih terdapat pro dan kontra tentang mutu dan
kualitas kurikulum yang ada, namun mutu dan kualitas PAK di sekolah ditentukan
oleh berbagai faktor, seperti mutu dan kualitas guru, mutu kurikulum, kemampuan
peserta didik, sarana dan prasarana,, serta pengaturan dan perundang-undangan
yang berlaku dan tidak kalah penting dukungan yang diberikan oleh sekolah
dimana PAK tersebut diselenggarakan.
PAK
(Pendidikan Agama Kristen) merupakan pendidikan yang berporos pada pribadi
Tuhan Yesus Kristus dan Alkitab (Firman Allah) sebagai dasar atau sumber
acuannya.[1]
Menurut Marthin Luther, PAK adalah pendidikan yang melibatkan warga jemaat
untuk belajar teratur dan tertib agar semakin menyadari dosa mereka serta
sukacita di dalam Firman Yesus Krisrus yang memerdekakan. Disamping itu, PAK
memperlengkapi mereka dengan pengalaman berdoa, Firman Tertulis (Alkitab) dan
rupa-rupa kebudayaan sehingga mereka mampu melayani sesamanya termasuk
masyarakat dan Negara serta mengambil bagian dengan bertanggung jawab dalam
persekutuan Kristen.[2]
Paulus Lilik Kristianto mengatakan bahwa yang menjadi tugas PAK adalah mengajar
sesuai dengan perintah-perintah Tuhan Yesus Kristus kepada murid-Nya sebelum
kenaikan-Nya kesurga, yaitu “pergilah”, “jadikanlah” “semua bangsa murid-Ku”,
“babtislah” dan “ajarlah”.
Dengan
kata lain ada tiga hal yang harus dilakukan para murid Kristus, yaitu memberitakan
Injil, membabtis dan mengajar. PAK berhubungan dengan mengajar,
sasarannya menginjil, membabtis, dan mengajar adalah adanya suatu proses
pemuridan yang menjadikan mereka sebagai murid Kristus yang dilihat dari tujuan
PAK itu sendiri yakni mendewasakan para murid Kristus.
“Dan
Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik
pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar,untuk
memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan
tubuh Kristus,sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan
yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang
sesuai dengan kepenuhan Kristus,” (Efesus.
4:11-13).
Ayat tersebut menunjukkan bahwa
tujuan mengajar adalah menjadikan murid dewasa dan bertumbuh sesuai dengan
kepenuhan Kristus. Tujuan ini harus dicapai selama murid-murid Kristus masih
hidup di dunia ini.[3]
Secara khusus, penulis lebih menekankan PAK di Sekolah yang ditujukan kepada sistem
pengajaran guru sekolah. Anak adalah masa yang paling baik untuk
mempersiapkan suatu generasi pengganti baik dalam keluarga, Negara
(pemerintahan) maupun dalam kehidupan gereja. Dalam hal ini tidak heran bila
pengorbanan kepada anak baik dalam pikiran, tenaga, dan uang dilakukan untuk
perkembangan pendidikan anak sebagai generasi yang berkualitas. Pendidikan Karakter yang bagaimanakah dilakukan oleh sekolah? Guru melalui pengajaran sekolah berusaha untuk membina
anak-anak untuk bertumbuh dalam kehidupan Kristen. Sekolah harus menyediakan lingkungan yang
baik bagi anak - anak
dan Alkitab harus menjadi bahan utama dalam mengajar anak sekolah minggu.[4] Tuhan Yesus tidak pernah menganggap rendah
anak-anak dan bahkan mengatakan bahwa orang yang empunya kerajaan Allah adalah jika mereka memiliki gambaran
hati seorang anak (Matius 19:14, Markus 10:14, Lukas 18:16). Homrighausen dan
Enklaar mengatakan:
“bahwa anak-anak yang masih muda perlu dididik sampai mereka
menjadi orang Kristen yang dewasa. Kita yakin bahwa Tuhan oleh anugerah-Nya mau
menghisabkan mereka pada jemaat Kristus yang agung dan besar itu. Tuhan telah
menerima mereka sebagai anak-anak-Nya sendiri dan sebagai ahli waris kerajaan
Sorga”.[5]
Melalui pendapat di atas penulis dapat melihat bahwa sekolah harus melakukan yang terbaik kepada siswa / siswi. Disamping itu Sekolah juga harus memperhatikan tenaga
pengajar, sebab selain memiliki kewajiban untuk mengajar seorang guru juga
harus memperhatikan pribadinya yang juga dapat menentukan keberhasilan dalam
kedewasaan iman siswa.
Perlu diperhatikan siapa sebenarnya pengajar/guru sekolah di
hadapan anak-anak. Apakah mereka menganggap orang besar yang selalu menyuruh
anak duduk diam dan mendengarkan? Apakah anak-anak merasa bahwa guru sebagai
pengajar yang selalu tidak ,memperbolehkan mereka berbuat hal-hal yang menarik?
Apakah anak-anak menganggap guru sebagai sahabat yang baik yang mencintai dan
mengasihi mereka?. Dalam hal ini guru harus penuh dengan kasih, sebab sangat
erat hubungannya dengan usaha membangun citra diri yang baik. Guru perlu
memiliki citra diri yang baik dalam arti bahwa mereka dipandang oleh anak-anak
sekolah minggu sebagai orang yang pantas untuk dihargai dan diterima sebagai
guru yang menyayangi mereka. Andar ismail mengatakan :
“penghargaaan
terhadap diri sendiri dapat diperoleh dari penghargaan yang ia terima dari
orang yang sungguh-sungguh mencintai dirinya. Dalam suasana seperti ini,
harapan seorang guru dapat membuka diri kepada anak-anak sekolah minggu dengan
penuh kepercayaan dan kasih sayang secara Kristiani ”.[6]
Pendidik bagi sekolah minggu disebut guru sekolah minggu.
Guru di panggil Allah untuk mendidik anak secara religius. Guru adalah salah
satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam
usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan.[7].
Guru dalam kamus besar bahasa Indonesia disebut sebagai orang yang kerjanya
mengajar.[8]
Seorang guru lebih sering disebut sebagai pengajar atau pendidik daripada seorang
pengkotbah. Seorang guru sekolah minggu bertujuan untuk membantu anak-anak
menjadi dewasa dalam iman sedangkan pengkotbah bertujuan mengajarkan petunjuk
Tuhan kepada umat-Nya. Dalam kitab injil Tuhan Yesus memberi khotbah kepada
massa yang belum menjadi murid-Nya, dan mengajar murid-murid-Nya (Matius 13:3,36;
Kisah ParaRasul 2:42).[9] Guru
adalah seorang pelayan, yang menyalurkan air hidup bagi anak-anak. Panggilan
sebagai pelayan itu merupakan karunia dari Allah dan mengajar adalah tugas yang
paling mulia. Seorang guru membawa anak-anak dari yang tidak tahu mejadi tahu,
dari yang tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak bisa melakukan menjadi
bisa melakukan. Dari ketiga tugas diatas, dapat kita katakan bahwa seorang guru
perlu memiliki sumber daya yang baik , misalnya mempunyai pengetahuan tentang
anak, pemahaman tentang firman Tuhan dan karakter yang sesuai dengan kehendak
Tuhan. Dengan demikian guru mampu meletakkan dasar iman dalam kehidupan
anak-anak. Tetapi yang menjadi pokok permasalahan banyak guru yang belum
mengerti akan pengetahuan tentang anak dari segi psikologinya, Maka dari itu
dibutuhkan peranan PAK terhadap sistem pengajaran Guru serta pucuk pemimpin
gereja haruslah memperhatikan usaha yang dilakukan bagi guru sekolah minggu
sebagai pendidik religius yakni :
- Mempersiapkan dan menyediakan
tenaga guru sekolah minggu yang terampil untuk memimpin kebaktian dan
membina anak-anak sekolah minggu
- Melaksanakan usaha-usaha
peningkatan pendidikan/keterampilan guru sekolah minggu
- Mengadakan sarana pendukung
untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan sekolah minggu.[10]
Penulis
sangat setuju dengan pendapat diatas, sebab jika guru telah diperlengkapi dan
dibina maka akan meningkatkan kualitas pelayanan yang berdampak meningkatkan
iman spiritual anak sekolah minggu.
Sehubungan dengan pentingnya
perhatian serius kepada anak-anak, maka merupakan wadah yang tepat dalam
membina anak-anak, sehingga anak-anak tumbuh dibawah naungan gereja disamping
tanggung jawab orang tua, karena telah menjadi tanggung jawab gereja
mengarahkan pertumbuhan, perkembangan dan pendidikan kerohanian mereka. Sikap
gereja yang yang memberikan pendidikan yang benar sejak dini akan banyak
mempengaruhi kehidupan anak-anak dalam segala segi, sebab pendidikan yang telah
diberikan itu dapat membentuk watak, kepribadian, tingkah laku dan juga
kerohaniannya kearah yang benar hingga pada masa mudanya kelak. Para pendidik
anak dewasa ini perlu menyadari, bahwa pengetahuan dan pengalaman manusia
adalah dasar untuk mengasuh anak. Melihat profesi guru sebagai pendidik,
seorang guru harus mengerti faktor-faktor yang berlaku dalam hubungan antar
pribadi, antar anak-anak dan pendidik. Guru selaku pemberi didikan kepada anak
betul-betul mengajarkan firman Tuhan, sehingga iman anak itu dapat bertumbuh
dengan baik. Tuhan Yesus berkata: “pergilah, jadikanlah semua bangsa menjadi
murid-Ku dan babtislah mereka didalam nama bapa dan Anak, Roh Kudus dan ajarlah
mereka melakukan segala sesuatu yang kuperintahkan kepadamu, dan ketahuilah aku
menyertaimu sampai akhir zaman” (Matius 28:19-20, Ulangan 6:6-7). Dari nats
diatas kita ketahui bahwa, mengajar adalah salah satu tugas guru. Guru bertugas
untuk mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anak. Disamping pengajaran tentang
Tuhan Yesus yang disampaikan oleh guru, menjadikan anak-anak menjadi murid Yesus.
[1] Paulus lilik
Kristianto,prinsip dan praktik pendidikan
Agama Kristen,Yogyakarta:ANDI,2006,hlm.1
[2] Robert R.
Boehlke,sejarah perkembangan pemikiran
praktek Pendidikan Agama Kristen;dari Plato sampai IG Loyola,Jakarta:BPK-GM,2005,hlm.413
[3] Paulus lilik
Kristianto,Op.Cit.,hlm.6
[4] Mary Go
setiawan,menerobos Dunia Anak,Bandung:Yayasan
Kalam Hidup,2000,hlm.7
[6] Andar Ismail,Ajarlah Mereka Melakukan,Jakarta:BPK-GM,2002,hlm.
142-143. Guru sekolah minggu adalah bagian dari lingkungan anak, sebab jika
anak menyukai pribadi gurunya, maka apa yang dipercayai oleh guru sangat
berpengaruh kepada anak khususnya sekolah minggu
[7]Sadirman,Interaksi dan Motivasi belajar-mengajar,Jakarta:Raja
Grafindo Persada,2000,hlm.123
[8] W.J.S.
Poerwadarminta,Kamus Besar Bahasa
Indonesia,Jakarta:Balai Pustaka,1995,hlm.335
[9] Hasan Susanto,HOMELETIK (prinsip dan metode berkotbah),Jakarta:BPK-GM,2004,hlm.29
[10]
….., Peraturan seksi GKPS, Pematang Siantar:Kolprtase GKPS,2000,hlm.56